LAPORAN AMONIFIKASI


LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI TANAH

untan 2.jpg

Acara: 3
AMONIFIKASI


Nama               : Luqman
NIM                 : H14109050
Kelompok       : 3
Asisten             : Wiwin dan Rino Saputra
\
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tanjungpura
Pontianak
2012
5. Akasia

Akasia dikenal sebagai dengan nama Acacila auriculiformis, yang termasuk suku Mimosaceae. Jenis ini berupa pohon yang dapt mencapai tinggi 15 cm dengan penampang batang dapat sampai 50 cm. Batangnya umumnya bengkok-bengkok dengan banyak percabangan. Kulit luarnya berwarna kelabu coklat dengan ulur sempit dan dangkal. Daun tunggal yang berbentuk bulan sabit merupakan daun semu,daun sejatinya berupa daun majemuk yang menyirip. Bunganya tersusun dalam bentuk bulir yang keluar dair ketiak daunnya. Masing-maing bunga berukuran kecil yang secara menyeluruh tidak menarik. Polongnya terpilih, berbiji gepeng, berwarna hitam. Akasia berasal dari kepululauan Kei, Irian jaya, Papua Nugini dan Australia Utara. Di Jawa jenis ini banyak ditanam di kota-kota besar sebagai tanaman peneduh jalan atau sebagai jalur hijau. Tumbuhnya sangat baik di tanah rendah dan tempat-tempat dengan ketinggian sampai 600 m dpl. Umumya tanaman ini tahan terhadap kekeringan yang tidak terlampau keras dan masih dapat tumbuh di tempat-tempat yang tanahnya cukup miskin akan unsure hara. Oleh dinas kehutanan jenis ini ditanam untuk penghijauan tanah-tanah keritis (Setijati, 1979).

Dari hasil listing Sensus Pertanian 2003 (ST03) menunjukkan bahwa di Indonesia tercatat sekitar 1,2 juta rumah tangga yang mengusai tanaman akasia dengan populasi pohon yang dikuasai mencapai 32,02 juta pohon atau rata-rata penguasaan per rumah tangganya sebesar 27,24 pohon. Dari total sebanyak 32,02 juta pohon akasia , sekitar 12,06 juta pohon atau 37,69 persen diantaranya adalah merupakan tanaman akasia yang siap tebang Apabila diamati lebih lanjut, ternyata tanaman akasia lebih banyak di tanam di Jawa yaitu mencapai 22,61 juta pohon atau sekitar 70,62 % dari total populasi pohon di Indonesia, sedangkan sisanya sekitar 9,41 juta pohon (29,38 %) berada di luar Jawa. Tanaman akasia di Jawa terkonsentrasi di empat propinsi berturut-turut adalah di Jawa Timur (21,59 %), Jawa Tengah (19,69 %), Jawa Barat (13,86 %) dan D.I Yogyakarta (12,21 %), sementara di Luar Jawa di Sumatera Selatan (7,20 %) dan Lampung (5,04 %). Meskipun persentase jumlah rumah tangga yang menguasai tanaman akasia di Jawa jauh lebih besar dibanding di Luar Jawa yaitu mencapai 75,85 persen dari total Indonesia, tetapi rata-rata pengusaan tanaman per rumah tangga di Jawa hanya sekitar 25,36 pohon lebih rendah dibanding dengan rata-rata pengusaan per rumah tangga di Luar Jawa yang mencapai 33,14 pohon. Demikian juga dengan kondisi tanaman, di Jawa persentase tanaman akasia yang siap tebang terhadap total jumlah pohon seluruhnya hanya 34,19 persen sedangkan di Luar Jawa persentasenya mencapai 46,12 persen ( Department kehutanan, 2004).


Di alam, Nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa organik seperti urea, protein, dan asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti ammonia, nitrit, dan nitrat.

Tahap pertama
Daur nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfir ke dalam tanah. Selain air hujan yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen ke dalam tanah terjadi melalui proses fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen secara biologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu ganggang hijau biru dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen.

Tahap kedua
Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen (tumbuhan) diubah menjadi molekul protein.
Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati, mahluk pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium yang larut dalam air (NH4+). Proses ini disebut dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak dan senyawa ammonium menjadi nitrat oleh Nitrobacter. Apabila oksigen dalam tanah terbatas, nitrat dengan cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida nitrogen oleh proses yang disebut denitrifikasi.
METABOLISME NITROGEN

VI. DAUR NITROGEN

Hampir semua jazad mikro, tumbuhan tinggi dan hewan membutuhkan nitrogen (amonia,nitrat). Bentuk nitrogen anorganikini begitu juga nitrogen organik (protein,asam amino,asam nukleat dll.) relatigf sedikit ditemukan di dalam tanah/air, dan konsentrasinya kadang-kadang merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman. Keadaan ini menyebabkan transformasi nitrogen menjadi hal yang menarik bagi ahli mikrobiologi.

7
 
NO2
 
Amonia

 
N Tanah

 
Fiksasi oleh jazad mikro
 
N Udara
 
 
`












  1. Penambatan gas nitrogen (N2)
v  Simbiosis (Rhizobium,BGA)
v  Non simbiosis (Azorobacter, Azospirilum).
  1. Amonnifikasi nitrogen seluler (Pseudomonas, Bacillus,Proteus)
  2. Nutrifikasi a (Nitrosomonas,Notrosococcus), b (Nitrobacter,Nitrococcus)
  3. Denitrifikasi (Pseudomonas,Nitrococcus)
  4. Mineralisasi
  5. Imobilisasi
  6. Petir


Gambar 2 Skema Daur Nitrogen

Bagfian atas dari daur memperluhatkan cara nhitrogen atmosfer diubah langsung menjadi benda hidup oleh jazad hidup tanah. Proses selanjutnya setelan N terpendam dalam tumbuh-tumbuhan sebagai protoplasma dll, diubah kejaringfan hewan. Bila tumbuhan dan hewan mati dan hancur, jazad hidup saprofit mengubah nitrogen itu kembali menjadi amonium. Proses ini disebut amonifikasi. Oksidasi amonia menjadi nitrit (nutrifikasi tahap I) dilakukan oleh Nitrosomonas dan Nitrosococcus (khemoautotrof). Nitrit yang terbentuk dioksidasi lebih lanjut (nitrifgikasi tahap II) menjadi nitrat oleh jazad khemoautotrofg lain seperti Nitrobacter dan Nitrococcus. Beberapa bakteri dapat menggunakan nitrat sebagai sumber nitrogen seluler melalui proses reduksi. Umumnya disebut reduksi nitrat. Proses reduksi nitrat menjadi molekul nitrogen (N2) disebut denigfikasi (respirasi anaerob), tetapi bila nitrat direduksi hanya menjadi nitrit disenut reduksi nitrat. Bila nitrit direduksi menjadi amonia disebut denitrosigfikasi.

Protein tumbuhan     Amonifikasi       NH4+     denitrosigfikasi
    dan hewan                                                      nutrifikasi I

                        reduksi nitrat
NO2                                              NO3         
                        Nitriikasi                                 Denitrifikasi


Penambatan Nitrogen

Penambatan nitrogen adalah proses yang menyebabkan nitrogen bebas digabungkan secara kimia dengan unsur lain. Dalam atmosfer dengan satuan luas satu acre (0,46 ha) tanah diperkirakan ada 35.000 ton nitrogen bebas. Walaupun esensial mutlak bagi kehidupan, tidak satu molekulpun dapat digunakan begitu saja oleh tumbuhan, hewan atau manusia tanpa campur tangan jazad mikro penambat nitrogen.
Sejumlah jazad mikro tanah dan air mampu menggunakan molekul nitrogen dalam atmosfer sebagai sumber N. Jazad mikro ini dibagi menjadi dua kelompok menurut cara penambatan N yang dilakukan yaitu :
2.        Penambatan N secara non-simbiotik, yaitu jazad mikro yang mampu mengubah  molekulNmenjadi nitrogen sel secara bebas tanpa tergantung pada organisme hidup lainnya.
Jazad mikro penambat N itu secara enzimatis menggabungkan N atmosfer dengan unsur-unsur lain untuk membentuk senyawa N-organik dalam sel hidup. Dalam bentuk organik ini kemudian N dilepaskan kedalam bentuk terlambat, tersedia bagi tanaman baik secara langsung maupun melalui aktifitas jasad mikro.
Penambatan  N non-simbiotik dapat juga terjadi di atmosfer akibat halilintar dan nitrogen oksida yan terbentuk oleh pembakaran mesin dapat mengalami fotokimia dan nitrogen yang terikat dengan cara ini jatuh ke tanah bersama air hujan.

Penambatan Nitrogen Secara Simbiotik
Dalam sistem ini penambatan molekul nitrogen adalah hasil kerja sama mutualisme antara tumbuhan (leun dan tumbuhan lain) dengan sejenis bakteri. Masing-masin simbion secara sendiri-sendiri tidak dapat menambat nitrogen. Simbiosis antara bakteri dengan tumbuhan, misalnya antara species Rhizobium dengan legum adalah endosimbiosis, karena berlangsung didalam tumbuhan. Bakteri hidup dalam sel dan jaringan tumbuhan.
Di dalam tanah, bakteri Rhizobium bersifat organotrof, aerob, bentuk batang pleomorfi, gram negatif, tidak berspora dan berflagella (1-6). Bakteri ini mudah tumbuh dalam media biakan khususnya yang mengandung ragi atau kentang. Suhu optimum antara 25-300C dengan pH optimum 7,0.
Bakteri Rhizobium bila masuk ke dalam sistem perakaran legum menyebabkan pembentukan bintil akar. Dalam bintil akar bakteri berubah bentuk menjadi bakteroid (bentul L,V,Y,T,X). Bakteri dalam bentuk bakteroid dapat menambat nitrogen dari udara dengan bantuan enzim nitrogenase yan dibentuk bakteri. Rhizobium yang tumbuh dalam bintil akar legum mengambil langsun nitrogen dari udara. Dengan aktivitas sselam abersama sel tanaman dan bakteri, nitrogen itu disusun menjadi senyawa nitrogen organik seperti asam amino dan polipeptida yang ditemukan dalam tumbuhan, bakteri dan tanah di sekitarnya. Penyediaan hara nitrogen oleh Rhizobium dapat mencapai 60-75 % dari jumlah yang dibutuhkan tumbuhan.
Agar mendapatkan keuntungan yang maksimum dari kegiatan Rhizobium, kita tidak dapat semata-mata tergantung pada infeksi spontan oleh mikroflora tanah. Banyak tampat yang mengandung Rhizobium yang tidak efektif. Jadi inokulasi dengan galur bakteri Rhizobium terpilih yang sesuai dengan tanaman inangnya dan mempunyai daya saing yang tingi terhadap mikroflora asli pada tanah setempat akan memberikan respons yang sangat nyata.



Penambatan Nitrogen Non-Simbiotik
Penambatan nitrogen secara hayati yang non sinbiotik dilakukan oleh jasad mikro yang hidup bebas. Menurut Tedja Imas dkk. (1989), beberapa jasad mikro yang dapat menambat N2 secara non simbiotik adalah Azotobacter. Bakteri ini bersifat mesofilik dan aerob obligat dengan laju respirasi yang sangat tinggi. Efisiensi penambatan nitrogen rendah sehinga kurang berarti di alam Species lain adalah Beijerinckia dan Derxia, bersifat aerobik dan tumbuh baik pada keadaan asam (sampai pH 3). Bakteri ini umum dijumpai di tanah-tanah trofis.
Ada dua cara yang baik untuk mengukur perubahan nitrogen/penambatan nitrogen adalah :
1.            Penggunaan isotop 15N2 dengan cara ini jazad mikro yang diteliti ditumbuhkan dengan diberi 15N2 maka akan tergabung ke dalam protoplasma. Tehnik ini cukup sensitif dan tepat, tapi  15Nsangat mahal harganya dan diperlukan alat canggih spektrotometer yang mahal.
2.            Dengan uji redaksi asetilin, metode ini berdasarkan pada prinsip bahwa jazad mikro yang dapat mereduksi N2 (berikatan 3) juga dapat mereduksi asetilin (juga berikatan 3).
N = N ------reduksià 2NH3
HC = CH ------reduksià H2N = CH3
Gas estilen yang merupakan hasil reduksi asetelin dapat ditentukan dengan mudah dengan menggunakan gas kromatografi. Cara ini termasuk sensitif, memerlukan substrat (asetelin) yang tidak mahal, dan gas kromatografi merupakan alat yang umum dipakai di banyak lab.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penambatan nitrogen non simbiotik adalah faktor lingkungan, terutama ciri kimia dan fisika habitatnya (Tedja Imas,1989). Faktor-faktor tersebut meliputi ketersediaan senyawa nitrogen, kesediaan nutrigen anorganik, macam sumber energi yang tersedia, pH, kelembab,dan suhu.
Jazad mikropenambat N2 pada umumnya juga mampu menggunakan amonium, nitrat, dan senyawa nitroge organik. Amonium lebih disukai dan bersama-sama dengan senyawa-senyawa yang dapat diubah menjadi amonium (seperti urea dan nitrat) merupakan penghambat penambatan nitrogfen yang paling efektif.
Bila jazad mikro penambatan nitrogen ditumbuhkan pada media yang mengandung garam-garam amonium dan senyawa nitrogen lainnya, beberapa nutrien anorganik diperlukan dalam jumlah lebih sedikit daipada medium tersebut bebas dari nitrogen.  Dalam penambatan nutrigen diperlukan molibdenum, besi, calsium dan kobalt dalam jumlah yang cukup.
Bagi jazad heterotrof, tersedianya sumber energi merupakan faktor utama yang membatasi laju dan besarnya asimilasi N2. Penambatan gula sederhana, selulosa, jerami, atau sisa-sisa tanaman dengan nisbah C/N yang tinggi seringsekali meningkatkan dengan nyata transformasi N.
pH mempunyai pengaruh yang nyata, Azotobacter dan Sianobakteri tergolong sangat peka pada tanah-tanah dengan pH kurang dari 6,0 sedangkan Beijerinckia tidak peka dan dapat tumbuh dan menambat N2 pada pH 3-9.
Kelembab tanah sering kali menentukan laju penambatan nitrogen dan kandungan air optimum tergantung pada tanah yang bersangkutan dan jumlah bahan organik yang tersedia. Bila kelembaban terlalu tinggi maka keadaan aerobik berubah menjadi anaerobik.
Suhu optimum bagi penambatan nitrogen adalah suhu sedang. Penambatan terhenti pada suhu beberapa derajat di atas suhu optimum. Di beberapa daerah beriklim sedang bagian Utara didapati bahwa penambatan nitrogen masih berlangsung sekalipun pada musim dingin. Jazad mikro pelakunya diperkirakan algae atau lumut kerak.

Nitrifikasi
Nitrogen atmosfer memasuki sistem tanah, selanjutnya melalui berbagai tahapan proses sebagian dari nitrogen tersebut dibebaskan dalam danah sebagai ion amonium.    N-amonium yang masuk ke dalam tanah digunakan oleh jazad amonifikasi dan jazad mikro lain yang dapat menggunakan senyawa tersebut, sebagian diserap oleh tanaman, serta sebagian lagi diikat oleh meneral liat. Selebihnya akan segera dioksidasi oleh bakteri-bakteri tertentu untuk mendapatkan nitrogen dan energinya. Yang terakhir ini dikenal sebagai nutrifikasi karena hasil akhirnya adalah N-nitrat. Nutrifikasi merupakan tahapan mineralisasi nitrogen sesudah amonifiksi.
Pembentukan nirat merupakan proses kimia alami, yaitu reaksi antara oksigen dan amonium daerah tanah sebagai katalisatornya. Pada tahun 1862, Pasteur mengfajukan hipotesis bahwa pembentukan nitrat tersebut adalah proses biologi yang analog dengan pembentukan alkohol menjadi cuka.





Nitrogen (N) diperlukan oleh semua organisme untuk sintesa protein, asam
amino, asam nukleat dan senyawa organik lain yang mengandung N. Keberadaan
nitrogen hampir 80% dari atmosfir dunia. dan diduga setiap are tanah subur
mengandung lebih dari 30.000 ton N2. Karena sebagian besar keberadaan nitrogen
dalam bentuk molekul gas, maka tidak satupun organisme eukaryotik mampu
menggunakannya secara langsung. Akan tetapi, N2 harus bersenyawa dengan
unsur lain seperti oksigen membentuk NO3- (ion nitrat) dan hidrogen membentuk
NH4+ (ion amonium) agar bisa dimanfaatkan oleh organisme. Kedua bentuk
senyawa ion di atas dapat digunakan oleh organisme yang bersifat autotrof.
Nitrogen yang terdapat dalam tanah sebagian besar berupa senyawa organik
hasil pembusukan organisme (tumbuhan, hewan, dll), sedangkan lainnya berasal
dari pclarutan batuan, air hujan (dalam bentuk nitrat, amonia) serta aktivitas
gunung berapi. Beberapa proses kimia dan fisika dalam tanah, air dan udara,
serta bersama-sama dengan aktivitas beberapa mikroorganisme tertentu
memainkan peranan penting untuk menjaga keberadaan (pengasimilasian dan
pengubahan) molekul nitrogen di alam dalam bentuk yang siap digunakan
oleh tumbuhan dan organisme lainnya. Semua proses dan kejadian tersebut di
atas berlangsung dalam suatu siklus yang disebut siklus nitrogen (gambar
4.1). Salah satu proses yang terjadi adalah peristiwa penambatan (fiksasi) N2


























Gambar 4.1 Siklus Nitrogen (sumber: Enger & Ross, 2003)






 










Selama fase awal daur nitrogen, gas nitrogen dikonversi menjadi ammonia
dengan bantuan mikroorganisme tertentu, yang prosesnya dikenal dengan istilah
fiksasi nitrogen. Proses ini dapat dilakukan oleh dua jenis bakteri yang termasuk
dalam kelompok bakteri non-simbiotik dan simbiotik.
Bakteri pengikat N2 yang non-simbiotik dalam populasinya yang tinggi
ditemukan pada rhizosphere, daerah tempat terjadinya persentuhan antara
akar dan tanah. Azotobacter (bersifat aerob) adalah salah satu contoh bakteri
yang non-simbiotik. Beberapa contoh yang lain adalah Beijerinckia (obligate
aerob), Clostridium; C. fasteurianum (anaerob), dan Klebsiella, Enterobacter,
Bacillus termasuk kelompok yang bersifai fakultative anaerob. Contoh dari jenis
bakteri yang fotoautotrop adalah spesies tertentu yang termasuk dalam
kelompok Rhodospirillum dan Chlorobium. Beberapa spesies yang tennasuk ke
dalam Cyanobacteria (bersifat aerob) juga mampu mengikat N2 bebas karena
memiliki enzim nitrogenase dalam struktur khusus yang disebut heterocysts, yang
memiliki kondisi anaerob untuk fiksasi.
Semua kelompok bakteri di atas memberikan kontribusi penting
untuk penyediaan nitrogen pada daerah hutan basah, padang rumput dan daerah
tundra. Penambatan nitrogen secara simbiotik memiliki peranan yang sangat
penting untuk pertumbuhan tanaman produksi. Beberapa jenis bakteri dari
genus Rhizobium dan Bradyrhizohuim dapat melakukan penambatan gas

nitrogen

dengan

cara

bersimbiosis

dengan

tanaman

polong-polongan

(Leguminosae), seperti kedelai, buncis, kacang tanah, kacang ijo, alfalfa (sejenis
tanaman polong untuk makanan kuda dan sapi di USA) dan .semanggi. Bertolak
dari hal di atas, maka penambatan nitrogen sangat tergantung dari hubungan
simbiotik antara Leguminosae dengan strain Rhizobium yang efektif. Jumlah N2
yang tertambat dipengaruhi secara genetik baik oleh Rhizobium maupun inang
tanaman yang spesifik. Oleh karena itu bintil akar tanaman Leguminosae
mungkin gagal berkembang atau sebaliknya sangat efektif di dalam tanah.
Bintil akar adalah hasil simbiosis tanaman dari jenis Leguminosae dengan
Rhizobium yang mampu melakukan penambatan N2. Bintil akar terbentuk melalui
serangkaian proses yang diawali kolonisasi bakteri Rhizobium pada rambut akar
(gambar 4.2).











































Gambar 4.2 Proses terjadinya bintil akar


Kolonisasi bakteri Rhizobium ini diduga bisa terjadi karena adanya suatu
protein tanaman yang disebut "lektin" yang rnungkin berinteraksi dengan
Rhizobium spesiifik sehingga memungkinkan tanaman untuk mengenal dan
menerima tipe Rhizobium yang cocok. Sebagai contoh, menurut Bhuvaneswari
dan Bauer (1978) reseptor lektin spesifik pada permukaan sel B. japonicum,
dikondisikan oleh lingkungan yang diberikan oleh akar tanaman inang.
Rhizobium masuk tumbuhan inang melalui rambut akar yang kemudian
berubah bentuk karena substansi seperti hormon yang dihasilkan oleh bakteri.
Kemudian bakteri bermigrasi ke dalam struktur seperti benang, memperbanyak
diri yang pada akhirnya bakteri tersebut tersebar di sepanjang rambut akar
sampai ke jaringan akar.
Kolonisasi sel-sel akar dalam jaringan tanaman inang terjadi apahila
bakteri dibebaskan dari benang infeksi dan hal ini melibatkan enzim pektinase dari
Rhizobium dan selulase dari sel tanaman. Dalam perkembangannya bakteri
secara terus menerus mengalami modifikasi baik struktur maupun fungsi dan
menjadi bakteroid yang kaya enzim nitrogenase, suatu enzim yang mampu
mengikat/menambat nitrogen. Satu atau beberapa bakteroid dilindungi oleh
struktur bermembran yang mungkin merupakan tempat terbentuknya pigmen
merah, leghaemoglobin. Pigmen ini menentukan ciri warna bintil akar yang aktif
menambat nitrogen.
Penambatan nitrogen umumnya mencapai puncak pada awal pengisian





 










polong dan menurun selama akhir fase reproduktif (Keyser dan Fudi, 1992).
Sebaliknya pada biji kedele yang mengandung 40% protein, menurut Salisbury
(1992) bahwa kira-kira 90% penambatan nitrogennya berlangsung selama periode
perkembangan reproduktif dan kira-kira 10% terjadi selama dua bulan pertama
pertumbuhan vegetatif. Bray (1993) mengatakan bahwa sistem simbiotik
mampu menambat nitrogen apabila memenuhi 3 persyaratan pokok seperti :
1. adanya bintil akar;
2. terjadinya diferenensiasi bakteri menjadi bakteroid;
3. menghasilkan leghaemoglobin
Selain hal tersebut di atas, menurut Sprent (1979) faktor lingkungan juga
dapat mempengaruhi penambatan nitrogen pada tanaman jenis legum seperti
temperatur, kelembaban, air, salinitas, pH, nutrien dan adanya bakteri Rhizobium
yang cocok.
Keseluruhan reaksi kimia penambatan nitrogen adalah sebagai berikut.



N2 + 8e- + 6 Mg ATP + 16 H2O


2 NH3 + H2 + 16 MgADP + 16 Pi + 8 H+



Proses tersebut membutuhkan sumber elektron dan proton, molekul ATP,
kompleks enzim nitrogenase. Sumber elektron dan proton berasal dari
karbohidrat yang ditranslokasikan dari daun kemudian di respirasikan oleh bakteri.
Respirasi karbohidrat dalam bakteroid menyebabkan reduksi NAD+ menjadi
NADH atau NADP+ menjadi NADPH dan juga terjadi reduksi flavodoksin. NADH,
NADPH dan flavodoksin kemudian mereduksi feredoksin atau protein yang
sama yang efektif mereduksi N2 menjadi NH4+
NH4+ yang terbentuk akan ditranslokasikan dari bakteroid sebelum
dapat dimetabolisme dan digunakan oleh tanaman inang. Dalam sitosol
sel-sel yang mengandung bakteroid, NH4+ diubah menjadi glutamin, asam
glutamat dan asparagin, sedangkan pada beberapa spesies tertentu NH4+ dapat
diubah menjadi senyawa-senyawa kaya nitrogen yang disebut ureida. Dua
macam ureida pokok pada tanaman legum adalah allantoin dan asam allantoik.
Asparagin dan ureida, lewat sel transfer masuk ke dalam saluran xilem kemudian
diangkut ke akar dan batang. Di sini senyawa-senyawa tersebut dipecah kembali
menjadi NH,+ dan secara cepat diubah menjadi asam-asam amino, amida dan
protein.








 










4.2 Reduksi Nitrat
Secara umum reduksi nitrat mengikuti reaksi seperti di bawah ini:

NO3_ + 8e+10H +

NH4+ + H2O

Meski demikian, pada dasarnya reaksi di atas berlangsung dalam dua tahap
dengan bantuan enzim yang berbeda. Tahapan reaksinya adalah sebagai berikut.



1. Reduksi nitrat : NO3- + NADH + H+


NO2-+ NAD+ + H2O



Reaksi ini berlangsung di dalam plasma dengan bantuan. enzim nitrat reduktase
(NR). Enzim ini merupakan enzim molibdoflavoprotein yang mampu mengatur
kecepatan pembentukan protein pada tumbuhan yang menggunakan NO3-
sebagai sumber nitrogennya.



2. Reduksi nitrit : NO2- + 3 H2O + 6Fd + 2 H+


cahaya


NH4+ + 1,5 O2 +2 H2O + 6Fd



Reaksi di atas terjadi pada kloroplas (pada daun) atau pada proplastida (pada
akar) dengan enzim nitrit reduktase sebagai katalisnya.
Reduksi nitrat yang dikatalis oleh NR sangat tergantung dari aktivitas NR
tersebut dan aktivitas NR itu sendiri ditentukan oleh konsentrasinya. Kadar NO3"
yang tinggi dalam sel dan cahaya juga dapat memacu aktivitas NR. Peranan
cahaya terhadap aktivitas NR dapat melalui beberapa cara, antara lain :
1. cahaya dapat mengaktifkan fotosintesis sehingga dihasilkan ATP untuk
menggerakkan NO3 dari vakuola ke plasma.
2. cahaya mengaktifkan sistem fitokrom yang berperan menaikkan
kemampuan ribosom membuat protein (termasuk NR).
3. cahaya menginaktifkan protein yang bersifat inhibitor bagi NR.
4. cahaya menaikkan penyediaan karbohidrat dan proses respirasi, dimana
dari proses ini dihasilkan NADH yang diperlukan untuk proses reduksi.

Selain kedua proses (fiksasi N dan reduksi nitrat) di atas, dalam siklus
nitrogen juga terjadi beberapa proses fisika/kimia lainnya, seperti amonifikasi,
nitrifikasi dan denitrifikasi.

4.2.1 Amonifikasi
Sebagian besar keberadaan N2 di dalam tanah dalam bentuk molekul
inorganik. Organisme yang sudah mati diuraikan melalui proses hidrolisis yang
menyebabkan protein terurai menjadi asam amino. Proses ini disebut deaminasi.





 

 

 










Proses selanjutnya, asam amino yang sudah terbentuk dikonversi menjadi
ammonia (NH3) dan proses ini disebut amonifikasi

Amonifikasi dibantu oleh beberapa mikroorganisme seperti

bakteri dan

jamur. Kedua proses di atas secara sederhana dapat digambarkan sebagai
berikut.
mikroba pengurai

Protein dari organism mati
dan sampah produksi

Bakteri /Jamur

Asam amino (Deaminasi)

Asam amino

Amonia (NH3)

(Amonifikasi)



Amonia merupakan senyawa dalam bentuk gas, pada tanah yang kering mudah
menguap, sebaliknya pada tanah yang lembab/basah ammonia terlarut dalam air
dan membentuk ion ammonium (NH4+ ). Reaksinya sebagai berikut.



NH3 + H20


NH4+ OH


NH4+ + OH-


Selanjutnya ion amonium dapat digunakan oleh bakteri dan tumbuhan
untuk sintesa asam amino. Walaupun demikian, pemanfaatan nitrogen oleh
kebanyakan tumbuhan umumnya dalam bentuk NO3- karena NH4+ akan
dioksidasi menjadi NO3- oleh bakteri nitrifikasi. Disamping itu ammonium/amonia
ini bersifat racun bagi tumbuhan dan dapat menghambat pembentukan ATP di
kloroplas dan mitokondria.

4.2.2 Nitrifikasi
Nitrifikasi merupakan proses oksidasi ion amonium menjadi nitrat(NO3-).
Proses ini dilakukan oleh bakteri autotrof yang termasuk ke dalam genus
Nitrosomonas dan Nitrobacter. Nitrosomonas akan mengoksidasi ion amonium
menjadi nitrit (NO2-) dan selanjutnya Nitrobacter akan mengoksidasi nitrit (NO2-)
menjadi nitrat (NO3-).
Tumbuhan cenderung menggunakan nitrat (NO3-) sebagai sumber
nitrogen untuk sintesa protein karena nitrat memiliki mobilitas yang lebih tinggi di
dalam tanah dan lebih mudah terikat dengan akar tanaman daripada amonium.
Meski sebenarnya ion amonium lebih efisien sebagai sumber nitrogen karena
memerlukan lebih sedikit energi untuk sintesa protein, tetapi karena bermuatan
positif maka lebih sulit dimanfaatkan karena sudah lebih dulu terikat oleh tanah
lempung yang bermuatan negatif.





 

 

 

 










4.2.3 Denitrifikasi
Dalam beberapa tahap selama berlangsungnya siklus nitrogen, terjadi
pembebasan dan pengikatan N2 bebas (atmospheric nitrogen). Terlepasnya N2
bebas akibat suatu proses yang terjadi dalam siklus nitrogen disebut
denitrifikasi, yang pada dasamya adalah konversi nitrat menjadi gas nitrogen.

NO3-

NO2-

N 20

N 2

Beberapa spesies dalam genus Pseudomonas merupakan kelompok bakteri
terpenting yang melaksanakan proses denitrifikasi dalam tanah. Sejumlah jenis
yang lain seperti Paracoccus, Thiobacillus, dan Bacillus juga mampu melakukan
proses denitrifikasi. Bakteri-bakteri yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
pada umumnya merupakan mikroorganisme yang aerob, tetapi pada kondisi
anaerob mereka juga mampu menggunakan nitrat dalam situasi dimana
oksigen berperan sebagai akseptor elektron akhir (anaerobic respiration).
Proses denitrifikasi tidak menguntungkan bagi kesuburan tanah karena terjadi
pembebasan N2 ke atmosfer dari senyawa nitrat.


4.3 Sintesa Asam Amino
Asam amino merupakan senyawa organik dengan ukuran molekulnya yang
kecil, mempunyai gugus NH dan COOH sehingga dapat bersifat asam atau basa
tergantung pada pH lingkungannya. Selain dua jenis gugus di atas, beberapa
asam amino juga mengandung gugus SH, OH, atau CONH. Asam amino
biasanya ditemukan berdiri sendiri (bebas) dalam sel atau bersenyawa dengan
asam amino lain membentuk protein.
Tumbuhan dan mikroorganisme mampu mensintesis 20 asam amino
standar, tetapi hewan tingkat tinggi dari kelompok mammalia tidak mampu
mensintesis ke-20 asam amino tersebut. Oleh karena itu keperluan asam
amino tersebut diperoleh dari jenis makanan yang dikonsumsinya. Asam amino
yang tidak dapat disintesis tersebut termasuk ke dalam kelompok asam amino
esensial, sedangkan sisanya yang dapat disintesis disebut asam amino non-
esensial. Manusia tidak mampu mensintesis beberapa asam amino, yang
termasuk ke dalam asam amino esensial, seperti Histidin (His), Isolesin (lie), Lesin
(Leu), Lisin (Lys), Metionin (Met), Fenilalanin (Phe), Triptofan (Trp), Treonin (Thr),
dan Valin (Val). Sedangkan yang ternasuk dalam kelompok non-esensial
adalah Alanin (Ala), Arginin (Arg), Asam aspartat (Asp), Asparagin (Asn), Sistein
(Cys), Glutamin (Gin), Asam glutamat (Glu), Glisin (Gly), Prolin (Pro), Serin (Ser),






 

 

 










dan Tirosin (Tyr).
Proses biosintesis asam amino bermacam-macam dan biasanya bervariasi
antara satu organisme dengan organisme yang lain, tetapi semuanya memiliki
ciri-ciri yang umum yaitu merupakan turunan dari suatu daur metabolisme seperti
siklus asam sitrat, glikolisis atau pentosa phosfat. Berdasarkan hal mi, rnaka

asam

amino

dapat

dikelompokkan

menjadi

enam

berdasarkan

cara

biosintesisnya yang tergantung dari siklus metabolisme mana kelompok asam
amino tersebut di turunkan/disintesis (gambar 4.3).







































Gambar 4.3 Pengelompokan asam amino berdasarkan cara biosintesisnya


Kelompok utama asam amino selalu dihasilkan dari proses transaminasi
glutamat Meskipun demikian, sintesis asam amino asam glutamat, asam aspartat,
dan alanin terjadi dari reaksi aminasi reduksi. Transaminasi merupakan reaksi

dapat

balik.

Contoh

reaksi

transaminasi

yang

paling

terkenal

adalah

transfer/pemindahan

gugus

amino

antara

glutamat

dan

oksaloasetat






 










menghasilkan α-ketoglutarat dan aspartat, seperti terlihat di bawah ini.



COOH


COOH



COOH



COOH



H


C


NH2


+


C


O



C



O



+



H



C



NH2


CH
2


CH
2

COOH

Asam glutamat


CH2



COOH




Asam oksaloasetat


CH2



CH2



COOH

Asam á-ketoglutarat


CH2



CH2



COOH
Asam asparatat



Pada suatu rangkaian percobaan yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa glutamat dapat memberikan gugus aminonya untuk pembentukan 17 asam
amino yang berbeda.
Tipe transaminasi yang lain adalah glutamin atau asparagin bertindak sebagai
donor gugus amino, seperti berikut ini.
transaminase

glutamin + asam α-ketoglutarat

asam α-ketoglutarat-amida + asam α amino


Asam α-ketoglutarat-amida + H2O

asam α-ketoglutarat

+ NH3


Reaksi aminasi reduksi untuk pembentukan asam glutamat dari asam α-
ketoglutarat memerlukan ion amonium. Reaksi ini dapat balik dan secara
fisiologis penting dalam respirasi asam amino yang terbentuk selama
penguraian protein. Pembentukan asam glutamat dikatalisis oleh enzim
glutamat dehidrogenase dan prosesnya terjadi di mitokondria.



COOH


COOH


C=O

HC

NH2


C H2

+

NH4+ + NADH2

C

H2

+ NAD + H2O


C H2

C

H2


COOH
Asam α-ketoglutarat

COOH
Asam glutamate









 










Asam








aspartat








dan








Alanin








masing-masing








terbentuk








dari








asam

oksaloasetat dan asam piruvat. Reaksi pembentukan kedua jenis asam amino di
atas dapat digambarkan sebagai berikut.
dehidrogenase

(i) asam oksaloasetat + NH4 + NADH 2

asam aspartat + NAD + H 2O




(ii) asam piruvat + NH4+ + NADH2


alanin dehidrogenase



alanin + NAD + H2O





 

 


0 komentar: