LAPORAN APUSAN DARAH MIKROTEKNIK


BAB  I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Langkah pertama dalam menyiapkan materi segar untuk pengamatan mikroskopis adalah fiksasi. Fiksasi juga merupakan langkah awal yang penting dalam membuat sediaan utuh maupun sediaan sayatan. Tujuan fiksasi adalah untuk menghentikan proses metabolisme secara cepat, mencegah kerusakan jaringan, mengawetkan komponen-komponen sitologis dan histologist, mengawetkan keadaan sebenarnya, dan mengeraskan. Fiksasi dapat dilakukan dengan cara melewatkan preparat diatas api atau merendamnya dalam metanol. Untuk materi-materi yang lunak akan terjadi koagulasi protoplasma dan maupun elemen-elemen di dalam protoplasma
Untuk memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan Biologi, seseorang perlu menggunakan suatu cara atau teknik tertentu. Ada kalanya teknik yang digunakan tidak hanya yang bersifat makroskopis tetapi sering kali melalui teknik yang bersifat mikroskopis. Untuk itu analisis dapat dibedakan atas analisis kimia dan analisis struktur .
Analisis kimia dapat melalui spektroskopi dan kromatografi. Sedangkan Analisis struktur dapat melalui mikroteknik dan mikroskrop electron. Teknik ini timbul akibat keterbatasn kemampuan indra manusia. Panca indra manusia seringkali hanya dapa melihat benda-benda atau organisme yang bersifat makroskopis saja. Oleh karena itu, diperlukan metode mikroteknik untuk melihat struktur pada tingkat sel maupun jaringan dan struktur yang bersifat sub-mikroskopik berupa makromolekul yang biasanya dapat dilihat melalui miroskop electron.
1.2 Rumusan masalah
            Rumusan masalah yang didapatkan berdasarkan latar belakang diatas adalah:
- Bagaimana membuat sediaan olesan dari substansi berupa cairan?
1.2    Tujuan
            Tujuan dari praktikum ini adalah membuat sediaan olesan dari substansi berupa cairan.






BAB  II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan tentang Preparat Apus Darah
Pembuatan sediaan apus darah biasanya digunakan dua buah kaca sediaan yang sangat bersih terutama harus bebas lemak. Satu buah kaca sediaan bertindak sebagai tempat tetes darah yang hendak diperiksa dan ynag lain bertindak sebagai alat untuk meratakan tetes darah agar didapatkan lapisan tipis darah (kaca perata). Darah dapat diperoleh dari tusukan jarum pada ujung jari. Sebaiknya tetesan darah pertama dibersihkan agar diperoleh hasil yang memuaskan. Tetesan yang kedua diletakan pada daerah ujung kaca sediaan yang bersih. Salah satu ujung sisi pendek kaca perata diletakan miring dengan sudut kira- kira 45o tepat didepan tetes darah menyebar sepanjang sisi pendek kaca perata, maka dengan mempertahankan sudutnya, kaca perata digerakan secara cepat sehingga terbentuklah selapis tipis darah diatas kaca sediaan. Setelah sediaan darah dikeringkan pada suhu kamar barulah dilakukan pewarnaan sesudah difiksasi menurut metode yang dipilih, yaitu metode Giemsa dan Wright yang merupakan modifikasi metode Romanosky (Maskoeri, 2008).
Zat warna yang digunakan dalam metode Romanovsky adalah Giemsa yang sebelumnya telah diencerkan dengan aquades. Sediaan apus yang telah dikeringkan diudara, difixir dulu dengan methyl alkohol selama 3-5 menit. Semakin lama pewarnaan yang dilakukan maka intensitasnya menjadi semakin tua. Preparat apus yang yang telah selesai dibuat kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Gambar yang didapat dalam hasil menunjukan sel-sel butir darah baik eritrosit, leukosit, trombosit, atau yang lain (Maskoeri, 2008).
Fungsi dari larutan-larutan pada pembuatan preparat apus darah ikan dan manusia adalah metanol untuk proses fiksasi yaitu untuk membunuh sel-sel pada sediaan tersebut tanpa mengubah posisi (struktur) organel yang ada di dalamnya yang dilakukan selama 2 menit, pewarna Giemsa 10% sebagai pewarna yang umum digunakan agar sediaan terlihat lebih jelas. Pewarnaan ini sering disebut juga pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan ini banyak dipakai untuk mempelajari morfologi darah, sel-sel sumsum dan juga untuk identifikasi parasit-parasit darah misalnya dari jenis protozoa. Zat ini tersedia dalam bentuk serbuk atau larutan yang disimpan di dalam botol yang gelap. Di dalam laboratorium-laboratorium banyak dipakai larutan Giemsa 3% yang dibuat dari larutan baku Giemsa yang berupa cairan (larutan) (Kurniawan, 2010).
Sediaan apus darah secara rutin diwarnai dengan campuran zat warna khusus yang pertama kali ditemukan oleh oleh Dimitri Romanosky dan diubah oleh penyelidik lainnya. Pada tahun 1891, Romanosky menemukan campuran methylen blue dan eosin dalam perbandingan tertentu memberi warna ungu inti leukosit. Pewarnaan ini disebabkan karena oksidasi methylen blue dan pembentukan senyawa baru dalam campuran yang dinamakan azure. Setelah pemberiaan campuran jenis Romanosky, diferensiasi sel-sel dapat dilakukan Berdasarkan 4 sifat pewarnaan yang menyatakan afinitas struktur sel oleh masing-masing zat warna dari campuran, yaitu:
  1. Afinitas untuk methylen blue
  2. Afinitas untuk azure dikenal sebagai azurefilik ( ungu).
  3. Afinitas untuk eosin (suatu zat warna asam ) dikenal sebagai asidofilik atau eosinofilia.(merah muda kekuningan ).
  4. Afinitas untuk komplek zat warna yang terdapat dalam campuran, secara tidak tepat dianggap netral, dikenal sebagai neutrofilia (salmon-pink smplilac.

2.2 Tinjauan tentang Darah
Darah dianggap sebagai jaringan khusus yang menjalani sirkulasi. Aliran darah dalam seluruh tubuh menjamin lingkungan yang tetap, agar semua sel serta jaringan mampu melaksanakan fungsinya. Darah mempunyai dua komponen, yaitu komponen cairan dan komponen sel darah yang terdiri dari tiga macam yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit.
Darah adalah cairan tubuh yang mengalir dalam pembuluh dan beredar ke seluruh tubuh. Darah pada umumnya terdiri atas unsur-unsur seluler dan matrik cairan yang disebut plasma. Darah terdiri atas plasma dan komponen-komponen seluler yaitu sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit dan trombosit. Plasma merupakan cairan yang mengandung ion-ion dan molekul organik meliputi protein, elektrolit, nitrien, materi sampah, zat terlarut dan materi terlarut (Maskoeri, 2008).

Sel darah pada umumnya dikenal ada tiga tipe yaitu: eritrosit, lekosit dan trombosit. Eritrosit manusia dalam keadaan normal berbentuk cakram bulat bikonkaf dengan diameter 7,2 µm tanpa inti, lebih dari separoh komposisi eritrosit terdiri dari air (60%) dan sisanya berbentuk substansi koloidal padat. Sel ni bersifat elastis dan lunak. Lekosit (sel darah putih) terdapat pada bagian pinggir sel darah, lekosit ini dibagi menjadi dua yaitu granulosit dan agranulosit.
 Granulosit terbagi menjadi tiga yaitu Netrofil (terbanyak) berbentuk bulat dengan diameter 10-12 µm, Eosinofil yang strukturnya lebih besar daripada netrofil (10-15 µm) dan Basofil (paling sedikit) dengan ukuran hampir sama dengan netrofil tetapi basofil sangat sulit ditemukan. Agranulosit dibagi menjadi dua yaitu Limfosit yang mempunyai ukuran yang bevariasi, inti bulat sitoplasma mengelilingi inti seperti cincin dan berperan penting dalam imunitas tubuh, dan Monosit (sel lekosit terbesar), intinya berbentuk oval kadang terlipat-lipat dapat bergerak dengan membentuk pseudopodia. Tipe ketiga yaitu Trombosit (disebut juga keping darah), berbentuk sebagai keping-keping sitoplasma lengkap dengan membran yang mengelilinginya, Trombosit terdapat khusus pada sel darah mammalia.
Untuk melihat struktur sel-sel darah dengan mikroskop cahaya pada umumnya dibuat sediaan apus darah. Sediaan apus darah ini tidak hanya digunakan untuk mrmpelajari sel darah tapi juga digunakan untuk menghitung perbandingan jumlah masing-masing sel darah. Pembuatan preparat apus darah ini menggunakan suatu metode yang disebut metode oles (metode smear) yangmerupakan suatu sediaan dengan jalan mengoles atau membuat selaput (film) dan substansi yang berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas benda yang bersih dan bebas lemak untuk kemudian difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup (Handari, 2003).
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembuatan preparat dengan metode smear sebagai berikut:
1.       Ketebalan film
            2.      Film difiksasi agar melekat erat pada gelas benda sehingga yakin bahwa sel-sel di dalamnya strukturnya tetap normal
3.       Memberi warna (pewarnaan)
4.       Menutup dengan gelas penutup
Film darah (sediaan oles) ini dapat diwarnai dengan berbagai macam metode termasuk larutan-larutan yang sederhana antara lain: pewarnaan Giemsa, pewarnaan acid fast, pewarnaan garam, pewarnaan wright, dan lain-lain.
Pewarnaan Giemsa disebut juga pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan ini banyak digunakan untuk mempelajari morfologi sel-sel darah, sel-sel lien, sel-sel sumsum dan juga untuk mengidentifikasi parasit-parasit darah misal Tripanosoma, Plasmodia danlain-lain dari golongan protozoa.
Hasil pewarnaan dengan Giemsa pada darah manusia akan memperlihatkan eritrosit berwarna merah muda, nukleolus lekosit berwarna ungu kebiru-biruan, sitoplasma lekosit berwarna sangat ungu muda, granula dari lekosit eosinofil berwarna ungu tua, granula dari lekosit netrofil dan lekosit basofil berwarna ungu

2.3 Faktor Kegagalan
Menurut Maskoeri (2008), adapun faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan dalam pembuatan preparat yaitu:
  • Darah yang cepat menggumpal ataupun cepat mengering saat diteteskan ke kaca benda
  • Kurangnya pengalaman praktikan dan kurangnya kesabaran praktikan

2.4 Faktor Keberhasilan
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan preparat, terutama pada pembuatan preparat apus diantaranya :
1.        Pengambilan sampel
Sampel yang diambil adalah darah yang masih segar, karena darah merupakan jaringan hidup yang dapat melakukan proses pembekuan saat terjadi luka dan pendarahan.
2.        Pemrosesan
Pemrosesan juga sangat mempengaruhi keberhasilan pembuatan preparat terutama dalam proses perlakuan penggeseran darah pada kaca benda, karena hal ini berpengaruh terhadap sel-sel darah.
3.        Pewarnaan
Pemberian zat warna yang berlebihan akan mengakibatkan bagian-bagian sel darah yang amat terlalu tebal, sehingga sulit diamati. Lamanya pemberian zat warna juga berpengaruh karena adanya daya serap jaringan juga berbeda. Sehingga dalam hal ini diperlukan keterampilan dan pengamatan yang cukup (Maskoeri, 2008).














BAB III
METODELOGI

 3.1 Alat dan bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Jarum pentul, pipet, kaca benda, kaca penutup, mikroskop
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah alkohol 70%, larutan pewarna giemza 3%, darah manusia, methanol dan aquades.
3.2 Cara Kerja

















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
Metode                             : Preparat Apus
Nama Preparat                 : Apus Darah Kadal (Mabouya multifasciata)
Perbesaran                        : 400 kali
Pewarnaan                        : Giemza
Potret                               : Fotostereometri
Tgl Pembuatan                 : 16 Mei 2011
Tgl  Pemotretan                : 07 Juni 2011
http://crocodilusdaratensis.files.wordpress.com/2012/03/11.jpg?w=500
Keterangan:
1        = sel darah merah
2        = nukleus
3        = stach of coin
4.2 Pembahasan
Pada praktikum pembuatan preparat apus yang digunakan adalah darah kadal. Dari hasil pengamatan preparat darah kadal baik melalui mikroskop secara langsung maupun dari hasil pengamatan potret preparat dapat diketahui bentuk sel darah merahnya. Pada kadal bentuk sel darah merahnya berbentuk lonjong/oval dan berinti. Sel-sel darah merah pada kadal tidak sama dengan sel darah merah pada manusia. Pada manusia sel darah merahnya tidak berinti danbentuknya bulat.
Untuk kegiatan praktikum pembuatan preparat apus pengambilan darah kadal dilakukan dengan cara mengambil darah kadal pada jantung dengan menggunakan spet. Setelah darah diulas dan dibiarkan mengering agar darah menempel pada kaca benda kemudian preparat tersebut diamati di bawah mikroskop dengan tujuan untuk mencari bagian-bagian yang dianggap tepat, bagus dan sesuai dengan apa yang diinginkan atau yang dicari. Apabila telah mendapatkan bagian yang tepat langkah selanjutnya adalah pemberian (penetesan) alkohol 100%. Alkohol berfungsi sebagai dehidrasi yang berperan dalam proses dehidrasi yaitu proses pengeluaran air dari dalam jaringan. Apabila prosesnya tidak sempurna maka air akan tetap ada di dalam jaringan dan seiring dengan berjalannya waktu akan dapat menyebabkan rusaknya preparat yang lebih cepat. Oleh sebab itu dehidran harus mampu menarik air dari tissu dan menggantikan kedudukan air tersebut. Dehidran dapat digantikan kedudukannya oleh medium penjernihan. Dehidran yang digunakan pada praktikum ini adalah alkohol 100%.
Proses selanjutnya adalah proses pewarnaan dengan menggunakan giemza selama 30 menit. Tujuan pewarnaan pada pembuatan preparat adalah untuk mempertajam atau memperjelas berbagai elemen tissu, terutama sel-selnya sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop. Tanpa pewarnaan tissu akan transparan sehingga sulit untuk diamati.
Setelah sel-sel darah terwarnai dilanjutkan dengan proses penjernihan (clearing). Pada praktikum pembuatan preparat apus darah kadal digunakan xylol sebagai zat penjernih. Proses pemberian xylol dilakukan sebanyak 2 kali, xylol I dan xylol II. Pemberian xylol I slama 10 menit atau sampai kering sedangkan pemberian xylol II tersebut perlu waktu lama, setelah meneteskan xylol II langsung diberi entellen dan langsung di tutup  dengan kaca penutup. Zat entellen ini berfungsi sebagai perekat. Tujuan dari pemberian xylol I dan xylol II adalah untuk menyempurnakan proses penjernihan. Sebelum diberi xylol preparat tersebut dengan aquadest untuk mengurangi giemza yang berlebihan pada preparat.
Dari hasil gambar preparat apus darah kadal dapat dilihat bahwa bentuk sel darah kadal berbeda dengan sel darah merah manusia. Dari hasil pemotretan foto preparat yang dihasilkan juga berbeda, dapat dilihat bahwa hasil preparat apus dari sel darah merah kadal lebih bagus, lebih jelas, hasil pewarnaannya juga terlihat jelas sehingga dapat dilihat bagian-bagiannya, serta terlihat stach of coin yaitu kelainan pada sel darah.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pembuatan sediaan apus ini yaitu kecermatan dan kehati-hatian dalam prosesan penggeseran darah pada kaca benda karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap sel-sel darah.






BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
  • Alkohol 100% berperan dalam proses dehidrasi yaitu proses pengeluaran air dari dalam jaringan
  • Tujuan pewarnaan pada pembuatan preparat adalah untuk mempertajam atau memperjelas berbagai elemen tissu, terutama sel-selnya sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop
  • Dari hasil pengamatan dengan menggunakan metode apus pada darah kadal menghasilkan preparat yang sudah bagus atau bisa juga dikatakan berhasil, hal tersebut dapat dilihat dari hasil yang didapatkan bahwa terlihat sel darah merah karena hasil pewarnannya terlihat jelas sehingga dapat diamati bagian-bagiannya

5.2 Saran
Dalam pembuatan preparat darah  dengan metode apus membutuhkan adanya ketelitian, ketelatenan serta ketepatan waktu dalam tiap tahap pemrosesannya. Hendaknya batas pengambilan darah diperpendek kontaknya karena darah cepat sekali mengering atau membeku jika terkena udara.


            Eritrosit pada manusia berbentuk kepingan bikonkaf yang diratakan dandiberikan tekanan di bagian tengahnya, dengan bentuk seperti ³barbell´jika dilihatsecara melintang. Bentuk ini (setelah nukei dan organelnya dihilangkan) akanmengoptimisasi sel dalam proses perukaran oksigen dengan jaringan tubuh disekitarnya. Bentuk sel sangat fleksibel sehingga muat ketika masuk ke dalam pembuluhkapiler yang kecil. Eritrosit biasanya berbentuk bundar.Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 mikronmeter danketebalan 2 mikronmeter, lebih kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuhmanusia.
            Eritrosit normal memiliki volume sekitar 9 femtoliter. Sekitar sepertiga darivolume diisi oleh hemoglobin, total dari 270 juta molekul hemoglobin, dimana setiapmolekul membawa 4 gugus heme.Orang dewasa memiliki 2-3 x 1013 eritrosit setiap waktu (wanita memiliki 4-5 juta eritrosit per mikroliter darah dan pria memiliki 5-6 juta. Sedangkan orang yangtinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen yang rendah maka cenderunguntuk memiliki sel darah merah yang lebih banyak).Eritrosit terkandung di darah dalam jumlah yang tinggi dibandingkan dengan partikel darah yang lain, seperti misalnya sel darah putih yang hanya memiliki sekitar 4000-11000 sel darah putih dan platelet yang hanya memiliki 150000-400000 di setiapmikroliter dalam darah manusia.Morfologi sel darah merah yang normal adalah bikonkaf. Cekungan (konkaf) pada eritrosit digunakan untuk memberikan ruang pada hemoglobin yang akanmengikat oksigen
            Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya dengan tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transportasi dengan darah.
            Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian.
            Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter.
            Fungsi Darah Pada Tubuh Manusia :
1. Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
2. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
3. Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
4. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi
5. Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu
6. Menjaga suhu temperatur tubuh
7. Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku
8. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh, dll.

            Darah cair atau plasma darah adalah cairan darah berbentuk butiran-butiran darah. Di dalamnya terkandung benang-benang fibrin / fibrinogen yang berguna untuk menutup luka yang terbuka.
Isi Kandungan Plasma Darah Manusia :
1. Gas oksigen, nitrogen dan karbondioksida
2. Protein seperti fibrinogen, albumin dan globulin
3. Enzin
4. Antibodi
5. Hormon
6. Urea
7. Asam urat
8. Sari makanan dan mineral seperti glukosa, gliserin, asam lemak, asam amino, kolesterol, dsb.

Sel darah merah membawa haemoglobin dalam sirkulasi. Sel darah merah berbentuk piring atau biconcave, pada mamalia sel darah merah tidak bernukleus kecuali pada awal dan pada hewan-hewan tertentu. Sel darah merah pada unggas mempunyai nukleus dan berbentuk elips. Sel darah merah terdiri dari air (65%), Hb (33%), dan sisanya terdiri dari sel stroma, lemak, mineral, vitamin, dan bahan organik lainnya dan ion K (Kusumawati, 2004).
            Darah juga mengandung faktor-faktor penting untuk pertahanan tubuh terhadap penyakit juga berperan dalam sistem buffer seperti bikarbonat dalam air. Darah yang kekurangan kandungan oksigen akan berwarna kebiru-biruan yang disebut sianosis. Darah dengan jumlah haemoglobin berkurang jauh dari standar karena pembentukan yang kurang memadai disebut anemia. Anemia juga dapat disebabkan oleh penyakit kronis, akut, kecelakaan yang mengeluarkan banyak darah, terserang penyakit cacing tambang, kanker darah, kekurangan gizi dan lain-lain. Anemia juga disebabkan oleh defisieansi zat Fe, Cu, vitamin dan asam amino (Frandson, 1992).
            Proses pergantian sel darah merah dari atau oleh sel darah baru terjadi setelah sirkulasi 3 sampai 4 bulan. Sel darah merah mengalami desintergrasi atau pemecahan sehingga melepas haemoglobin ke dalam sel dan sel darah pecah. Pembentukan sel darah merah pada orang dewasa pada sumsum tulang belakang dan pada bayi terjadi di hati, kelenjar thymus dan nodula lymphatica (Frandson,1992).
Sel darah mengalami hemolisis yang lebih cepat dibanding dengan pembentukan atau produksi sel darah yang baru. Proses penggantian sel darah merah dari atau oleh sel darah yang baru terjadi setelah sirkulasi 3 hingga 4 bulan. Sel darah merah mengalami pemecahan sehingga melepas haemoglobin kedalam sel darah merah dan pecah. Sel darah merah yang mengalami degradasi ini kemudian disendirikan dari sirkulasi yang dilakukan oleh sistem makrofag atau sistem reticuloendotelia. Sel-sel makrofag mencengkeram fragmen, fragmennya dicerna dan dilepaskan dalam darah. Globin dari haemoglobin mengalami degradasi kedalam tulang, disimpan sebagai sel-sel jaringan sebagai homosiderin (Frandson 1992).
Susunan dari sel darah merah adalah air (62%-72%) dan kira-kira sisanya berupa solid terkandung haemoglobin 95% dan sisanya berupa protein pada stroma dan membran sel, lipid, enzim, vitamin dan glukosa serta urin. Umur sel darah merah pada manusia berkisar antara 90 hingga 140 hari, rata-rata 120 hari dan pada hewan umurnya kira-kira 25 hingga 140 hari (Guyton, 1986).


























DAFTAR PUSTAKA
Budiono, J.D. 1992.  Pembuatan Preparat Mikroskopis. University Press. IKIP. Surabaya.
Campbell, Reece, Mitchell. 2004. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 3. Jakarta. Erlangga.
Eli. 2011. Bahan Ajar Mikroteknik. Jurusan Biologi FMIPA UNNES. Semarang.
Gunarso, Wisnu. 1989. Bahan Pengajaran Mikroteknik. Bogor : DEPDIKBUD Institiut Pertanian Bogor.
Juwono dr, dan Achmad dr. 2000. Biologi Sel. Buku kedokteran GGC. Semarang
Lesson C, et al. 1990. Mempersiapkan Jaringan dalam Buku Ajar Histologi. Edisi V. EGC. Jakarta. Hal 7-8.
Poedjiadi, Anna.1994. Dasar dasar biokimia. Indonesia University Press. Jakarta.
Sundoro, S.H. 1983. Metode Pewarnaan (Histologis dan Histokimia). Penerbit Bhrataro Karya Aksara. Jakarta.
Ganong, W. P. 1988. Review of Medical Physiologis.Long Medical Publishing Los Atos. California.
Guyton. 1986. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Prees. Yogyakarta.


0 komentar: