BIOLOGI ANGKATAN 2009 FMIPA UNTAN (BIODIESEL)

LIMITED EDITION ..........40th' Eraaaa ,,,,,,^^

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN SISTEMATIKA HEWAN (PRAKLAP SISWAN)

Isi laporan
1.    Sistematika dan deskripsi hewan (morfologi dan anatomi)
Filum         : Echinodermata
Sub-filum     : Echinozoa
Kelas         : Holothurotacea
Sub-kelas     : Aspidochirotacea
Ordo         : Aspidochirotda
Famili         : Holothurlidae
Genus        : Holothuria
Spesies    : Holothuria sp.
Teripang adalah salah satu anggota hewan berkulit duri (Echinodermata). Namun demikian, tidak semua jenis teripang mempunyai duri pada kulitnya. Ada beberapa jenis teripang yang tidak berduri. Duri-duri pada teripang tersebut sebenamya merupakan rangka atau skelet yang tersusun dari zat kapur dan terdapat di dalam kulitnya. Rangka dari zat kapur itu tidak dapat dilihat dengan mata biasa karena sangat kecil, sehingga perlu menggunakan mikroskop. Di dalam filum Echinodermata ini, termasuk pula bangsa bintang laut (Asterioidea) dan bulu babi (Echinoidea). Di antara empat famili teripang, hanya famili Holothurildae yang dapat dimakan dan bernilai ekonomis.
Tubuh teripang lunak, berdaging, dan bentuknya silindris memanjang seperti buah ketimun. Itulah sebabnya hewan ini dinamakan ketimun laut. Gerakannya sangat lamban sehingga hampir seluruh hidupnya berada di dasar laut. Wamanya bermacam-macam dari hitam, abu-abu, kecokelat-cokelatan, kemerah-merahan, kekuning-kuningan, sampai. putih.
Ukuran tubuh teripang berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Misalnya jenis Holothuria atra dapat mencapai panjang 60 cm dan berat 2 kg, jenis Actinopyga mauritidna mencapai panjang 30 cm dengan berat 2,8 kg, jenis Thelenota ananas mencapai panjang 100 cm dan berat 6 kg, sedangkan teripang putih atau teripang pasir (Holothuria scabra) panjangnya antara 25 - 35 cm dengan berat antara 0,250 - 0,350 kg.
Teripang termasuk jenis hewan dioecious. Artinya hewan yang berkelamin jantan terpisah dengan yang berkelamin betina. Untuk membedakan jenis kelamin tersebut secara morfologis sulit sekali dan harus dilakukan pembedahan gonad untuk diambil organ kelaminnya.
Perbedaannya akan tampak jelas bila dilihat di mikroskop dengan menyayat bagian organ kelamin jantan dan betina. Organ kelamin betina berwama kekuning-kuningan dan berubah menjadi kecokelat-cokelatan bila sudah matang kelaminnya. Sedangkan organ kelamin jantan berwama bening keputihan.
Di alam biasanya gerombolan teripang terdiri dari teripang jantan dan betina sehingga tidak menyulitkan apabila induk-induk diambil untuk dipijahkan di hatchery.
Perkawinan teripang biasanya berlangsung secara eksternal atau di luar tubuh. Sel telur dan sperma masing-masing dihasilkan oleh individu jantan dan betina dengan cara disemprotkan. Telur yang sudah dibuahi akan menetas beberapa hari kemudian. Setelah menjadi larva akan turun dan berada di dasar perairan sampai menjadi juvenill (teripang muda).
Bagian-bagian tubuh teripang termasuk organ dalamnya tidak begitu rumit. Secara garis besar, organ teripang dibagi menjadi sebelas bagian, yaitu :
- tentakel (rumbai-rumbai) sebagai alat peraba dan pengambil makanan yang berjumlah sekitar 10 buah,
- kulit luar,
- kerongkongan yang ukurannya pendek dan menggelembung,
- perut atau lambung,
- usus kecil,
- usus halus yang panjang dan berpangkal di ujung saluran pengeluaran,
- gonad (organ kelamin),
- sistem sirkulasi air,
- cabang-cabang saluran pernapasan,
- rumbai-rumbai pada pangkal lubang pengeluaran, dan
- kloaka (lubang pengeluaran).
Daerah penghasil teripang alam antara lain perairan pantai di Jawa Timur, Maluku, Irian, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Pantai Barat Sumatera, Sumatera Utara, Aceh, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Masing-masing daerah mempunyai nama lokal atau nama daerah yang berbeda-beda untuk masing-masing jenis. Misalnya teripang Hohthuria scabra di daerah Kepulauan Seribu dikenal dengan teripang pasir, sedangkan di daerah Manado dikenal dengan teripang susuan.
a.    Teripang putih atau teripang pasir (Holothuria scabra)
Bentuk badannya bulat panjang. Di bagian perut umumnya berwarna kuning keputih-putihan. Punggungnya berwarna abu-abu sampai kehitaman, dengan garis-garis melintang berwarna hitam. Seluruh bagian tubuh bila diraba terasa kasar. Teripang ini banyak ditemukan di sela-sela karang yang masih hidup ataupun mati, dan di perairan yang dasamya mengandung pasir halus.
b.    Teripang hitam (Holothuria edulis)
Badan teripang hitam berbentuk bulat panjang. Apabila diangkat dari permukaan air, badannya akan segera mengerut. Di seluruh badannya terdapat bintil-bintil halus. Jenis teripang ini mudah dikenal karena wamanya indah. Bagian punggungnya berwarna hitam keungu-unguan atau kebiru-biruan. Sedangkan pada bagian perut, sisi sekitar mulut, dan dubur berwarna kemerah-merahan. Hidup di daerah perairan yang berkarang atau berpasir yang ditumbuhi ilalang laut.
c.    Teripang getah atau teripang keling (Holothuria uacabunda)
Bentuk badannya bulat panjang dan langsing. Ranjang badannya antara 20 - 30 cm. Wama badan cokelat pekat dengan wama merah darah atau cokelat hitam. Di bagian mulutnya terdapat rumbai-rumbai pendek menyerupai kembang kol. Apabila diangkat dari permukaan air, jenis teripang ini akan mengeluarkan cairan putih seperti getah karet yang berfungsi sebagai alat untuk membela diri. Jenis teripang ini belum banyak diperdagangkan.
d.    Teripang cokelat (Holothuria marmorata)
Bentuk badannya bulat panjang dan kedl. Di beberapa daerah, warna teripang ini cukup variatif. Ada yang berwama cokelat kuning dan ada pula yang berwarna cokelat pekat. Namun, pada umumnya warna teripang ini abu-abu kecokelatan. Badannya ditutupi oleh tonjolan-tonjolan menyempai duri yang berbentuk kerucut dan berwarna kuning muda. Di bagian atas dan sisi badan terdapat bercak-bercak tidak teratur yang berwama cokelat. Ciri lain dari teripang ini adalah adanya sekat yang terputus-putus di bagian atas dan bawah badannya. Sekat ini tampak semakin berkurang di bagian bawah mulut dan dubur. Dari bagian mulut sampai bagian belakang badan terdapat semacam sekat memanjang yang seolah-olah membagi badan menjadi dua bagian sama besar.
e.    Teripang batu (Holothuria lecanora)
Badan teripang ini memanjang dan lunak. Apabila diraba, terasa adanya bintil-bintil bulat, terutama di bagian atas dan sisi badan. Sedangkan di bagian bawah, bintil-bintil tersebut terasa lebih halus dan membentuk tiga jalur. Warna badan cokelat tua agak kekuning-kuningan dan di bagian bawah warnanya tampak lebih jelas. Bagian duburnya berwarna kekuning-kuningan atau putih.














2.    Ekologi
2.1    Habitat
Habitat dan Penyebaran Teripang dapat ditemukan hampir di selumh perairan pantai, mulai daerah pasang surut yang dangkal sampai perairan yang lebih dalam. Untuk hidupnya, teripang lebih menyukai perairan yang jernih dan airnya relatif tenang. Pada umumnya, masing-masing jenis memiliki habitat yang spesifik. Misalnya, teripang putih banyak ditemukan di daerah yang berpasir atau pasir campur lumpur di kedalaman 1 - 40 m. Sering pula ditemukan di perairan yang dangkal dan banyak ditumbuhi ilalang laut (lamun). Sedangkan teripang koro dan teripang pandan banyak ditemukan di perairan yang lebih dalam.
Di habitatnya, ada jenis teripang yang hidup berkelompok dan ada pula yang hidup soliter (sendiri). Misalnya, teripang putih membentuk kelompok antara 3 - 10 ekor dan Holothuria nobilis hidup berkelompok antara 10 - 30 ekor.
Makanan utama teripang adalah organisme-organisme kecil, detritus (sisa-sisa pembusukan bahan organik), diatomae, protozoa, nematoda, algafilamen, kopepoda, ostrakoda, dan rumput laut. Jenis makanan lainnya adalah radiolaria, foraminifera, partikel-partikel pasir ataupun hancuran-hancuran karang, dan cangkang-cangkang hewan lainnya.
Penyebaran teripang di Indonesia sangat luas. Beberapa daerah penyebarannya antara lain meliputi perairan pantai Madura, Bali, Lombok, Aceh, Bengkulu, Bangka, Riau dan sekitamya, Belitung, Kalimantan (bagian barat, timur dan selatan), Sulawesi, Maluku, Timor, dan Kepulauan Seribu.
2.2    Peranan
Berbagai jenis teripang yang menjadi target perikanan (fishing) meliputi berbagai ukuran mulai dari beberapa cm sampai berukuran panjang hampir satu meter. Di Indonesia, teripang target terdiri atas banyak jenis (multi species), dan beragam harga pasarnya. Teripang adalah hewan bentik yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan komponen penting dalam rantai pakan (food chain) di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder). Di wilayah Indo-Pasifik, pada daerah terumbu yang tidak mengalami tekanan eksploitasi, kepadatan teripang bisa lebih dari 35 ekor per m2, dimana setiap individunya bisa memproses 80 gram berat kering sedimen setiap harinyaerkurangnya populasi teripang secara cepat menimbulkan konsekuensi bagi kelangsungan hidup berbagai jenis biota lain yang merupakan bagian dari kompleksitas lingkar pangan (food web) yang sama. Teripang dalam lingkar pangan ini berperan sebagai penyumbang pakan berupa telur, larva dan juwana teripang, bagi organisma laut lain seperti berbagai krustasea, moluska maupun ikan. Teripang mencerna sejumlah besar sedimen, yang memungkinkan terjadinya oksigenisasi lapisan atas sedimen. Tingkah laku teripang yang “mengaduk” dasar perairan dalam cara mendapatkan pakannya, membantu menyuburkan substrat disekitarnya. Keadaan ini mirip seperti dilakukan cacing tanah di darat. Proses tersebut mencegah terjadinya penumpukan busukan benda organik dan sangat mungkin membantu mengontrol populasi hama dan organisma patogen termasuk bakteri tertentu. Tangkap lebih teripang bisa berakibat terjadinya pengerasan dasar laut, sehingga tidak cocok sebagai habitat bagi bentos lain dan organisma meliang (infaunal organism). Teripang mempunyai kemampuan untuk melepas bagian organ dalam (eviscerasi) apabila terganggu, dan akan beregenerasi secara cepat.












3.    Manfaat (secara ekonomis)
Tidak semua jenis teripang yang ditemukan di perairan Indonesia mempunyai nilai ekonomis penting. Jenis teripang yang dapat dimakan dan mempunyai nilai ekonomis penting terbatas pada famili Aspidochiratae dan hanya dari genus Holothuriidae, Muelleria, dan Stichopus.
Dari beberapa jenis teripang tersebut, hanya tiga genus yang ditemukan di perairan pantai Indonesia. Ketiga genus tersebut adalah Holothuria, Muelleria, dan Stichopus. Dari ketiga genus tersebut ditemukan sebanyak 23 spesies dan baru lima species (dari genus Holothuria) yang sudah diekploitasi dan dimanfaatkan serta mempunyai nilai ekonomis penting. Teripang-teripang ekonomis tersebut adalah teripang putih atau teripang pasir (Holothuria scabra), teripang hitam (Hofothuria edulis), teripang getah atau kering (Holothuria uacabunda), teripang merah (Holothuria uatiensis), dan teripang cokelat (Holothuria marmorata). Dari kelima spesies tersebut yang paling banyak diperdagangkan dan dibudidayakan di Indonesia adalah jenis teripang putih.
Teripang telah dikenal dan dimanfaatkan sejak lama oleh bangsa Cina. Sejak Dinasti Ming, teripang telah dijadikan hidangan istimewa pada perayaan, pesta, dan hari-hari besar serta disebut-sebut pula mempunyai khasiat pengobatan untuk beberapa penyakit. Di negara tersebut, dilaporkan bahwa secara medis tubuh dan kulit teripang jenis Stichopus japomcus berkhasiat menyembuhkan penyakit ginjal, paru-paru basah, anemia, anti-inflamasi, dan mencegah arteriosklerosis serta penuaan jaringan tubuh. Di samping itu, ekstrak mumi dari teripang mempunyai kecenderungan menghasilkan holotoksin yang efeknya sama dengan antimicyn dengan kadar 6,25 - 25 mikrogram/mililiter. Di Indonesia sendiri, teripang telah dimanfaatkan cukup lama terutama oleh masyarakat di sekitar pantai sebagai bahan makanan. Untuk konsumsi pasaran internasional, biasanya teripang diperdagangkan dalam bentuk daging dan kulit kering.
Sebagai bahan pangan, teripang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi dan rasanya sangat lezat. Teripang kering mempunyai kadar protein tinggi, yaitu 82 %, dengan kandungan asam amino yang lengkap. Sedangkan lemak yang dikandung teripang mempunyai asam lemak tidak jenuh jenis W-3 yang penting untuk kesehatan jantung
Pengolahan teripang merupakan tahap akhir dari proses produksi dan sangat menentukan mutu produk. Mutu produk ini sangat berkaitan dengan harga jual. Saat ini pengolahan teripang masih banyak yang dilakukan secara tradisional sehingga mutu produknya relatif rendah. Oleh karena itu, pedagang pengumpul atau eksportir umumnya melakukan pengolahan ulang untuk perbaikan mutu.
Umumnya teripang diolah menjadi bentuk olahan kering atau dikenal dengan nama beche-de-mer. Selain itu, dikenal juga produk olahan lain seperti konoko (gonad kering), otot kering, konowata (usus asin) dan kerupuk. Teripang kering lebih disukai oleh konsumen di Singapura, Hongkong, dan Malaysia, sedangkan konoko, konowata, dan otot kering lebih disukai oleh konsumen di Jepang.
Dengan semakin banyaknya masyarakat yang ingin memanfaatkan produk teripang, maka berkembang pula jenis pengolahan teripang tersebut dalam bentuk makanan jadi seperti bakso teripang dan capcay teripang.
Pengolahan masing-masing bentuk olahan tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Beche-de-mer (teripang kering)
Di beberapa daerah pengolahan teripang kering dilakukan dengan cara sedikit berbeda, tetapi pada prinsipnya sama, yaitu penanganan hasil panen, pembuangan isi perut, perebusan, pengasapan pengeringan, dan penyimpanan.
2. Konoko (gonad kering)
Konoko berharga paling mahal di antara beberapa produk olahan yang berasal dari teripang. Produk olahan ini memang belum banyak dikenal karena sulit untuk mendapatkannya. Akan tetapi, kalau dilihat harganya yang dapat mencapai US$ 200/kg, maka sangat menarik
3. Konowata (usus kering)
Kegemaran masyarakat Jepang terhadap konowata kiranya cukup beralasan. Jenis makanan ini mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi : air 76,5 %, protein 9,3 %, lemak 1,3 %, karbohidrat 0,5 %, dan abu 12,4 %. Oleh karena itu, harganya pun tinggi. Di Tokyo, 1988, harga konowata rata-rata dalam partai besar ialah US$ 50/kg. Harga ini tergantung pada panjang pendeknya usus, semakin panjang usus semakin mahal harganya.
Pengambilan usus teripang untuk produk konowata dilakukan seperti halnya pengambilan gonad pada pembuatan konoko. Teripang yang akan diambil ususnya sebelumnya ditempatkan dalam wadah yang berisi air laut bersih selama beberapa waktu tanpa diberi makan. Ini bertujuan untuk mengosongkan isi usus. Setelah usus diambil, kemudian dipencet secara perlahan-lahan agar semua isi usus keluar. Pada waktu pengeluaran isi perut, usus kosong yang akan dimanfaatkan diusahakan jangan sampai terputar. Kemudian usus dicuci dengan air sampai bersih lalu digarami.
Penggaraman mula-mula dilakukan sepertiga dari jumlah garam yang diperlukan, berfungsi untuk menyerap air keluar dari usus teripang. Setelah itu, baru ditambahkan garam dalam jumlah agak banyak dan diaduk agar merata. Agar terjadi fermentasi, usus yang telah digarami itu dimasukkan ke dalam wadah. Selama masa fermentasi sesekali dilakukan pengadukan. Kemudian hasil fermentasi dimasukkan ke dalam botol dan siap dikonsumsi.

4. Otot kering
Otot kering teripang banyak disukai oleh masyarakat Cina, Jepang, Eropa, dan Amerika. Produk ini diambil dari otot yang memanjang pada tubuh teripang. Otot ini empuk/lunak, berasa seperti daging kerang, dan berkualitas tinggi.
Teripang yang akan diambil ototnya direndam di dalam air laut bersih sampai ototnya memendek. Setelah itu, ototnya diambil dan diawetkan dalam larutan garam. Di pasaran otot kering ini dijual dalam bentuk kemasan di dalam kaleng.
5. Kerupuk Teripang
Teripang dapat pula diolah menjadi kerupuk. Kerupuk teripang dapat dibuat dari bagian badan atau otot teripang. Nilai gizi kerupuk ini cukup baik (lihat Tabel 6). Proses pembuatannya sebagai berikut.
Teripang segar digores dengan pisau pada bagian perutnya. Tahap selanjutnya dilakukan perebusan dengan air laut pada suhu 60 - 70°C selama 1 jam. Setelah dingin, bagian dalam teripang dikeluarkan dan teripang dikeringkan di panas matahari. Teripang hasil pemanasan ini merupakan bentuk produk setengah jadi. Tahap berikutnya dilakukan pemisahan antara otot dan badan teripang.
Untuk mendapatkan kerupuk dari bagian badan teripang, badan teripang dikeringkan lagi di bawah sinar matahari. Setelah kering, dilakukan penggorengan dengan pasir sekitar 5 menit lalu diangin-anginkan. Langkah berikutnya adalah penggorengan dengan minyak kelapa dan kerupuk teripang pun sudah jadi.
Sedangkan untuk mendapatkan kerupuk otot teripang, sebelumnya otot teripang direndam terlebih dulu dalam air tawar selama 2 jam. Perendaman tersebut bertujuan untuk mengurangi kandungan garam pada teripang. Selanjutnya otot teripang dipanaskan di bawah sinar matahari. Setelah kering, dilakukan penggorengan dengan minyak kelapa dan kerupuk otot teripang siap untuk dinikmati.
6. Makanan Jadi Teripang
Beberapa bentuk makanan jadi yang terbuat dari teripang di antaranya adalah bakso dan cap cay teripang. Untuk membuat makanan jadi tersebut, teripang yang telah diasap kering harus dikembangkan terlebih dulu agar berbentuk seperti semula.




















4.    Penutup
4.1    Kesimpulan
Dari uraian dimuka disimpulkan bahwa Indonesia merupakan sumber (pemasok) utama produk teripang dalam pasar global. Paling tidak ada 25 jenis teripang berpotensi komersil, 10 jenis diantaranya bernilai laku mahal. Tidak ada peraturan khusus berkaitan dengan perburuan teripang di Indonesia. Perhatian terhadap sumberdaya teripang cenderung tidak proposional, bahkan teripang dianggap sebagai komoditi yang tidak penting. Sementara itu depleting resources teripang sudah dirasakan mengarah pada kelangkaan beberapa jenis “mahal”. Berkaitan dengan wacana CITES yang sekarang sedang berkembang terhadap sumberdaya teripang, perlu antisipasi peraturan eksploitasinya. Bila legal fishing terhadap teripang nantinya diterapkan, perlu adanya law enforcement yang konsekuen dan konsisten. Pengelolaan sumberdaya teripang adalah upaya untuk melestarikan eksistensinya dan memperoleh manfaat optimal bagi nelayan, eksportir, maupun importir, dengan tetap me maintain keberadaaan teripang dalam fungsi ekologi dan juga memenuhi kebutuhan maupun aspirasi generasi mendatang.












Riwayat Penulis
NAMA         : LUQMAN
TTL             : PONTIANAK, 28 MEI 1990
AGAMA         : ISLAM
ALAMAT         : JL HUSEIN HAMZAH
         GG BERDIKARI 1 NO.17 RT/RW: 4/25
HOBI            : OLAHRAGA, PUISI, GAME KOMPUTER DAN DA’WAH
NO HP             : 085245004444

E – MAIL        :    luqman_mania_bgt@yahoo.com
MOTTO         : HAVE FUN AND ALWAYS SMILE
PRESTASI        : JUARA 1 LONBA LCC AGAMA SE PTK SMP-MTs
               JUARA 3 LOMBA LCC AGAMA KHUTANAN UNTAN SMA-MA
RIWAYAT HIDUP     : TK PERMATA SARI PTK
  SDN 18 PTK
  MTsN 1 PTK
  SMAN 3 PTK
  STAISA PONTIANAK JURUSAN PAI PRODI TARBIYAH
   FMIPA BIOLOGI UNTAN
PENGALAMAN KERJA     : KESEKRETARIATAN PARTAI GERINDRA KALBAR
   BIDANG KEROHANIAN TIDAR KALBAR
  ANGGOTA PENGURUS LEMBAGA PERLINDUNGAN    ANAK (LPA) KALBAR
  KEPALA TU YAYASAN WALISONGO
  BENDAHARA MIS DARUSSALAM SUNGAI RAYA
  BENDAHARA MAS WALISONGO PONTIANAK

Daftar Pustaka
Anonim, Budi Daya dan Pengolahan Teripang (Jakarta: Ditjen Perikanan, 1992).
______, Hasil Penelitian Teknologi Penanganan dan Pengolahan Teripang (Holothuroidea) (Jakarta: Sub-Balai Penelitian Air Laut, 1993).
______, Laporan Hasil Uji Coba Balai Budidaya Laut Lampung 1992/1993, Laporan Uji Coba, Balai Budi Daya Laut (Jakarta: 1992).
______, Laporan Keberhasilan Pemijahan Teripang Pasir (Holothuria scabra), Laporan Uji Coba, Balai Budi Daya Laut (Jakarta: 1992).
______, Petunjuk Teknis Budi Daya Teripang (Jakarta: Ditjen Perikanan, 1992).
______, Petunjuk Teknis Penanganan dan Pengolahan Teripang Kering (Jakarta: Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, 1986).
————,Review of the Beche-de-mer (Sea Cucumber) Fishery in the Maldives (FAO, 1992).
————, "Teripang Komoditas Harapan di Subsektor Perikanan", Warta Pertanian, No.91, 1990.
————, Training Manual on Breeding and Culture of Scallops and Seacucumber in China (Training Manual 9, 1991).
http://afatarulis81.blogspot.com/2010/05/budidaya-teripang.html
James, D.B. et al, 1988. "SuccessfuB Induced Spawning and Rearing of the Holothurians Holothuria (Metriatyla) scabra", Tuticorin Marine Fisheries Information Service, No. 87, 1988.
Panggabean, Toman M., Membudidayakan Teripang (Ketimun Laut) dalam Rangka Meningkatkan Produksi Hasil Laut Indonesia (Jakarta: Ditjen Perikanan dan International Research Centre, 1987).
Tiensongrusmee, B dan Soehardi Pontjoprawiro, Budi Daya Teripang, Potensi dan Prospeknya (Seafarming Development Project FAO/UNDP, 1988).

PERKARA YANG MENCEGAH DATANGNYA HIDAYAH

Tidak Punya Kesiapan Menerima Hidayah.
Sesungguhnya hal ini telah saya sebutkan, yaitu bahwa hati orang yang bersangkutan tidak punya kesiapan untuk menerima hidayah, tidak punya kemauan untuk itu, tidak menyukainya, tidak mencarinya, dan tidak pula menginginkannya dengan keinginan yang keras.
Sesungguhnya sebagian orang ada yang tidak memperhatikan apakah dirinya beroleh petunjuk ataukah sesat. Dia pun tidak punya perhatian untuk menimba ilmu atau meraih faidah yang berguna. Dia sama sekali tidak perhatian untuk menuntut ilmu agama atau tidak menuntutnya.
Akan tetapi, seandainya keluarganya tidak punya roti (beras), tentulah problem ini lebih penting baginya daripada mengetahui makna surat al Fatihah atau hal-hal yang dpat menunjukinya kepada masalah-masalah agamanya yang bersfiat fardhu 'ain atau sunnah Nabi Shallahu alahi wasslam dalam shalatnya.
Orang seperti ini tidak punya kesiapan untuk menerima hidayah dan tidak pula memperhatikannya. Sehubungan dengan hal ini Allah Ta'ala telah berfirman:
"Kalau kiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu." (QS. al-Anfal [8] : 23)
Dalam kitab Shahihain disebutkan bahwa Rasulullah Shallahu alaihi wassalam bersabda,"Perumpaan hidayah dan ilmu yang diperintahkan oleh Allah kepadaku untuk menyampaikannya sama dengan hujan yang menimpa bumi".
Selanjutnya, Rasululllah Shallahlu alaihi wassalam membagi-bagi bumi ini ke dalam beberapa bagian sesuai dengan kondisinya."Maka sebagian di antara bumi ini ada yang subur", dalam teks lain disebutkan "baik, mau menerima air sehingga dapat menumbuhkan tetumbuhan dan rumput yang banyak".
Ini adalah perumpaan orang-orang yagn mau menerima hidayah, kemudian menyebarkannya kepada orang lain.
"Sebagiannya ada yang dapat menahah air, maka Allah menjadikannya berguna bagi manusia, sehingga mereka dapat beroleh minuman dan bercocok tanam".
Ini adalah perumpamaan orang-orang yang mau menimba ilmu, tetapi tidak mengajarkannya kepada orang lain. Golongan ini relatif baik, tetapi tidak seperti golongan yang pertama.
"Dan sebagian yang lainnya ada kawasan yang tiada lain hanyalah ketandusan belaka, tidak dapat menahan air tidak dapat menumbuhkan tetumbuhan".
Ini adalah perumpaan tentang orang-orang yang telah berpaling dari hidayah. Selanjutnya, Rasulullah saw. bersabda,"Seperti itulah perumpaan orang yang beroleh manfaat dari ilmu yang diperintahkan Allah kepadaku untuk menyampaikannya, kemudian menjadi orang yagn berilmu, lalu mengajarkannya (kepada orang lain), dan perumpamaan orang yang tidak mau memperhatikan hal tersebut serta tiak pula mau menerima hidayah Allah yang disampaikan olehku".
Orang Yang Lalai Itu Ada Dua Macam:
Pertama, sebagian dari mereka terdiri dari golongan yang fasiq lgi bobrok tak ubahnya seperti hewan atau kedudukannya sama seperti hewan ternak. Semoga Allah melindungi kit adari hal i tu. Kepentingannya hanyalah hawa nafsunya. Dia tidak mengenal, baik Al-Qur'an maupun Sunnah. Adakalanya dia menjalani siang dan malam harinya tanpa mengetahui hendak ke manakah dia pergi dan apakah yang ada dihadapnnya?
Kedua, golongan yang lainnya adalah golongan yang lalai lagi kurang akalnya. Mereka banyak di dapati di daerah pedalaman da tempat-tempat yang tidak mendapat penerangan dari cahaya Islam dan tidak pula pernah tersentuh oleh dakwahnya. Untuk itu sudah menjadi kewajiban bagi para ulama, para mahasiswa, da para da'i untuk pergi ke sana guna mengajari mereka agama Islam, karena sesungguhnya mereka, tidak diragukan lagi, mempunyai tanggung jawab untuk mempunyai tanggung jawab untuk menyampaikan dakwha kepada orang-orang itu.
Berteman dan Bergaul Dengan Orang-Orang Yang Jahat.
Salah seorang yang shalih mengatakan: "Jauhilah oleh kalian teman yang buruk dan tiada yang membahayakan Abu Thalib selain teman-teman sekedudukannya, karna sesungguhnya tatkala ditawarkan kepadanya kalimah laa ilaaha illallooh, lalu dia hendak mengucapkannya, maka teman-teman sekedudukannya berkata kepadanya: "Jangan kau ucapkan kalimat itu!" Ali Ra pernah berkata: "Berbekallah kalian dari teman-teman sekedudukan yang baik, karena sesungguhnya mereka adalah penolong di dunia dan di akhirat".
Mereka bertanya, "Wahai Abul Hasan (Ali Ra), kalau menjadi penolong di dunia kami mengerti, tetapi bagaimana dengan menjadi penolong di akhirat?"
Ali menjawab, "Tidakkah kalian mendengar firman Allah Ta'ala yang menyebutkan:
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa". (QS. Az-Zukhruf [43] : 67)
Semoga Allah selalu melindungi kita dari teman-teman yang jahat, karena sesungguhnya Rasulullah Shallahu alaihi wasslam, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Shahihain menyebut mereka seperti peniup perapaian pande besi. Rasulullah Shallahu alaihi wassla pernah besabda,"Seseorang itu akan dihimpunkan bersama dengan orang yang disukainya".
Dalam hadist lain Beliau Shallahu alaihi was salam pernah bersabda pula,"Seseorang itu dinilai berdasarkan tuntunan teman dekatnya. Oleh karena itu, hendaklah seseorang diantara kalian memperhatikan sispa yagn akan dijadikan teman dekatnya". (HR. Abu Dawud dan Tirmizi)
Oleh karena itu, Imam Syafi'i rahimahumullah mengatakan dengan rendah diri dalam bait-bait syairnya:
"Aku menyukai orang-orang shalih,
meskipun diriku bukan termasuk di antara mereka,
mudah-mudahan aku beroleh syafa'at dari mereka,
Dan aku benci,
terhadap orang-orang yang kerjanya hanya maksiat,
meskipun kita mempunyai pekerjaaan yang sama.
Semoga Allah melindungi kita dari teman-teman yang buruk,
yaitu orang-orang yang tidak membantu untuk berdzikir."

Penyakit syubhat adalah penyakit keraguan. Penyakit ini sulit disembuhkan. Allah Ta'ala berfirman,
بَلِ ادَّارَكَ عِلْمُهُمْ فِي الْآخِرَةِ ۚ بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ مِّنْهَا ۖ بَلْ هُم مِّنْهَا عَمُونَ
"Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (kesana), malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu, lebih-lebih lagi mereka buta darinya". (QS. An-Naml [27] : 66).
Kemudian, penyakit syahwat dapat menjerumuskan farji dan lisan kebanyakan kaum muslimin, terkecuali orang-orang yang dipelihara oleh Allah, kedalam perbuatan fahisyah (zina), dan menggelincirkan telapak kakinya ke dalam kenistaan yang membuat Tuhan murka, karena kemaksiatan da hal-hal yang diharamkan-Nya. Penyakit ini sulit disembuhkan, meskipun lebih ringan daripada penghalang sebelumnya, karena penyakit ini menyebar melalui kemaksiatan dan dosa-dosa besar.
Penawa kedua penyakit ini dengan mempertebal keyakinan, mempertajam padangan hati, dan memperbanyak pengetahuan agama Islam. Sementara penawar penyakit syahwat, bersikap sabar dengan semua ketentuan dan hukum Allah. Wallahu'alam.

KISAH LUQMAN DALAM ALQUR’AN

Wa la qad aataina luqmaanal hikmata anisy kurlillaahi wa may yasykur fa innamaa yasykuru li nafsihii wa ma kafara fa innallaaha ghaniyyun hamiid.Sesungguhnya Kami telah memberi Luqman hikmah, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah. Barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang ingkar maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.”
Para ulama salaf berikhtilaf mengenai Luqman: apakah dia seorang nabi atau hamba Allah yang saleh tanpa menerima kenabian? Mengenai hal ini ada dua pendapat. Mayoritas ulama berpendapat bahwa dia adalah hamba Allah yang saleh tanpa menerima kenabian. Menurut Ibnu Abbas, Luqman adalah seorang hamba berkebangsaan Habsyi yang berprofesi sebagai tukang kayu. Sementara Jabir bin Abdillah mengidentifikasikan Luqman sebagai orang bertubuh pendek dan berhidung pesek. Sedangkan Said bin Musayyab mengatakan bahwa Luqman berasal dari kota Sudan, memiliki kekuatan, dan mendapat hikmah dari Allah, namun dia tidak menerima kenabian.
Selanjutnya, Ibnu Jarir berpendapat bahwa Luqman adalah seorang hamba sahaya berbangsa Habsyi yang berprofesi sebagai tukang kayu. Suatu kali, majikannya berkata kepada Luqman, “Sembelihkan domba ini untuk kami.” Lalu dia menyembelihnya. Si majikan berkata, “Ambillah bagian dagingnya yang terbaik.” Lalu Luqman mengambil lidah dan hati domba. Si Majikan diam selama beberapa saat, lalu berkata, “Sembelihkan domba yang ini untuk kami.” Lalu dia menyembelihnya. Si majikan berkata, “Ambillah bagian dagingnya yang terburuk.” Lalu Luqman mengambil lidah dan hati domba. Kemudian si majikan berkata, “Aku menyuruhmu mengambil dua bagian daging domba yang terbaik, lalu kamu melaksanakannya dan akupun menyuruhmu mengeluarkan bagian domba  yang terburuk, lalu kamu mengambil daging yang sama.” Luqman berkata, “Sesunguhnya tiada perkara yang lebih baik daripada lidah dan hati jika keduanya baik dan tiada perkara yang lebih buruk daripada lidah dan hati jika keduanya buruk.”
Suatu kali dia didatangi seseornag, lalu bertanya, “Apa yang dapat mengantarkanmu kepada kebajikan dalam bertutur?” Luqman menjawab, :Berkata jujur dan tidak mengatakan hal yang tidak penting.”

Dari keterangan di atas jelaslah bahwa Luqman adalah seorang hamba yang menjadi sahaya, dan kesahayaan menghambatnya untuk menjadi nabi, sebab para rasul yang diutus itu berasal dari kalangan keluarga terpandang diantara kaumnya. Karena itu mayoritas ulama salaf memandang Luqman bukan sebagai nabi.
Luqman pun pernah ditanya ihwal prestasi yang dicapainya. Dia menjawab. “Hai anak saudaraku, jika engkau menyimak apa yang aku katakan kepadamu, kamupun akan berprestasi seperti aku.” Lalu Luqman berkata, “Aku menjaga mengontrol pandanganku, mejaga lidahku, menjaga kesucian makananku, memelihara kemaluanku, berkata jujur, memenuhi janjiku, menghormati tamuku, memelihara hubungan baik dengan tetanggaku, dan meninggalkan perkara yang tidak penting. Itulah yang membuat diriku seperti yang kamu lihat.”
Firman Allah Ta’al, “Sesungguhnya Kami telah memberi Luqman hikmah, ” yaitu pemahaman, ilmu, tuturan yang baik, dan pemahaman Islam, walaupun dia bukan nabi dan tidak menerima wahyu. “Yaitu, Bersyukurlah kepada Allah.” Yakni, Kami menyuruhnya bersyukur kepada Allah Yang Mahamulia lagi Mahaagung atas karunia yang telah diberikan secara khusus kepadanya, tidak diberikan kepada manusia sejenis yang hidup pada masa itu.
Kemudian Allah berfirman, “Barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri.” Sesungguhnya manfaat bersyukur itu berpulang kepada orang-orang yang bersyukur itu sendiri, karena Allah berfirman, ‘Dan barangsiapa yang ingkar maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.” Dia tidak membutuhkan hamba dan Dia tidak mendapat mudarat jika seluruh penduduk bumi ingkar, sebab Dia tidak membutuhkan perkara selain-Nya. Karena itu, tidak ada tuhan melainkan Allah dan kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya.

LAPORAN MORFOLOGI JAMUR BENANG

I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia
jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri
jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh,
pertumbuhan, dan reproduksinya.
Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa (Pelczar and Reid, 1958). Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atauhifasenositik.Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari
lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit. Parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya,Pneumonia
carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS). Parasit fakultatif
adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok. Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahan bahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya. (Anonim, 2008)
Jamur benang yang berukuran kecil dan biasanya bersifat uniseluler dapat diamati dengan mikroskop. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil. Hal ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil. Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan obyek yang diamati, yaitu mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo). Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. (anonim, 2008).
B. Tujuan
Tujuan praktikum acara pengenalan morfologi jamur benang dan khamir adalah untuk mengetahui morfologi luar Berbagai jenis jamur benang dan khamir secara  ikroskopis dengan perbesaran lemah dan sedang. Acara praktikum ini juga bertujuan untuk mengetahui cara pemakaian mikroskop dengan benar sesuai  prosedur
B. Pembahasan
Untuk jamur benang, langkah awal yang dapat dilakukan untuk identifikasi adalah mengamati adanya hifa. Bentuk hifa dapat bersekat atau tidak bersekat, bentuk percabangan hifa, stolon, rhizoid, sel kaki, badan buah, dasar badan buah, pendukung badan buah, dan bentuk spora.  Rhizopus Sp. dapat menghasilkan spora seksual dan aseksual. Spora aseksualnya sering disebut sporangiophore dan dihasilkan di dekat sporangium. Secara genetik, sifat spora ini identik dengan induknya. PadaRhizopus, sporangium didukung oleh sebuah kolumela yang besar. Rhizospora yang berwarna gelap dihasilkan saat terjadi fusi antara dua miselia yang sesuai. Fusi ini terjadi saat berlangsungnya reproduksi seksual. Keturunan yang dihasilkan melalui reproduksi seksual dapat memiliki perbedaan sifat dari induknya secara genetik. Bagian tubuh Rhizopus oryzae seperti sporangium yang mengandung spora, sporangiophore atau tangkai spora, kolumela, stolon, dan rhizoid..
Beberapa spesies Rhizopus dapat merugikan manusia karena menyebabkan zygomiosis yang berakibat fatal bagi kehidupan. Hal ini disebabkanRhizopus mempunyai pertumbuhan yang teratur dan dapat hidup pada suhu yang relatif tinggi. Beberapa jenis termasuk patogen pada tumbuhan.Rhizopus dimanfaatkan dalam pembuatan tempe dari kacang kedelai dan minuman beralkohol.
Secara umum ciri khas genusAspergillus khususnya Aspergillus niger adalah memiliki sebuah bentuk sel yang disebut sel kaki. Selain itu,Aspergillus memiliki falida, metula, conidia, dan konidiofora atau tangkai konidia. Monilia sitophila atau dikenal juga sebagai Neurospora dicirikan dengan adanya bentuk semacam rantai, merupakan deretan spora yang berwarna terang dan berasal dari conidiophore yang tidak terlihat. Spora dihasilkan oleh tunas yang terbentuk pada ujung rantai muda.
JenisMonilia Sp. adalah kapang roti merah yang menghasilkan pertumbuhan koloni berwarna pink sangat cepat dan spora yang banyak. Spora yang dihasilkan kering dan mudah dilepas satu dengan lainnya. Karena daya tumbuh yang teratur dan reproduksinya tinggi, jenis ini dapat mengkontaminasi kultur lain di laboratorium. Hifa yang menyusun tubuh Monilia sitophila terdiri dari dua macam hifa yaitu hifa vegetatif dan hifa aereal.
Bagian tubuh Penicillium notatum terdiri dari konidia, tangkai konidia atau konidiophore, phalidae dan metula. Penicillium notatum merupakan jenis jamur benang yang dapat menghasilkan metabolit sekunder berupa antibiotik penicilin. Antibiotik ini berguna bagi manusia untuk meningkatkan kekebalan tubuh dari penyakit.
IV. KESIMPULAN
Dari acara praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan bahwa jamur benang memiliki morfologi yang berbeda-beda.Aspergillus memiliki ciri khas yaitu ada sel kaki dan vesikula,Rhizopus punya stolon dan rhizoid,Moni lia sp. berbentuk rantai yang transparan. Penicillium notatum dapat menghasilkan antibiotik penicilin yang berguna bagi kesehatan manusia.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Gallup Dave. 2008. The Invironmental Reporter. Diakses dari
www.emlab.com/s/sampling/env-report-09-2006.html.
(tanggal 2 Maret 2008)
Nuryono , Tahir. I, dan Pranowo, D. 2006. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik
Untuk Fakultas-Fakultas NonMIPA. Laboratorium Kimia Dasar FMIPA
UGM , Yogyakarta
Plummer, D. T., 1987. An Introduction to Practical Biochemistry. Tata Mc-Graw Hill
Publishing Company LTD, Bombay- New Delhi
Soetarto, E.S., Suharni. T.T, Nastiti. S.Y dan Sembiring, L. 2008. Petunjuk Praktikum
Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Fakultas Biologi. Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Umbreit, W.W.1960. Aplied Microbiology. Academic Press. London

LAPORAN BAKTERI GRAM POSITIF DAN NEGATIF

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari perbedaan morfologi dari masing-masing sel mikroba.

1.2 Latar Belakang
Deskripsi bakteri, khamir dan fungi berisi karakter morfologinya. Seperti apakah mereka berbentuk cembung, kokus atau spiral. Apakah berbentuk kapsul. Apakah ditemukan menyendiri atau dalam kumpulan (rangkaian, paket). Apakah mereka berflagella dan letak dari Flagella tersebut. Apakah mereka memproduksi spora dan apa reaksi mereka untuk pewarnaan Gram (Schlegel, 1992).
Dari berbagai proses pengecatan, bakteri dapat dibagi menjadi dua katagori utama yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif adalah bakteri yang tahan terhadap alkohol sehingga tetap mengikat warna cat pertama dan tidak mengikat zat kontras sehingga bakteri akan berwarna ungu. Sedangkan bakteri Gram negatif adalah bakteri yang tidak tahan terhadap alkohol sehingga warna cat pertama dilunturkan dan bakteri mengikat warna kontras sehingga tampak merah (Sujudi, 1993).
Morfologi dari bakteri dan khamir ini merupakan suatu bentuk praktikum yang mengajukan praktikan untuk belajar menganalisa kelompok mikroba dengan perbandingan literaturnya. Percobaan ini dilatarbelakangi oleh praktik untuk melihat morfologi secara langsung pada biakan murni bakteri dan khamir yang sudah dikultivasi.

BAB II
DASAR TEORI


Bakteri merupakan mikrobia prokariotik uniselular, termasuk klas Schizomycetes, berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel. Bakteri tidak berklorofil kecuali beberapa yang bersifat fotosintetik. Cara hidup bakteri ada yang dapat hidup bebas, parasitik, saprofitik, patogen pada manusia, hewan dan tumbuhan. Habitatnya tersebar luas di alam, dalam tanah, atmosfer (sampai 10 km diatas bumi), di dalam lumpur, dan di laut. Bakteri mempunyai bentuk dasar bulat, batang, dan lengkung. Umumnya bakteri berukuran 0,5-10 µm. Para ahli menggolongkan struktur bakteri menjadi dinding luar, sitoplasma, dan bahan inti. Bakteri memiliki flagel atau bulu cambuk, pili atau fimbriae, kapsula atau lapisan lendir, dinding sel dimana ada yang struktur dinding sel bakteri Gram Negatif yaitu merupakan struktur yang berlapis, sedangkan bakteri Gram Positif mempunyai satu lapis yang tebal. Dalam sel baktri terdapat membran sitoplasma, protoplasma, inti, organel-organel lain yang memiliki peran masing-masing. Bila bakteri tumbuh di dalam medium yang tidak cair, maka terjadilah suatu kelompok yang dinamakan koloni. Bentuk koloni berbeda-beda untuk setiap spesies, dan bentuk itu merupakan ciri khas bagi suatu spesies tertentu. Pengamatan bakteri dapat kita lakukan secara individual, satu persatu, maupun secara kelompok dalam bentuk koloni, dan sifat-sifatnya dapat kita ketahui melalui koloni yang tumbuh di medium permukaannya (Puspita, 2008).
Isolat bakteri yang diperoleh diamati morfologi koloni dengan melihat bentuk koloni, warna, tepian dan elevasi pada medium agar lempeng, agar tegak dan agar miring. Sedangkan morfologi sel ditentukan dengan melihat olesan biakan yang sudah diwarnai dibawah mikroskop dan melihat bagaimana bentuk sel, sifat gram, dan kemampuan membentuk spora dari bakteri tersebut (Pelczar dan Chan, 2006).
Bakteri hidup sukar untuk dilihat dengan mikroskop cahaya biasa karena bakteri itu tampak tidak berwarna jika diamati secara sendiri-sendiri, walaupun biakannya secara keseluruhan mungkin berwarna. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwarnai daripada dalam keadaan hidup. Yang dimaksud bakteri terwarnai adalah organisme yang telah diwarnai dengan zat pewarna kimia agar mudah dilihat dan dipelajari. Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran (Volk, 1993).
Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. Sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies (Dwidjoseputro, 1980).
Cara pewarnaan hanyalah dengan menambahkan pada olesan yang telah difiksasi dengan zat pewarna khusus. Zat pewarna tersebut adalah pewarna diferensial, karena dapat membagi bakteri sejati menjadi dua kelompok fisiologi, dengan demikian sangat memudahkan identifikasi jenisnya. Prosedur pewarnaan ini terdiri atas empat langkah, yaitu olesan dibasahi dengan lembayung gentian atau lembayung kristal, setelah 60 detik zat pewarna lembayung dibilas dan olesan dibasahi dengan larutan yodium. 60 detik kemudian, yodium dibilas dan gelas preparat dicuci dengan larutan alkohol 95 % selama 15-30 detik, lalu gelas preparat selama 30 detik diwarnai dengan safranin (zat pewarna merah) atau coklat Bismarck (dipakai bagi orang yang buta warna terhadap warna merah). Setelah spesimen yang diwarnai itu ditemukan dengan obyektif tinggi-kering, dapatlah diamati dengan imersi minyak, dengan meneteskan minyak langsung pada olesan terwarnai dan menurunkan lensa obyektif imersi minyak ke dalam minyak (Volk, 1993).
Pengecatan diferensial mengunakan dua warna yang kontras untuk membedakan antara jenis organisme yang berbeda. Empat bahan reaksi yang digunakan untuk pewarnaan Gram yaitu :
1. Crystal violet, pewarna pertama ( warna ungu).
2. Iodine, pewarna untuk mempertajam pewarna pewarna pertama (suatu kompleks dengan crystal violet).
3. Ethanol 95%, penghilang warna.
4. Safranin, suatu counterstain.
(Sujudi, 1993).
Pada umumnya jenis – jenis pengecatan dibagi atas 4 macam yaitu:
1. Pewarnaan negatif yaitu dengan pewarnaan latar belakang sel dengan zat warna asam, sehingga sel – sel tersebut secar kontras tidak berwarna. Yang biasanya dipakai adalah zat warna hitam nigrosin. Metode ini digunakan untuk sel – sel dan struktur – struktur yang sukar diwarnai secara langsung.
2. Pengecatan sederhana yaitu pewarnaan yang hanya satu macam cat saja. Biasanya bakteri maupuin sekitarnya akan mempunyai warna yang sama, tetapi dengan intensitas yang berbeda. Pewarna sederhana yaitu tipe pewarna yang paling sederhana, caranya hanya dengan menambahkan pada olesan yang telah difiksasi salah satu diantaranya zat warna berikut : Lembayung gentian, lembayung safranin, biru metilen, furchin bara dan zat warna anilin bara yang lainnya.
3. Pengecatan khusus digunakan untuk melihat alat tambahan pada bakteri.
4. Pengecatan diferensial menggunakan lebih dari satu macam zat warna. Contoh pewarnaan diferensial yaitu pewarnaan Gram dan pewarnaan tahan asam.
(Hadioetomo, 1985).
Pada umumnya sel khamir lebih besar dari pada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Setiap spesies mempunyai bantuk yang khas. Khamir sangat beragam ukurannya, berkisar antara 1 sampai 5µm, lebarnya dan panjangnya 5 sampai 30µm atau lebih. Pengamatan mikroskopis sel khamir dapat dilakukan dengan membuat preparat basah yang diberi larutan methylin blue. Pada pengecatan sederhana yaitu pemberian methylin blue 0,1 %, sel khamir dapat dibedakan antara sel yang mati dengan yang hidup. Pada sel yang mati akarnya berwarna biru. Sedangkan yang hidup tidak berwarna (transparan). Hali ini disebabkan oleh sifat membran sel yang selektif permiabel (Pelczar, 1986).
Khamir adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara 5 dan 20 mikron. Biasanya berukuran 5-10 kali lebih besar dari bakteri. Terdapat berbagai macam bentuk ragi dan bentuk seringkali tergantung dari cara pembelahan selnya. Sel khamir dapat berbentuk lonjong, bentuk batang atau bulat. Sel-sel khamir sering dijumpai secara tunggal tetapi apabila anak-anak sel tidak dilepaskan dari induknya setelah pembelahan maka akan terjadi bentuk yang disebut pseudomisellium. Khamir tidak bergerak karena itu tidak mempunyai flagella. Beberapa jenis khamir membentuk kapsul di sebelah luar (Buckle, 1987).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN


3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu botol semprot, mikroskop cahaya listrik, pipet steril, jarum ose, bunsen/lampu spiritus, gelas preparat, tabung reaksi, dan kertas label.

3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu akuades, alkohol, spiritus, kapas, biakan murni bakteri Escherichia coli, cat gram A (cristal violet), cat gram B (lugol iodine), cat gram C (lugol iodine), D (safranin), cat laktofenol blue, minyak imersi, dan biakan murni khamir Sacharomyces cerevisiae.

3.3 Prosedur Percobaan
a. Pengecatan Sel Gram Bakteri
1. Disiapkan mikroskop, dibersihkan jarum ose, gelas benda dan gelas penutup.
2. Diambil biakan bakteri (sesedikit mungkin) dengan jarum ose.
3. Diratakan setipis mungkin di bagian tengah gelas benda dan difiksasi suspensi.
4. Dibubuhkan cat Gram A (crystal violet) sampai menutup seluruh suspensi, dibiarkan 1 menit dan dicuci dengan akuades dalam botol semprot, dikering-anginkan.
5. Dibubuhkan cat Gram B (lugol iodine) sampai menutup seluruh suspensi, dibiarkan 1 menit dan dicuci dengan akuades dalam botol semprot, dikering-anginkan.
6. Dibubuhkan cat Gram C (aseton alkohol) sampai menutup seluruh suspensi, dibiarkan 10 detik dan dicuci dengan akuades dalam botol semprot, dikering-anginkan.
7. Dibubuhkan cat Gram D (safranin) sampai menutup seluruh suspensi, dibiarkan 1 menit dan dicuci dengan akuades dalam botol semprot, dikering-anginkan.
8. Ditutup dengan gelas penutup, ditetesi minyak imersi dan diamati di bawah mikroskop.
9. Digambar penampakan sel bakteri yang terlihat.

b. Pengamatan Sel Khamir/Yeast
1. Disiapkan mikroskop, dibersihkan gelas benda dan gelas penutup.
2. Diambil sedikit biakan khamir (sesedikit mungkin) dengan jarum ose.
3. Diletakkan di bagian tengah gelas benda dan diratakan setipis mungkin.
4. Difiksasi suspensi, lalu dibubuhkan cat methylen blue. Diratakan dengan gelas benda lain.
5. Dikering-anginkan. Ditutup dengan gelas penutup, ditetesi minyak imersi dan diamati di bawah mikroskop, digambar penampakan morfologinya.
6. Diperhatikan bentuk, warna sel untuk masing-masing jenis sel khamir menggunakan mikroskop.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1.Hasil pengamatan morfologi sel mikroba
No Gambar Keterangan
1

Perbesaran 1000 kali
Gambar Escherichia coli - Bakteri Gram negatif (-)
- Berwarna merah
- Berbentuk batang (basil)
2
Perbesaran 400 kali


Perbesaran 1000 kali
Gambar Saccharomyces cerevisiae - Berwarna biru
- Berbentuk bulat (coccus)


4.2 Pembahasan
Pewarnaan Gram (metode Gram) adalah suatu cara untuk mewarnai sel bakteri menggunakan zat warna berupa Gram, untuk lebih mudah diamati dibawah mikroskop untuk mengetahui sifat fisiologisnya. Empat bahan reaksi yang digunakan untuk pewarnaan Gram yaitu:
1. Crystal violet, pewarna pertama (warna ungu).
2. Iodine, pewarna untuk mempertajam pewarna pewarna pertama (suatu kompleks dengan crystal violet).
3. Ethanol 95%, penghilang warna.
4. Safranin, suatu counterstain.
Setelah melakukan berbagai proses pengecatan diatas maka bakteri dapat dibagi menjadi dua katagori utama yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif adalah bakteri yang tahan terhadap alkohol sehingga tetap mengikat warna cat pertama dan tidak mengikat zat kontras sehingga bakteri akan berwarna ungu. Sedangkan bakteri Gram negatif adalah bakteri yang tidak tahan terhadap alkohol sehingga warna cat pertama dilunturkan dan bakteri mengikat warna kontras sehingga tampak merah
Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan tidak kontras dengan air, di mana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Oleh karena itu pengamatan tanpa pewarnaan menjadi lebih sukar dan tidak dapat digunakan untuk melihat bagian-bagian sel dengan teliti. Pewarnaan akan menyebabkan bakteri-bakteri tersebut kontras berwarna dengan sekelilingnya, sehingga akan terlihat jelas. Adapun tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas bentuk dan ukuran bakteri, melihat struktur luar dan dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, serta menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas dari bakteri
Escherichia coli merupakan salah satu bakteri berbentuk batang (basil) yang termasuk Gram negatif karena E. coli tidak dapat menahan zat pewarna ungu (crystal violet) ketika dicuci dengan zat penghilang warna. Tetapi E. coli menyerap zat pewarna tandingan (safranin), sehingga berwarna merah. Hal ini menunjukan sifat fisiologis bakteri gram negatif, yaitu reaksi dinding sel dalam serangkaian pewarnaan. Warna ungu dari crystal violet dapat hilang dikarenakan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme Gram negatif dengan pencucian alkohol yang memungkinkan kompleks zat pewarna yodium dapat disingkirkan dari sel, akibatnya sel menjadi tidak berwarna. Pada saat ditetesi lugol iodine, sel tetap berwarna ungu dan terbentuk kompleks crystal violet-iodine di dalam sel. Namun hilang ketika pencucian dengan alkohol karena pori-pori mengembang dan kompleks ungu crystal violet-iodine keluar dari sel dan akhirnya menyerap warna merah safranin.
Dinding sel bakteri Gram negatif lebih tipis dan mengandung lipid, lemak atau substansi seperti lemak dalam presentase lebih tinggi daripada yang dikandung bakteri Gram positif. Hal inilah yang menyebabkan daya rembes atau permeabilitas dinding sel Gram negatif lebih besar karena banyak lipid yang terekstraksi ketika bereaksi dengan alkohol, sehingga organisme gram negatif akan kehilangan warna dari kompleks crystal violet-iodine yang telah terbentuk pada proses sebelumnya. Kandungan lipid pada bakteri Gram negatif sebesar 11-22 %, sedangkan pada bakteri Gram positif sebesar 1-4 %.
Escerichia coli, bentuknya batang (basil) dan berkoloni pada suatu tempat, serta berwarna merah ( bakteri Gram negatif). Literatur dari Bakteri, yaitu terdapat secara luas di alam yang berhubungan dengan hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, air dan tanah. Morfologi, uniseluler (bersel tunggal), ukuran panjang = 0,5-10 mm; lebar = 0,5-2,5 mm. Bentuk sel: coccus (bulat), bacillus (batang/basil), spirillium (spiral) dan vibrios (koma/vibrio), prokarik, tidak memiliki membran di dalam sitoplasma, beberapa memiliki flagella (rambut cambuk), capsul (kapsul) dan endospora, perkembangbiakannya Aseksual dengan pembelahan biner. Agen penyubur tanah, bermanfaat dalam industri pembuatan senyawa penting (semisal alkohol), mengolah makanan, penyebab penyakit, pembusuk bahan makanan, dll (Rachdie, 2006).
Khamir (Yeast) yang diamati pada percobaan ini adalah Sacharomyces cerevisiae. Khamir dapat berbentuk oval, silinder, bulat, dan batang. Pada percobaan ini khamir berbentuk bulat dan berwarna biru karena ditetesi laktofenol blue. Methylen blue adalah cat yang digunakan untuk mewarnai sel khamir agar lebih mudah diamati, karena warna sel khamir hidup adalah tidak berwarna (transparan). Yeast digunakan sebagai ragi untuk pembuatan roti, tape, brem, anggur, kecap, sayur asin dan lain-lain. Selain itu, pada saat ini jasa yeast sudah sangat banyak dipakai dalam produk fermentasi baik pada susu, daging, bir, wine, kefyr, koumiss, keju dan produk fermentasi lainnya. Yeast dipakai sebagai starter dan disebut sebagai ragi yang terdiri dari bakteri, jamur dan yeast yang dipakai sebagai biang atau indukan (mother liquor). Bahan utamanya adalah karbohidrat yaitu pati misalnya jagung, ubi kayu, beras, ketan dan lainnya.
Saccharomyches sp, bentuknya bulat (kokus) dan berwarna biru. Literatur dari Khamir (Yeast) yaitu berada dalam Lingkungan yang berkadar gula dan pH rendah, seperti buah-buahan dan sirup. Morfologi Uniseluler (bersel tunggal), dengan ukuran 5-20 mm. (5-10 x lebih besar dari bakteri), bentuk sel Pseudomiselium, Eukariotik, memiliki dinding sel yang serupa dengan bakteri, sitoplasma memiliki inti bebas (discrete nucleus), memiliki vakuola yang berisi sejumlah besar cairan. Perkembangbiakannya Aseksual dengan tunas, peranannya sebagai fermentasi alkoholik pada bir, tape, nata dll (Rachdie, 2006).
.

BAB V
PENUTUP


5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Pewarnaan Gram dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mempermudah dalam mengamati morfologi sel bakteri.
2. Escherichia coli merupakan bakteri yang berwarna merah karena menyerap safranin (bakteri Gram negatif).
3. Sacharomyces merupakan salah satu jenis khamir yang bereaksi dengan methylen blue, sehingga berwarna biru dan lebih mudah diamati.
4. Escherichia coli adalah bakteri berbentuk batang, dan Sacharomyces adalah khamir yang berbentuk bulat.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dalam percobaan ini adalah sebaiknya mikroba yang hendak diamati diambil sesedikit mungkin agar mikroba tidak bergerombol sehingga morfologi mikroba tersebut lebih mudah diamati.


DAFTAR PUSTAKA


Buckle, K.A. 1987. Ilmu Pangan. UI-Press. Jakarta.

Dwidjoseputro. 1980. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan. Surabaya.

Hadioetomo, R.S. 1985. Mirobiologi Dasar dalam Praktik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Pelczar, Michael J. Dan E.C.S Chan. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.

Puspita, H. E. 2008. Morfologi Bakteri.
http://one.indoskripsi.com//mikrobiologi/morfologi-bakteri
Diakses pada tanggal 15 November 2010

Rachdie2, 2006, Kelompok Mikroba Penting.
http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/kelompok-mikroba-penting/tracback/
Diakses tanggal 18 November 2010

Schlegel, H.G. 1992. General Microbiology 7th Edition. Cambridge University
Press. Cambridge.

Sujudi, H. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. UI press. Jakarta
Volk, Wesley A. Dan Margaret F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Erlangga.
Jakarta.

LAPORAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN MIKROBA

BAB I
PENDAHULUAN


Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba.

Latar Belakang
Seperti makhluk hidup pada umumnya, pertumbuhan mikroba tentunya tidak lepas dari pengaruh lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi itu dapat berupa faktor fisika, faktor kimia, maupun faktor biologi. Namun, pertumbuham mikroba ini tidak hanya dipengaruhi faktor lingkungan, tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Karena ukurannya yang sangat mikroskopis, pertumbuhan mikroba sangat tergantung pada keadaan sekelilingnya (Pelczar dan Chan, 2006).
Faktor temperatur merupakan faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi peertumbuhan dan kehidupan mikroba karena enzim yang menjalankan metabolisme sangat peka terhadap temperatur. Berdasarkan temperatur minimum, optimum dan maksimum yang dimiliki mikrobia digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu mikrobia psikrofil, mikrobia mesofil, dan mikrobia termofil (Suharni, 2009).
Melalui percobaan ini, akan diketahui pengaruh–pengaruh lingkungan dalam pertumbuhan mikroba, seperti suhu, pH, desinfektan, dan antibiose. Setelah mengetahui suhu optimum bagi mikroba untuk hidup, kita dapat mengatur suhu yang tepat untuk mengembangbiakan mikroba untuk keperluan industri. Begitu pula dengan pH, pH yang dibutuhkan oleh mikroba untuk dapat tumbuh optimum dapat kita ketahui melalui percobaan ini, sehingga kita dapat mengatur pH dalam mengembangkan industri yang menggunakan mikroba. Latar belakang dari praktium ini adalah agar praktikan dapat mengetahui kemampuan mikroba dalam hidupnya pada bahan-bahan alam yang mempengaruhi keadaan fisiologi dan morfologi dari suatu mikroba.

BAB II
DASAR TEORI


Perubahan yang terjadi di dalam lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan sifat fisiologi mikroba. Beberapa golongan sangat tahan terhadap perubahan lingkungan, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Adapula golongan mikroba yang sama sekali peka terhadap perubahan lingkungan sehingga tidak dapat menyesuaikan diri. Faktor lingkungan sangat penting artinya di dalam usaha mengendalikan kegiatan mikroba baik untuk kepentingan proses ataupun pengendalian. Mikroba memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba dapat berupa faktor abiotik (fisikawi maupun kimiawi) dan faktor biotik (meliputi kehidupan aksenik dan adanya asosiasi kehidupan). Faktor abiotik diantaranya temperatur, pH, kebutuhan air, tekanan osmosis dan oksigen molekuler (Suharni, 2009).
Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respon yang berbeda – beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba, diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai
(Pelczar dan Chan, 2006).
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan hal yang penting dalam ekosistem pangan. Suatu pengetahuan dan pengertian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk mengendalikan hubungan antara mikroorganisme-makanan-manusia. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme meliputi suplai zat gizi, waktu, suhu, air, pH, dan tersedianya oksigen
(Buckle, 1985).
Enzim, sistem transport elektron dan sisem transport nutrien pada membran sel bakteri sangat peka terhadap konsentrasi ion hidrogen (pH). Selama pertumbuhan, mikrobia dapat menyebabkan perubahan pH medium sehingga tidak sesuai lagi untuk pertumbuhan. Oleh karena itu perlu diberi bufer di dalam medium untuk mencegah perubahan pH. Berdasarkan pH minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhan, mikrobia digolongkan ke dalam mikrobia asidofilik, neutrofilik dan mikrobia alkalinofilik. Tiap mikroba mempunyai kisaran pH tertentu untuk pertumbuhannya. Biasanya pH untuk bakteri 6,5-7,5, khamir 4,0-4,5, jamur benang dan aktinomisetes pada pH yang lebih luas 2,0-8,0 (Suharni, 2009).
Sebagian organisme memiliki rentan pH optimum yang cukup sempit. Penentuan pH optimum untuk setiap species harus ditentukan secara empirik. Sebagian besar organisme (neutrofil) tumbuh baik pada pH 6,0 – 8,0, meskipun ada pula (asidopil) yang memiliki pH 10,5. Mikroorganisme mengatur pH internalnya terhadap rentang nilai pH eksternalnya yang cukup luas. Organisme asidofil mempertahankan pH internal kira-kira 6,5, dengan pH eksternalnya berkisar antara 1,0 – 5,0. Organisme neutrofil mempertahankan pH internal kira-kira 7,5, dengan pH eksternal sekitar 5,5 – 8,5 dan organisme alkalofil mempertahankan pH internal kira-kira 9,5 dengan pH eksternal 9,0 – 11,0. pH internal diatur oleh rangkaian sistem pengangkutan proton berpangkat ATP primer dan penukaran Na+ / H+. Sistem pertukaran K+ / H+ diduga juga ikut mengatur pH internal pada organisme neutrofil (Brooks dkk, 1994).
Di antara semua ion, ion H+ dan OH- adalah ion-ion yang paling penting, oleh sebab itu perubahan kadar yang kecil saja sudah menimbulkan pengaruh yang besar. Karena alasan ini adalah amat penting untuk menggunakan nilai pH awal yang optimum dan mempertahankannya sepanjang pertumbuhan. Kebanyakan organisme hidup paling baik, kalu kadar ion H+ dan ion OH- sama (pH=7). Banyak bakteri mengutamakan nilai pH yang lenih tinggi, jadi lingkungan yang basa lemah, seperti misalnya penitrifikasi, Rhizobium, Actinomyceten, bakteri pengurai ureum. Hanya sedikit yang tahan asam atau bahkan asidofil. Cendawan-cendawan mengutamakan nilai pH rendah; jika media biak dengan berbagai pH ditanam dengan tanah, maka pada pH 5,0 yang berkembang terutama cendawan, sedangkan pada pH 8,0 terutama bakteri (Schlegel, 1994).
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat di bagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Di mana, faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yaitu, mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme. Sedangkan faktor-faktor abiotik terdiri atas faktor fisika (misal: suhu, atmosfer gas, pH, tekanan osmotik, kelembaban, sinar gelombang dan pengeringan) serta faktor kimia (misal: adanya senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya (Hadioetomo, 1985).
Desinfektan adalah bahan kimia yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Faktor utama yang menentukan bagaimana desinfektan bekerja adalah kadar dan suhu desinfektan, waktu yang diberikan kepada desinfektan untuk bekerja, jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada, dan keadaan bahan yang didesinfeksi. Jadi terlihat sejumlah faktor harus diperhatikan untuk melaksanakan tugas sebaik mungkin dalam perangkat suasana yang ada. Desinfeksi adalah proses penting dalam pengendalian penyakit, karena tujuannya adalah perusakan agen–agen patogen. Berbagai istilah digunakan sehubungan dengan agen–agen kimia sesuai dengan kerjanya atau organisme khas yang terkena. Mekanisme kerja desinfektan mungkin beraneka dari satu desinfektan ke yang lain. Akibatnya mungkin disebabkan oleh kerusakan pada membran sel atau oleh tindakan pada protein sel atau pada gen yang khas yang berakibat kematian atau mutasi (Volk dan Wheeler, 1993).
Bahan-bahan kimia yang bersifat bakteriostatik atau fungistatik adalah bahan-bahan kimia yang dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau kapang, sedangkan bakterisidal dan fungisidal adalah bahan-bahan kimia yang dapat membunuh bakteri atau kapang. Berbagai logam, asam, halogen, alkohol, fenol, deterjen dan antibiotika mempunyai efek antimikroba yang dipergunakan dalam industri pengolahan bahan pangan atau desinfeksi dan sanitasi alat-alat pengolahan dan ruangan-ruangan pabrik atau kadang-kadang sebagai bahan yang ditambahkan dalam bahan pangan sebagai zat pengawet. Kerja dari bahan-bahan kimia antimikroba ini dapat bersifat khas yaitu hanya efektif pada jenis-jenis mikroorganisme tertentu. Sebagai contoh antibiotika jenis penisilin dan tetrasiklin hanya dapat membunuh bakteri tetapi tidak membunuh khamir atau kapang. Beberapa bahan yang bersifat spektrum luas seperti hipoklorit dapat mematikan lebih banyak mikroorganisme. Evektivitas dari setiap bahan antimikroba ini tergantung pada jumlah yang digunakan, waktu penggunaan dan faktor-faktor lingkungan lainnya seperti pH (Buckle, 1985).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN


3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, mikropipet steril (effendorf pipet), lampu bunsen, cawan petri steril, pinset, jarum inokulasi, laminar, hair driyer, dan penagas air.

3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah medium glukose broth, suspensi biakan Escherichia coli, suspensi biakan Bacillus subtilis, medium glukose broth dengan pH yang berbeda yaitu pH 3, 5 dan 7, medium nutrien agar, paper disc, akuades, infusa tumbuhan wedusan, infusa tumbuhan sirih, alkohol, kloromfenikol, dan eritromisin.

3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Faktor Fisik
3.3.1.1 Faktor Suhu
Diinokulasi biakan Eschericia coli dengan pipet steril ke dalam tabung-tabung medium glukose broth masing-masing sebanyak 0,1 mL.
Disiapkan tabung-tabung yang tidak diinokulasikan sebagai kontrol.
 C selama 24-72 jam.°, dan 50°, 30°Diinkubasikan satu seri tabung Eschericia coli pada suhu 5
Diamati perubahan yang terjadi setelah perlakuan tersebut.

3.3.1.2 Faktor pH
Diinkubasi biakan Eschericia coli dengan pipet steril ke dalam tabung-tabung glukose broth yang pH-nya berbeda, masing-masing sebanyak 0,1 ml.
Disiapkan tabung-tabung yang berisi medium dari masing-masing pH yang tidak diinokulasikan sebagai kontrol.
 C selama 24-72 jam.°Diinkubasi pada suhu 30
Diamati pertumbuhan yang terjadi pada setiap perlakuan.

Faktor Kimia dan Biologi
Dicairkan medium agar di dalam penangas air, kemudian didinginkan.
Ditetesi 0,1 ml suspensi biakan bakteri masing-masing ke dalam cawan petri, 2 untuk biakan Escherichia coli dan 2 untuk biakan Bacillus subtilis.
Dituangkan medium agar secara aseptik ke dalam setiap cawan petri yang sudah ditetesi dengan suspensi biakan, meratakan dan membiarkan mengeras.
Dibakar pinset sesegera mungkin di atas nyala api, diletakkan paper disc dengan pinset steril satu per satu dengan jarak tertentu.
Dibagi cawan petri menjadi 4 kuadran sama besar. Kuadran I untuk paper disc yang ditetesi akuades, kuadran II untuk paper disc yang ditetesi infusa tumbuhan wedusan, dan kuadran III untuk paper disc yang ditetesi infusa tumbuhan sirih, serta meengeringkan dengan hair driyer pada ketiga paper disc yang telah ditetesi tersebut hingga jenuh. Kuadran IV diberi dengan kloromfenikol dan eritromisin.
Diinkubasikan pada suhu kamar selama 24 jam.
Diamati pertumbuhan yang terjadi dan mengukur diameter daerah bening yang dihasilkan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Faktor Fisik Pengaruh Suhu terhadap Pertumbuhan Mikroba (48 jam)
No. Suhu () Jenis Bakteri Perubahan Warna Gambar
1. 5 E. coli 1 Tidak ada Tetap
E. coli 2 Tidak ada Tetap
B. subtilis 1 Tidak ada Tetap
B. subtilis 2 Tidak ada Tetap
2. 30 E. coli 1 Ada Keruh
E. coli 2 Ada Keruh
B. subtilis 1 Ada Keruh, ada endapan
B. subtilis 2 Ada Keruh, ada endapan
3. 50 E. coli 1 Tidak ada Tetap
E. coli 2 Tidak ada Tetap
B. subtilis 1 Tidak ada Tetap
B. subtilis 2 Tidak ada Tetap

Tabel 2. Faktor Fisik Pengaruh pH terhadap Pertumbuhan Mikroba (48 jam)
No. pH Jenis Bakteri Perubahan Warna Gambar
1. 3 E. coli 1 Tidak ada Tetap
E. coli 2 Tidak ada Tetap
B. subtilis 1 Tidak ada Tetap, ada endapan
B. subtilis 2 Tidak ada Tetap, ada endapan
2. 5 E. coli 1 Ada Lebih keruh
E. coli 2 Ada Lebih keruh
B. subtilis 1 Ada Lebih keruh, ada endapan
B. subtilis 2 Ada Lebih keruh, ada endapan
3. 7 E. coli 1 Ada Lebih keruh, ada endapan
E. coli 2 Ada Lebih keruh, ada endapan
B. subtilis 1 Ada Keruh, ada endapan
B. subtilis 2 Ada Keruh, ada endapan

Tabel 3. Faktor Kimia
No. Jenis Desinfektan Jenis Bakteri Zona Bening (mm) Gambar
1. Akuades steril E. coli 1 0
Infusa sirih 6,2
Infusa wedusan 0
Eritromycin 20,3
2. Akuades steril E. coli 2
0
Infusa sirih 6,6
Infusa wedusan 0
Kloramfenikol 29,4
3. Akuades steril B. subtilis 1
0
Infusa sirih 5,7
Infusa wedusan 0
Eritromycin 13,7
4. Akuades steril B. subtilis 2 0
Infusa sirih 6,7
Infusa wedusan 0
Kloramfenikol 12,4



4.2 Pembahasan
Medium harus mempunyai pH yang tepat, yaitu tidak terlalu asam atau basa. Kebanyakan bakteri tidak tumbuh dalam kondisi terlalu basa, dengan pengecualian basil kolera (Vibrio cholerae). Pada dasarnya tak satupun yang dapat tumbuh baik pada pH lebih dari 8. Kebanyakan patogen, tumbuh paling baik pada pH netral (pH 7) atau pH yang sedikit basa (pH 7,4). Beberapa bakteri tumbuh pada pH 6;tidak jarang dijumpai organisme yang tumbuh baik pada pH 4 atau 5. Sangat jarang suatu organisme dapat bertahan dengan baik pada pH 4; bakteri autotrof tertentu merupakan pengecualian. Karena banyak bakteri menghasilkan produk metabolisme yang bersifat asam atau basa.
Pengaruh temperatur pada petumbuhan mikroorganisme dapat dibedakan atas tiga golongan yaitu:
Mikroorganisme Psikrofilik, adalah bakteri yang dapat bertahan hidup antara temperatur 0¬oC sampai 30oC. Sedangkan temperatur optimumnya antara 10oC sampai 20oC.
Mikroorganisme Mesofilik, adalah bakteri yang dapat bertahan hidup antara temperatur 5¬oC sampai 60oC. Sedangkan temperatur optimumnya antara 25oC sampai 40oC.
Mikroorganisme Termofilik, adalah bakteri yang dapat bertahan hidup antara temperatur 55¬oC sampai 65oC, meskipun bakteri ini juga dapat berkembang biak pada temperatur yang lebih rendah ataupun lebih tinggi dengan batas optimumnya antara 40oC sampai 80oC.
Berdasarkan pH minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhan, mikrobia digolongkan ke dalam mikrobia asidofilik, neutrofilik dan mikrobia alkalinofilik. Tiap mikroba mempunyai kisaran pH tertentu untuk pertumbuhannya. Biasanya pH untuk bakteri 6,5-7,5, khamir 4,0-4,5, jamur benang dan aktinomisetes pada pH yang lebih luas 2,0-8,0. Lingkungan memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan mikroba.
Antibiotik adalah bahan kematerapeutik yang terjadi sebagai produk sampingan kegiatan metabolisme bakteri atau fungi (Volk dan Wheeler, 1993) yang termasuk antibiotic kematerapeutik diantaranya adalah penisilin, streptomysin dan eritromysin. Desinfektan adalah bahan kimia yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Faktor utama yang menentukan bagaimana desinfektan bekerja adalah kadar dan suhu desinfektan, waktu yang diberikan kepada desinfektan untuk bekerja, jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada, dan keadaan bahan yang didesinfeksi. Jadi terlihat sejumlah faktor harus diperhatikan untuk melaksanakan tugas sebaik mungkin dalam perangkat suasana yang ada. Desinfeksi adalah proses penting dalam pengendalian penyakit, karena tujuannya adalah perusakan agen–agen patogen. Berbagai istilah digunakan sehubungan dengan agen–agen kimia sesuai dengan kerjanya atau organisme khas yang terkena. Mekanisme kerja desinfektan mungkin beraneka dari satu desinfektan ke yang lain. Akibatnya mungkin disebabkan oleh kerusakan pada membran sel atau oleh tindakan pada protein sel atau pada gen yang khas yang berakibat kematian atau mutasi.
Tidak semua mikroba dapat hidup dalam segala keadaan. Mikroba hanya dapat hidup pada kondisi lingkungan yang sesuai. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan mikroba di antaranya adalah faktor fisik seperti pengaruh suhu dan pengaruh pH, serta faktor kimia dan biologi, yaitu pengaruh daya desinfektan dan antibiose. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor di atas terhadap pertumbuhan mikroba dan mikroba yang digunakan adalah Escherichia coli. Media yang digunakan utuk pertumbuhan mikroba untuk mengetahui pengaruh suhu dan pH adalah media glukose broth, sedangkan untuk mengetahui pengaruh desinfektan dan antibiose adalah media nutrien agar.
Faktor suhu merupakan faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan mikroba karena enzim yang menjalankan metabolisme sangat peka terhadap temperatur. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa E. Coli dapat tumbuh optimum pada suhu 30oC, yang ditandai dengan kekeruhan pada media. Bakteri ini juga dapat tumbuh pada suhu 50oC, tetapi jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan pertumbuhan bakteri pada suhu 30oC, tingkat kekeruhan pada media juga lebih rendah. Sedangkan pada suhu 5oC, bakteri yang tumbuh sangat sedikit. Bisa juga dikatakan hampir tidak ada bakteri yang tumbuh pada suhu 5oC dan media masih dalam keadaan jernih, hanya ada sedikit kekeruhan di bagian dasar tabung, itu pun jumlahnya sangat sedikit. Hal ini menandakan bahwa E. Coli tidak dapat hidup pada suhu yang terlalu rendah maupun suhu yang terlalu tinggi. Berdasarkan temperatur minimum, optimum dan maksimum yang dimiliki mikroba, bakteri E. Coli pada percobaan ini termasuk mikrobia mesofil, yaitu mikroba tumbuh pada temperatur minimum 10 oC, optimum 25-37 oC dan maksimum 55 oC.
Selain suhu, faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba adalah keasaman (pH). Pada percobaan ini, E. Coli tidak dapat tumbuh pada pH=3, namun dapat tumbuh pada pH=5, terlebih pada pH=7, E. Coli dapat tumbuh dengan baik. Seperti pada pengaruh suhu, indikasi adanya pertumbuhan mikroba pada media ditandai dengan kekeruhan pada media tersebut. Kekeruhan terjadi pada pH=5 dan pH=7 dengan kekeruhan terbesar terjadi pada pH=7. Sedangkan pada pH=3 media tetap dalam keadaan jernih dan tidak ada kekeruhan. Dari hal-hal di atas diketahui bahwa E. Coli tidak bisa hidup dalam suasana yang terlalu asam. E. Coli dapat hidup dalam suasana netral atau hampir netral yang tidak asam dan tidak juga basa. Berdasarkan hal di atas, E. Coli digolongkan sebagai mikroba mesofil (neutrofil), yaitu kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 5,5-8,0.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah :
Pertumbuhan mikroba dipengaruhi beberapa faktor lingkungan seperti faktor kimia, faktor fisika, dan faktor biologi.
Escherichia coli dapat tumbuh pada kisaran suhu
Escherichia coli dapat tumbuh pada kisaran pH 5-8.
Mikroba, dalam hal ini E. Coli, tidak dapat hidup pada daerah yang mengandung desinfektan. 10-55oC.
Mikroba masih dapat hidup pada daerah-daerah yang terkandung bahan alami.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk percobaan ini adalah sebaiknya semua bahan dan alat yang digunakan benar-benar dalam keadaan bersih dan tidak terkontaminasi.

DAFTAR PUSTAKA


Brooks,dkk. 1994. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 2. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Buckle, K. A. 1985. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Pelczar, MJ dan ECS. Chan,.1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi jilid II. Penerbit Universitas Indonesia (UI - Press). Jakarta.

Schlegel, Hans G.1994. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Suharni, Theresia Tri dkk. 2008. Mikrobiologi Umum. Penerbit Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.

Volk, Wesley A. dan Margaret F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta.

LAPORAN TEKNIK ISOLASI MIKROBA E. COLI

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari teknik-teknik isolasi mikroba dan kultivasi (pemeliharaan) mikroba.

1.2 Latar Belakang
Istilah pertumbuhan umumnya dipergunakan bakteri dan mikroorganisme yang lainnya dan biasanya lebih mengacu pada perubahan di dalam hasil panen sel dan bukanlah dilihat. Dari pertambahan jumlah individu mikroorganisme tersebut. Suatu proses pertumbuhan menyatakan pertambahan jumlah atau massa yang melebihi dari yang ada di dalam inokulum asalnya (Volk, 1993).
Di dalam suatu populasi bakteri, tidak semua sel mampu hidup terus. Yang dianggap sebagai sel hidup ialah sel yang mampu membentuk koloni di dalam agar biak atau membentuk suspensi dalam larutan biak. Sel-sel yang mampu hidup terus inilah yang dihitung dengan berbagai metode untuk menetapkan jumlah sel hidup. Pada jumlah total sel ikut dihitung semua sel yang nampak atau yang dapat dihitung dengan cara lain, sehingga dengan demikian sel-sel mati dan cacat ikut dihitung. Cara apapun yang digunakan, jumlah koloni dihitung sesudah inkubasi (Schlegel, 1994).
Latar belakang diadakannya percobaan isolasi dan kultivasi mikroba ini adalah untuk memelihara suatu mikroorganisme yaitu bakteri, jamur, dan khamir dari media yang ada serta membedakan bahwa setiap mikroorganisme memiliki peranan yang berbeda dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan..Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan dan tidak memerlukan tempat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan yang dilakukan dalam percobaan ini, dan tingkat pembiakannya relatif cepat saat inkubasi.

BAB II
DASAR TEORI


Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media. Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni dengan cara disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C selama 15 menit (Fathir, 2009).
Isolat bakteri yang diperoleh diamati morfologi koloni dengan melihat bentuk koloni, warna, tepian dan elevasi pada medium agar lempeng, agar tegak dan agar miring. Sedangkan morfologi sel ditentukan dengan melihat olesan biakan yang sudah diwarnai dibawah mikroskop dan melihat bagaimana bentuk sel, sifat gram dan kemampuan membentuk spora dari bakteri tersebut
(Pelczar, 2006).
Bakteri hidup sukar untuk dilihat dengan mikroskop cahaya biasa karena bakteri itu tampak tidak berwarna jika diamati secara sendiri-sendiri, walaupun biakannya secara keseluruhan mungkin berwarna. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwarnai daripada dalam keadaan hidup. Yang dimaksud bakteri terwarnai adalah organisme yang telah diwarnai dengan zat pewarna kimia agar mudah dilihat dan dipelajari. Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran (Volk, 1993).
Pengamatan bakteri itu dapat kita lakukan secara individual, satu per satu, maupun secara kelompok dalam bentuk koloni. Besar kecilnya koloni, mengkilat tidaknya, halus kasarnya permukaan, dan warna koloni merupakan sifat-sifat yang diperlukan dalam menentukan identifikasi spesies. Warna bakteri baru tampak jelas, jika bakteri itu diamati dalam kelompok. Kebanyakan bakteri mempunyai warna yang keputih-putihan, kelabu, kekuning-kuningan, atau hampir bening, akan tetapi ada juga beberapa spesies yang mempunyai pigmen warna yang lebih tegas. Adanya warna itu dipengaruhi juga oleh factor-faktor luar seperti temperatur, pH, oksigen bebas. Ada beberapa spesies yang memerlukan fosfat, ada spesies memerlukan sulfat guna menimbulkan pigmentasi. Pada umumnya pigmen itu menetap di dalam sel selama bakteri itu hidup; pigmen hijau pada Pseudomonas dapat larut dalam air serta meresap ke dalam medium yang ditumbuhinya, setelah sel mati (Dwidjoseputro, 1994).
Fungi atau cendawan adalah organisme hetrotrofik yang memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Morfologi jamur (fungi) dapat dilihat secara mikroskopis sel-selnya. Jamur tersususn dari benang-benang sel panjang yang dihubungkan dari ujung ke ujung. Benang-benang itu disebut hifa. Pengamatan secara morfologi fungi baik secara makrokopis dapat dipakai untuk determinasi. Secar mikroskopis, perlu diperhatikan ada tidaknya sekat pada hifa, percabangan hifa, badan buah, dasar badan buah, sel kaki, dan bentuk spora (Volk, 1993).
Fungi biasanya bersifat multiseluler, setiap perubahan fungi terdiri atas lebih dari satu sel. Namun demikian tiap-tiap sel memiliki kemampuan untuk tumbuh sendiri dan oleh karenanya jamur dapat diklasifikasikan sebagai mikroorganisme. Fungi terdiri atas untaian seperti benang tipis disebut hifa. Hifa tumbuh sebagai masa di permukaan atau menembus medium tempat jamur tersebut tumbuh. Masa hifa disebut misellium. Pada dasarnya fungi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Jamur tidak bersepta
Jamur ini tidak memiliki dinding pemisah (septa). Hifanya merupakan tabung memanjang berisi inti yang banyak terdispersi ke seluruh sitoplasma sehingga diberi nama multiseluler.
2. Jamur bersepta
Jamur ini memiliki septa atau dinding-dinding pemisah yang membagi hifa menjadi sel yang terpisah, masing-masing sel berisi inti (Gaman,1994).
Khamir adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara 5 dan 20 mikron. Biasanya berukuran 5-10 kali lebih besar dari bakteri. Terdapat berbagai macam bentuk ragi dan bentuk seringkali tergantung dari cara pembelahan selnya. Sel khamir dapat berbentuk lonjong, bentuk batang atau bulat. Sel-sel khamir sering dijumpai secara tunggal tetapi apabila anak-anak sel tidak dilepaskan dari induknya setelah pembelahan maka akan terjadi bentuk yang disebut pseudomisellium. Khamir tidak bergerak karena itu tidak mempunyai flagella. Beberapa jenis khamir membentuk kapsul di sebelah luar (Buckle, 1987).
Pada umumnya sel khamir lebih besar dari pada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Setiap spesies mempunyai bantuk yang khas. Khamir sangat beragam ukurannya, berkisar antara 1 sampai 5 µm, lebarnya dan panjangnya 5 sampai 30 µm atau lebih. Pengamatan mikroskopis sel khamir dapat dilakukan dengan membuat preparat basah yang diberi larutan methylin blue. Pada pengecatan sederhana yaitu pemberian methylin blue 0,1 %, sel khamir dapat dibedakan antara sel yang mati dengan yang hidup. Pada sel yang mati akarnya berwarna biru. Sedangkan yang hidup tidak berwarna (transparan). Hali ini disebabkan oleh sifat membran sel yang selektif permiabel (Pelczar, 1986).
Koloni yang tumbuh di dalam suatu medium itu tidaklah selalu berasal dari satu sel mikroorganisme, karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung untuk berkelompok atau berabtai. Bila ditumbuhkan pada suatu medium dengan lingkungan yang sesuai, maka kelompok bakteri ini hanya akan menghasilkan satu koloni saja. Berdasarkan hal tersebut sering kali digunakan istilah Colony Forming Units (CFU) yang digunakan untuk perhitungan jumlah mikroorganisme hidup (Dwidjoseputro, 1994).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN


3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi steril, cawan petri steril, mikroskop cahaya, jarum ose, lampu bunsen, dan colony counter.

3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah medium Nutrien Agar (NA), medium Potato Dextrose Agar (PDA), medium Malt Extract Agar (MEA), alkohol, kultur murni, dan akuades.

3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Kultivasi Bakteri E. Coli
1. Media NA yang telah dibuat pada percobaan teknik sterilisasi dan pembuatan media sebelumnya dituangkan ke dalam cawan petri sampai menutupi permukaan bawah dan pada tabung reaksi secara miring.
2. Dilakukan dalam Laminary Air Flow untuk inokulasi mikroba goresan secara zig-zag pada cawan petri dan tabung reaksi menggunakan jarum ose.
3. Dimasukkan ke dalam inkubator untuk disimpan/diisolasi dengan posisi cawan petri terbalik dan tabung reaksi dimiringkan.
4. Diinokulasi hingga 48 jam hingga terlihat Bakteri E. Coli yang tumbuh, pada suhu 37 oC.
5. Diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya untuk menentukan secara jelas bagaimana bentuk, tepian, warna, dan elevasinya.
6. Dihitung jumlah koloni dengan menggunakan colony counter.

3.3.2 Kultivasi Jamur Aspergillus sp.
1. Media PDA yang telah dibuat pada percobaan teknik sterilisasi dan pembuatan media sebelumnya dituangkan ke dalam tiga cawan petri sampai menutupi permukaan bawah dan tiga tabung reaksi secara miring.
2. Dilakukan dalam Laminary Air Flow untuk inokulasi goresan secara zig-zag pada cawan petri dan tabung reaksi menggunakan jarum ose.
3. Dimasukkan ke dalam inkubator untuk disimpan/diisolasi dengan posisi cawan petri terbalik dan tabung reaksi dimiringkan.
4. Diinkubasi hingga 48 jam hingga terlihat Jamur Aspergillus sp. yang tumbuh, pada suhu 30 oC.
5. Diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya untuk menentukan secara jelas bagaimana bentuk, tepian, warna, dan elevasinya.
6. Dihitung jumlah koloni dengan menggunakan colony counter.

3.3.3 Kultivasi Khamir Saccaromyces sp.
1. Media MEA yang telah dibuat pada percobaan teknik sterilisasi dan pembuatan media sebelumnya dituangkan ke dalam tiga cawan petri sampai menutupi permukaan bawah dan tiga tabung reaksi secara miring.
2. Dilakukan dalam Laminary Air Flow untuk inolulasi goresan secara zig-zag pada cawan petri dan tabung reaksi menggunakan jarum ose.
3. Dimasukkan ke dalam inkubator untuk disimpan/diisolasi dengan posisi cawan petri terbalik dan tabung reaksi dimiringkan.
4. Dinkubasi hingga 48 jam hingga terlihat Khamir Saccaromyces sp. yang tumbuh, pada suhu 30 oC.
5. Diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya untuk menentukan secara jelas bagaimana bentuk, tepian, warna, dan elevasinya.
6. Dihitung jumlah koloni dengan menggunakan colony counter.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Kultivasi Bakteri E. coli
No. Gambar Kode Isolat Jumlah Koloni Bentuk Tepian Warna Elevasi
1.
NA1 (1) 35 Berbenang-benang Bercabang Putih susu Cembung
2.
NA2 (1) 45 Rizoid Tak beraturan Putih susu Cembung
3.
NA3 (1) 25 Tak beraturan dan menyebar Berombak Putih susu Cembung
4.
NA1 (4) 8 Bundar dan tepian menyebar Bercabang Putih susu Datar
5.
NA2 (4) 19 Konsentris Tak beraturan Putih susu Cembung
6.
NA3 (4) 49 Tak beraturan dan menyebar Berombak Putih susu Seperti kawah

Tabel 4.1.2 Kultivasi Jamur Aspergillus sp
No. Gambar Kode Isolat Jumlah Koloni Bentuk Tepian Warna Elevasi
1.
PDA1 (2) 56 Filiform Wol Hitam Tombol
2.
PDA2 (2) 79 L Wol Hitam Tombol
3.
PDA3 (2) 111 Filiform Wol Hitam Kawah
4.
PDA1 (5) 66 Bundar menyebar Wol Hitam Kawah

Tabel 4.1.3 Kultivasi Khamir Saccaromyces sp
No. Gambar Kode Isolat Jumlah Koloni Bentuk Tepian Warna Elevasi
1.
MEA1 (3) 130 L Licin Putih susu mengkilap Tombol
2.
MEA2 (3) 43 L Licin Putih susu mengkilap Tombol
3.
MEA3 (3) 53 L Licin Putih susu mengkilap Tombol
4.
MEA1 (6) 68 L Licin Putih susu mengkilap Tombol
5.
MEA2 (6) 116 L Licin Putih susu mengkilap Tombol
6.
MEA3 (6) 93 L Licin Putih susu mengkilap Tombol

4.2 Pembahasan
Mikroorganisme yang dikultivasikan pada percobaan ini adalah bakteri Escherichia coli dari media Nutrien Agar, Jamur Aspergillus sp dari media Potato Dekstroxe Agar, dan Khamir Saccaromyces sp dari media Malt Extract Agar. Mula-mula melakukan inokulasi mikroba menggunakan teknik goresan pada tabung reaksi dan cawan petri dengan bantuan jarum ose. Inokulasi ini dilakukan dalam Laminary Flow.
Jarum ose yang digunakan ini sebelum dan sesudahnya harus dibakar sempurna dengan api bunsen. Hal ini dilakukan agar jarum ose dalam keadaan steril dan jauh dari mikroorganisme pengganggu yang dapat mengkontaminasi medium dan membuat hasil yang diinginkan menjadi tidak baik. Diupayakan pula agar selelu memanaskan mulut tabung serta pinggiran cawan petri sebelum dan setelah melakukan inokulasi agar tidak ada mikroba lain yang masuk meluluinya.
Setelah proses inokulasi selesai, tutup mulut tabung reaksi dengan kapas dan memplester cawan petri dengan plastis agar keduanya dalam keadaan tertutup saat dimasukkan dalam inkubator selama 48 jam. Cawan petri ini diharuskan dalam posisi terbalik, yaitu tutup berada pada permukaan bawah. Hal ini dilakukan supaya saat inkubasi berjalan, uap yang dihasilkan oleh panas diperkirakan jatuh hanya pada tutup cawan petri yang berada di bawah sehingga tidak dikhawatirkan akan terkenai medium dan tidak mengganggu proses kultivasinya.
Mengisolasi suatu mikroba adalah adalah memisahkan mikroba tersebut dari lingkungannnya di alam bebas dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Beberapa taknik mengisolasi mikroba adalah dengan sara goresan, cara teburan/tuang, cara sebar, cara pengenceran, dan mikromanipulator.
Praktikum kali ini adalah mempelajari teknik isolasi mikroba dengan cara goresan. Teknik goresannya dilakukan dalam wadah Laminary air flow. Dengan menggunakan jarum ose yang sebelumnya dipanaskan pada api bunsen lalu dicelupkan pada alkohol untuk sterilisasi jarumnya. Goresan diberikan sangat tipis sekali pada permukaan atas medium dalam cawan petri secara zig-zag, kecuali pada jamur yang hanya ditanam satu ose agar hifanya tidak terputus.
Bakteri Escherichia coli yang dapat diamati ini berasal 6 media NA. secara garis besar adalah berbentuk tidak beraturan dan terdapat benang-benang yang berada pada permukaanya, dengan tepian bercabang dan ada pula yang berombak. Warna yang nampak adalah putih susu dan elevasinya adalah cembung. Saat dihitung menggunakan colony counter, jumlah koloninya rata-rata tiap media ini sedikit kurang dari 50 koloni.
Jamur Aspergillus sp dapat diamati ini berasal 4 media PDA. secara garis besar adalah berbentuk filiform dan sedikit tadak beraturan, dengan tepian berbentuk wol dengan sarabut-serabut hifa. Warna yang nampak adalah hitam dan elevasinya adalah tombol dan kawah. Saat dihitung menggunakan colony counter, jumlah koloninya rata-rata tiap media ini sedang, lebih dari 50 dan kurang dari 100 koloni.
Khamir Saccaromyces sp dapat diamati ini berasal 6 media MEA. secara garis besar adalah berbentuk L, dengan tepian yang licin tanpa ada ombak atau benang. Warna yang nampak adalah putih susu dan elevasinya adalah seperti tombol. Saat dihitung menggunakan colony counter, jumlah koloninya rata-rata tiap media ini banyak, lebih dari 100 koloni.

BAB V
PENUTUP


5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah:
1. Mikroba yang akan dikultivasi adalah Bakteri Escherichia coli, Jamur Aspergillus sp, dan Khamir Saccaromyces sp.
2. Teknik inokulasi pada percobaan ini adalah dengan cara gores.
3. Jarum ose harus dibakar sempurna sebelum dan sesudah menginokulasi mikroba.
4. Pada proses iosolasi di dalam inkubator, cawan petri harus dibungkus dan diletakkan terbalik.
5. Jumlah koloni yang dihasilkan pada bakteri rata-rata jumlahnya adalah sedikit (<50), sedangkan pada jamur yaitu sedang (50-100), dan pada khamir berjumlah banyak (>100)

5.2 Saran
Saran yang dapat diambil dari percobaan ini adalah agar praktikan berhati-hati dalam melakukan proses inokulasi gores terhadap media karena memerlukan keterampilan praktikan agar hasil yang dicapai bisa optimal.

DAFTAR PUSTAKA


Buckle, K. A. 1987. Ilmu Pangan. UI-Press, Jakarta.

Dwidjoseputro. 1980. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan. Surabaya.

Fathir, Fuad. 2009. Media Pertumbuhan Mikroba.
http://fuadfathir.multiply.com/journal/item/2
Diakses pada tanggal 10 November 2010.

Gaman, P.M. dan Shernington, K.B. 1994. Ilmu Pangan dan Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. UGM-Press. Jakarta

Pelczar, M. J. dan Chan, E.C.S. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit UI. Jakarta

Volk, Wesley A. Dan Margaret F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Erlangga.
Jakarta.