MUHASABAH DIRI


MUHASABAH DIRI
Adik-adikku, malam ini adalah malam terakhir kita bersama tempat yang kita duduki ini akan menjadi saksi di akhirat nanti, untuk itu marilah kita sejenak mengenang orang-orang yang paling berjasa pada diri kita, ibu bapak kita, kita ketahui bahwa kian hari kian dekat kematian bagi siapapun, 9 bulan kita dalam perut ibu, berdiri susah, berbaring sakit, mual, muntah, ayah kita membanting tulang, menguras keringat,orang tua menyangka akan lahir anak yang  sholeh, sehingga rela begitu pahit dan ketir.
Marilah...kita kenang ibu dan bapak kita yang makin tua ketika kita akan lahir ke alam dunia ini, ibu melahirkan bagai terperihkan, bagai sudut antara hidup dan mati, lahirlah kita ke dunia ini. Dengan bersimbah darah, sebagian ada yang ibunya wafat yang pasti tidak tertanggungkan rasa sakitnya, tapi walaupun penderitaan begitu pahit, tetap tersenyum ketika melihat wajah kita, didekap erat, air mata bergulir bahagia, walaupun tubuh lunglai, ayah kita menguras keringat lebih keras lagi untuk menbiayai agar kita menjadi bayi yang sehat. sepanjang malam ibu tidak bisa tidur, seakan tidak rela seekor nyamuk menggigit kita, di kala kita demam gelisah tidak terperihkan begitulah pengorbanan ibu pabak kita, seakan tidak rela kita mengalami sakit sedikitpun, kitalah yang mengencingi wajahnya, mengotori tubuhnya tapi mereka rela saja kian lama kian membesar, kita pun merusak apa yang di punya ibu bapak kita, makin lama makin besar kesusahan, sudah mulai kita berbicara semakin banyak kata-kata yang melukai hatinya, tambah kita remaja biaya semakin besar, terkadang ayah berhutang sana-sini makan di kurangi, agar kita punya sepatu yang wajar, agar kita bisa bersekolah, mungkin ibu bapak kita dulu kurang pendidikan, tapi apa yang kita lakukan, mata kita sering sinis melihatnya, bibir kita mencebir, kadang kata-kata kita bagai pisau yang sering melukainya, bahkan ada yang melukainya, bahkan ada yang mangganggap sekedar orang kampung yang kuno, ada yang hina seperti kepada pembantu, terkadang kita bodohi ibu bapak kita, kita tipu, air susu di balas dengan air tuba. Padahal malaikat maut kian kian dekat dengan ibu bapak kita, kerut di wajah semakin banyak, siapa tau akan berpisah dengan kita , anadai besok lusa malaikat maut menjemputnya mungkin akan bebas kehidupanya dari kedholiman kita, yang hampir tiap hari kita menyakitinya, andai malaikat maut mencabutnya kenanglah ..... ketika ibu bapak kita berbaring menjadi mayat, tidak adalagi sapaan, tidak adalagi kemarahan

0 komentar: