RESUME MANHAJ HARAKI

Nama        : Luqman
NIM        : H14109050
Fak/jur/angkt    : MIPA Biologi 2009
LDF        : FIKRI
    Manhaj Haraki (metode gerakan) mempunyai makna langkah berencana yang diterapkan Rosulullah saw semenjak beliau diutus sebagai rasul hingga wafatnya.
Kita perlu mengikuti tahap-tahap perjalanan hidupnya, langkah demi langkah, dengan tujuan memperjelas titik acuan kita dalam melaksanakan gerakan Islam. Untuk itu kita tiru langkah Rosulullah saw berlandaskan firman Allah:
"Sesungguhnya telah ada pada diri Rosulullah suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia benyak menyebut Allah. (Al-Ahzab:21).
    Tentu saja tindakan mengikuti langkah dan tahap-tahap ini merupakan perintah yang bersifat ibadah sebelum menunaikan perintah rincian lainnya. Kita akan mencapai tujuan kita mengikuti petunjuk-petunjuknya, yang kemudian sampailah kita kepada keridhaan Allah.
Ditinjau dari sisi lain, langkah politis gerakan Islam bertujuan untuk menegakkan hukum Allah di muka bumi. Kami mempunyai keyakinan, bahwa system gerakan ini merupakan arahan robbani. Karena Allah memantapkan Nabi-Nya dalam semua langkahnya. Ia bukan lahir karena reaksi dari suasana keruh yang sedang dihadapinya.
Setelah ulasana yang sederhana ini kita akan meniti langkah seterusnya dari metode ini. Demikian juga sasaran setiap tahap tanpa memasuki pembahasan mendetail, tapi hanya sekedar yang diperlukanuntuk membuktikan tahap-tahap sasaran tersebut.
Tahapan yang kita akan bahasdalam metoda ini terdiri dari lima tahap sebagai berikut:
Pertama: Dakwah dan Struktur Tertutup (Sirriyatu ad-Da'wah wa Sirriyatu at-Tandzim).
Kedua: Dakwah Terbuka dan Struktur Tertutup (Jahriyatu ad-Da'wah wa Sirriyatu at-Tandzim).
Ketiga: Mendirikan Negara (Iqamatu ad-Daulah)
Keempat: Pemantapan Sendi-sendi Negara (Ad-Daulatu wa Tatsbitu Da'aimiha).
Kelima: Menyebarkan Dakwah ke Seluruh Dunia (Intisyaru ad-Da'wah fil Ardhi).
Bila kami adakan pembagian pada permulaan dan akhir dalam masing-masing tahapan, maka bisa diperoleh gambaran sebagai berikut:
1. Dakwah tertutup, tahap ini dimulai semenjak Muhammad diutus sebagai rasul hingga turun wahyu wahyu
dalam surat Asy-Syu'ara ayat 214: "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat."
2. Dakwah terbuka dan struktur tertutup, tahap ini berakhir pada tahun kesepuluh kerasulan.
3. Mendirikan negara, tahap ini berakhir pada 10 Hijriah.
4. Pemantapan negara, tahap ini berakhir setelah ditandatangani perjanjian Hudaibiyah.
5. Menyebarkan dakwah ke seluruh dunia, tahap ini telah mapan setelah wafatnya Rasulullah saw. Yang jelas, berakhirnya masing-masing tahap merupakan permulaan tahap berikutnya.
Tahap PertamaManhaj Haraki dalam Sirah Nabawi (02)
DAKWAH DAN STRUKTUR TERTUTUP
    Tahap ini dimulai dari Gua Hira' yang bertepatan dengan titik awal kerasulan, kemudian diakhiri setelah berjalan selama 13 tahun kerasulan. Yaitu ketia turun wahyu: "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara:214)
dan ayat: "Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (Al-Hijr:94).
Tahapan ini ada simah (ciri-ciri) dan muatan peristiwa sbb:
pertama: DAKWAH SECARA TERTUTUP.
Dalam buku Imta'ul Asma', Al-Muqrizi mengatakan:"Jibril as datang kepada Rasulullah di Gua Hira' sembari membacakan ayat kepadanya, 'Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan (Al-'Alaq:1). Setelah itu Rasulullah pulang menuju kepada sang istri, Khadijah. Saat ini beliau berdiam diri tanpa melihat sesuatu pun, dan wahyu pun belum turun lagi. Untuk itu beliau mengalami kemurungan, lantas dia pergi lagi mondar-mandir menuju puncak gunung lantaranrindu kepada apa yang dilihatnya pertama kali yang berupa wahyu Allah.
Ada ulama yang menyatakan bahwa terhentinya wahyu tersebut kira-kira selama dua tahun; ada yang mengatakan dua setengah tahun, dan dalam Tafsir Ibnu Abbas dinyatakan, selama 40 hari. Dalam kitab Ma'ani Al-Qur'an karya Az-Zujjaj dinyatakan, selama 15 hari; dan dalam Tafsir Muqatil dinyatakan, selama 3 hari. Sebagian mereka mentarjihkan bahwa ini mirip dengan keadaan di kala Muhammad di sisi Tuhannya. Lantas beliau diperlihatkan sosok malaikat yang sedang duduk di atas kursinya, yang memenuhi ruangan antara langit dan bumi. Malaikat tersebut memberikan perasaan tegar kepada Muhammad dan memberitahukan kepadanya bahwa dia adalah Rasulullah. Setelah beliau melihat malaikat berada diatasnya, kontan beliau menuju sang istri, Khadijah ra, lantas berkata kepadanya, "Selimatilah aku, selimutilah aku." Maka Allah pun menurunkan wahyu-Nya lagi:
"Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah. (Al-Muddatstsir: 1 - 4).
Itulah kondisi permulaan di Gua Hira', yang merupakan kondisi kenabian dan penerimaan wahyu. Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan kepadanya agar memberikan peringatan kepada kaumnya dan menyeru mereka supaya menuju kepada keridhaan-Nya. Dan menurut pendapat Urwah bin Zubair, Muhammad bin Syihab dan Muhammad bin Ishak, bahwa sejak turunnya amanat kenabian hingga turunnya ayat-ayat berikut ini adalah selama tiga tahun. Ayat-ayat yang dimaksud adalah: "Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (Al-Hijr: 94); Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara: 214); dan katakanlah sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan. (Al-Hijr: 89).
Maqrizi telah menguatkan pendapat-pendapat yang mengatakan bahwa masa rentang waktu terputusnya wahyu tersebut sebentar saja, yaitu berkisar 40, 15 dan 3 hari saja. Sedang pendapat-pendapat awal yang mengatakan bahwa masa rentang terputusnya wahyu berkisar dua dan dua setengah tahun, tidak mempunyai sanad. Dan dalam pendapat kedua di seputar terputusnya wahyu ini tentu saja akan kita permasalahkan keabsahannya. Sebab kami tidak pernah menemukan dasar rujukannya maupun riwayatnya. Apabila tahapan secara tertutup itu berlangsung selama dua setengah tahun, maka tahap dakwah tersebut berlangsung tidak lebih dari satu atau dua setengah tahun saja. Alangkah janggalnya kesimpulan ini. Kami bisa mengemukakan kesimpulan seperti ini, sebab sasaran pertama dalam tahapan ini adalah berlangsung selama tiga tahun, sekalipun dalam rentang waktu ini kami tidak dapat menilainya sebagai patokan.
    Kami juga tidak bisa memahami mengapa gerakan Islam dewasa ini harus melalui tahap dakwah tertutup selama tiga tahun. Maka dalam hal ini tidak ada nash yang menuntut kita supaya mengikutinya. Kami hanya bisa memahami bahwa penghabisan tahap ini telah terealisir, sebab kaum Muslimin sudah mempunyai landasan kuat yang sulit dilenyapkan. Tahap ini dianalogikan dengan masyarakat Makkah saat itu. Untuk itu, landasan ini dapat dijadikan sebagai patokan. Namun titik beratnya bukan terletak pada perhitungan waktu, melainkan pada hasil yang telah dicapai dari dakwah atau kemampuannya dalam mengarahkan masyarakat yang di topang oleh para individu, tokoh maupun pendirinya.
Berangkat dari ayat 94 surat Al-Hijr tersebut, kami memperoleh pemahaman yang kuat tentang hal itu. Dalam ayat ini kami menangkap makna secara langsung ayat selanjutnya: "Sesungguhnya Kami memelihara kamu dari kejahatan orang-orang yang memperolok-olok kamu."
Perintah untuk melaksanakan dakwah secara terang-terangan itu turun setelah ada jaminan dari Allah kepada Rasul-Nya yang akan selalu menjaganya dari kaum yang memfitnah. Dengan demikian Rasulullah mendapatkan jaminan keamanan yang didukung oleh wahyu. Oleh sebab itu, kepemimpinan gerakan Islam akan ditentukan oleh kebijakan dalam tahap ini guna menuju tahapan berikutnya. Pemahaman pada tahap ini mengindikasikan bahwa kaum Muslimin yang tinggal di Makkah berada dalam keguncangan, sesuai dengan kedudukan mereka dalam kabilahnya dan kemampuannya dalam melaksanakan dakwah suci ini.
Manhaj Haraki dalam Sirah Nabawi (03)
Kedua: TEGAKNYA DAKWAH DIATAS KESUCIAN
    Dakwah terang-terangan bukan berarti dakwah yang dilakukan di berbagai gedung, majelis pertemuan atau tempat pesta umum lainnya. Akan tetapi yang dimaksud terang-terangan di sini adalah penegakkan dakwah atas dasar kebersihan pribadi dan seleksi para da'i menurut kriteria kelayakannya.
    Telah kita ketahui bahwa saripati pertama dari dakwah yang dilakukan Rasulullah adalah masuk Islamnya Khadijah ra. Ia adalah wanita pertama kali yang beriman kepada Nabi saw sekaligus sebagai istrinya. Lantas masuk Islamnya Abubakar ra, yang dikenal sebagai sahabat Nabi yang dekat. Setelah itu kalangan anak-anak yang masuk Islam adalah Ali bin Abi Thalib, lalu Zaid bin Haritsah sebagai budak beliau.Lantaran kesucian pribadi inilah, maka disaat Abubakar melakukan dakwah, ia lebih suka memilih taktik sendiri.
Ibnu Ishaq menyatakan, "Abubakar bin Abu Qahafah pun masuk Islam. Ia adalah seorang yang responsif, penyayang, dan toleran terhadap kaumnya. Dia adalah seorang Quraisy yang mempunyai yang mempunyai tingkat kebangsawanan paling tinggi bagi bangsa Quraisy dan paling mengetahui nasab Quraisynya serta kelebihan dan kekurangannya. Ia seorang pedagang yang mempunyai budi pekerti mulia. Para tokoh kaumnya menyayanginya;mereka sering datang menemui Abubakar guna meminta berbagai pertimbangan, lantaran dia memiliki banyak ilmu perdagangan lagi pandai bergaul. Maka Abubakar pun menyeru kaumnya untuk mengenal Allah atau masuk Islam, terutama mereka yang menjadi kepercayaannya, yaitu yang sering bergaul dengannya.
    Berkat dakwah Abubakar ini, maka Islamlah Ustman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash dan Thalhah bin Ubaidllah. Kedelapan orang di atas merupakan golongan yang masuk Islam permulaan. Mereka pun shalat dan membenarkan Islam. Banyak faktor yang menyebabkan dakwah Abubakar diterima, terutama dari rasa percaya kaumnya terhadapnya.
Ketiga: FAKTOR INTELIGENSIA DAN STATUS SOSIAL
Hal ini merupakan karakter individual lebih lanjut yang dimiliki Abubakar ra, mengingat di sebagai da'i yang mempunyai pengaruh paling kuat saat itu. Karakter individualnya dapat kita kenali melalui faktor-faktor sbb:
1. Budi pekertinya: dia adalah seorang yang responsif, penyayang dan toleranterhadap kaumnya.
2. Inteligensinya: dia adalah orang Quraisy yang tingkat kebangsawanannya cukup tinggi dan paling mengetahui nasab Quraisynya serta kelebihan dan kekurangan suku ini.
3. Status sosial dan profesinya: dia adalah seorang pedagang. Banyak tokoh-tokoh kaumnya yang datang kepadanya guna meminta pertimbangan dalam banyak hal.
Perlu diketahui bahwa Abubakar pada asalnya berasal dari keturunan Quraisy yang paling lemah. Status ini tercermin dalam perkataan Abu Sufyan ketika Abubakar menerima khilafah. Kata Abu Sufyan, "Mengapa khilafah ini jatuh ke tangan orang yang berasal dari keturunan Quraisy terlemah."
    Akan tetapi asal keturunan seperti ini tidak menghalangi Abubakar untuk menempati posisi tinggi di tengah-tengah kaumnya. Mudah-mudahan karakter individual semacam ini bisa dimiliki para da'i masa kini.
    Budi pekerti yang penyayang dan toleran merupakan modal utama untuk mempengaruhi orang lain. Faktor inilah yang mampu menyentuh lubuk hati manusia, kendati hati ini pada mulanya keras. Unsur inilah yang menjadi penyebab mudah diterimanya dakwah.
    Demikian juga, faktor inteligensia tidak kalah pentingnya dengan budi pekerti. Tapi tidak semua jenis inteligensia diperlukan dalam operasionalisasi dakwah ini. Jenis inteligensia yang diperlukan dalam masalah ini adalah sikap peka terhadap masyarakat maupun sifat organisatoris dan loyalitas. Begitu pula sifat inteligensia yang mampu mengenali psikis manusia, yaitu sikap kontradiktif, kebutuhan, maupun emosionalnya. Ilmu untuk bisa mengenali psikis manusia ini merupakan kunci bagi operasional kaum da'i sekaligus sebagai pintu masuk menuju hati obyek dakwah. " Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci? (Muhammad:24).
    Dengan demikian masuknya kebenaran ke dalam hati manusia itu sering terhalang oleh sumbat. Tugas para da'i adalah membuka sumbat tersebut dengan kunci. Kaum da'i harus mengetahui dari mana sumbat itu dapat masuk ke dalam hati, yang menyebabkan individu yang bersangkutan selalu menuruti kata hati yang tersumbat itu.
Lantaran faktor status sosial yang dimiliki kaum da'i, maka ucapannya sering didengarkan orang banyak. Karena itu sang da'i pun lebih terangkat derajatnya lantaran bersih dari pamrih, baik yang berupa kepentingan pribadi, kompensasi yang bernilai rendah atau kehormatan di tengah masyarakat. Dialah yang memberikan kehormatan di tangah masyarakat, di mana kebanyakan warganya menganggap bahwa nilai tertinggi kehormatan adalah harta dan syahwat.
Dalam kaitan ini, Rasulullah telah memberikan pengarahan kita dengan sabdanya: "Berzuhudlah kamu di dunia, niscaya Allah akan mencintaimu. Berzuhudlah terhadap apa yang terpampang di mata manusia, niscaya manusia pun akan mencintaimu." (HR Ibnu Majah dengan sanad hasan).
    Status sosial secara prinsip mampu menelorkan kepercayaan terhadap orang lain, maka sekaligus memberikan pengaruh kepadanya. Hubungan sebab akibat ini akan menampakkan sifat dasarnya. Oleh karenanya kaum da'i tersebut tidak perlu mencari penyebab lain untuk bisa menyentuh kepekaan mereka. Guru atau pedagang misalnya, lebih mampu untuk melakukan gerakan ini faripada seorang pegawai yang hanya menmpati lokasi terbatas dalam struktur tertentu.
Keempat: DAKWAH SECARA KOMPREHENSIP
Secara sekilas, dalam sasaran ini tampak kontradiksi dengan sasaran terdahulu. Padahal yang dimaksudkan dakwah kepada kalangan khusus bukan berarti hanya tertuju kepada kelompok atau lapisan masyarakat tertentu, tetapi harus menyentuh lapisan masyarakat.
Sampainya dakwah ini kepada lapisan masyarakat harus melalui kesucian pribadi para individualnya. Kita ketahui bahwa sasaran dari tahap dakwah secara tertutup ketika itu meliputi berbagai lapisan masyarakat, yaitu orang merdeka, budak, laki-laki, perempuan, pemuda,pemudi, dan orang tua. Bahkan sasaran dakwah ini telah menyentuh berbagai keturunan yang menjadi kesatuan bangsa Quraisy atau bangsa lain, sehingga hampir seorang atau dua orang anggota keluarga dalam setiap keluarga di Makkah mempunyai andil dalam membangun masyarakat Muslim ini.
Kami akan mencoba memaparkan klasifikasi sahabat yang termasuk dalam lingkup kabilah-kabilah besar yang terkenal yaitu:
BANI HASYIM:
1. Ali bin Abu Thalib.
2. Ja'far bin Abu Thalib.
3. Ummu Al-Fahl binti Al-Harist.
4. Ubaidah bin Al-Harist.
5. Asma'binti Umais (istri Ja'far).
6. Khadijah binti Khuwailid.
BANI UMAYYAH:
7. Ustman bin Affan.
8. Khalid bin Sa'id.
9. Aminah binti Khalid (istri Khalid)
10. Hatib bin Amr.
11. Abdullah bin Jahsy.
12. Abu Ahmad bin Jahsy.
13. Fatimah (istri Abu Ahmad)
BANI MAKHZUM:
14. Abu Salamah bin Abdul Asad.
15. Iyasy bin Abu Rabi'ah.
16. Amar bin Yasir (tokoh)
17. Asma' (istri 'Iyasy)
18. Yasir bin Amir (tokoh)
19. Sumayyah binti Khayyath.
20. Arqam bin Abu Al-Arqam.
BANI TA'IM:
21. Abubakar Ash-Shiddiq.
22. Thalhah bin Ubaidillah.
23. Amir bin Fuhairah (budak)
24. Bilal bin Rabah (budak)
BANI ADI:
25. Sa'id bin Zaid.
26. Fathimah binti Al-Khaththab.
27. Amir bin Rabi'ah (tokoh)
28. Na'im bin Abdullah.
29. Waqid bin Abdullah (tokoh)
30. Khalid bin Al-Bakir (tokoh)
31. Amir bin Al-Bakir (tokoh)
32. Iyas bin Al-Bakir (tokoh)
BANI ZUHRAH:
33. Sa'ad bin Abi Waqqash.
34. Abdurrahman bin Auf.
35. Umair bin Abu Waqqash.
36. Abdullah bin Mas'ud (tokoh)
37. Al-Muthalib bin Azhar.
38. Khabab bin Al-Arats (tokoh)
BANI SAHM:
39. Khunais bin Khudzafah.
40. Hafshah binti Umar (istrinya)
BANI JAHM:
41. Hathib bin Al-Harist.
42. Fathimah (istri Hathib)
43. Khaththab bin Al-Harist.
44. Fukaihah (istri Khaththab)
45. As-Saib bin Ustman.
BANI ASAD:
46. az-Zubair bin Al-Awwam.
BANI AMIR:
47. Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.
48. Salith bin Amr.
DARI BERBAGAI KABILAH LAIN:
49. Shuhaib bin Sinan (bangsa Romawi)
50. Mas'ud bin Rabi'ah.
51. Ma'mar bin Habib.
52. Zaid bin Haritsah.
53. Amr bin Abasah (suku Sulam)
54. Utsman bin Mazh'un.
55. Qudamah bin Mazh'un.
56. Abdullah bin Mazh'un.
57. Ramlah (istri Abdullah)
    Demikianlah orang-orang Muslim pendahulu yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat Makkah.
Manhaj Haraki dalam Sirah Nabawi (04)
Kelima: PERANAN WANITA DALAM DAKWAH TERTUTUP
    Seperempat pengikut Islam di Makkah adalah kaum wanita. Sebagian besar pasangan suami-istri yang masih muda, masuk Islam. Kaum wanita ini hidup pada periode dakwah tertutup, tanpa diketahui pihak lain. Mereka melindungi diri atau bertindak dengan sembunyi-sembunyi secara ketat, sehingga tak diketahui keislaman mereka.
Seyogyanya kita memberikan hak kepada kaum wanita tersebut selaras dengan kepentingannya dalam perjalanan dakwah ini. Sehingga mereka bisa menghidupkan orientasinya, entah kedudukan mereka di sisi laki-laki sebagai saudara, istri maupun ibu. Bahkan ada riwayat yang menyatakan bahwa Asma' ra sebagai salah seorang anggota pasukan wanita dalam periode dakwah ini, yakni di saat usianya menjelang dewasa.
Keenam: SHALAT
    Menurut rujukan yang bisa dipertanggungjawabkan, setiap tahap dakwah, kaum Muslimin selalu diiringi dengan pelaksanaan shalat. Ibnu Ishak menyatakan: "Sebagian ahli ilmu telah menceritakan kepadaku, bahwa ketika perintah shalat diwajibkan kepada Rasulullah saw, datanglah Jibril kepada beliau. Saat itu Rasulullah sedang berada di dataran tinggi Makkah. Lantas Jibril pun menghentakkan tumitnya di salah satu sudut lembah. Maka memancarlah mata air dari tempat tersebut. Jibril pun berwudhu dengan air itu, sementara Rasulullah menperhatikannya. Dan memang dalam hal ini Jibril mempunyai tujuan mengajari Rasul mengenai tata cara bersuci.
    Setelah itu Rasulullah pun berwudhu seperti apa yang telah dilihatnya dari Jibril. Lalu Jibril berdiri, dan kemudian shalat. Dan Rasulullah pun juga mengerjakan shalat menyusul shalat Jibril. Setelah Jibril meninggalkan tempat, Rasulullah menemui sang istri Khadijah, dengan tujuan mengajarkan kepadanya tata cara bersuci untuk shalat sebagaimana yang telah diajarkan Jibril. Maka Khadijah pun berwudhu sebagaimana wudhu Rasulullah. Setelah itu Rasulullah shalat. Kemudian Khadijah juga mengerjakan shalat.
    Sebagian ulama menyatakan bahwa ketika datang waktu shalat, Rasulullah saw keluar ke sebuah lembah di Makkah bersama Ali bin Abu Thalib. Rasulullah bersembunyi dari sepengetahuan pamannya, Abu Thalib dan seluruh pamannya serta kaumnya. Keduanya pun mengerjakan shalat. Tatkala sudah sore mereka pulang. Hal ini mereka kerjakan sampai beberapa lama.
Ketujuh: MEMBERIKAN ISYARAT FENOMENA DAKWAH
    Kaum Quraisy pada mulanya tidak bergeming sedikit pun pada fenomena dakwah ini, mereka tidak menggubrisnya sama sekali. Fenomena yang cenderung kearah dakwah ini akhirnya tersebar di tengah-tengah masyarakat Makkah. Di antara orang-orang beriman yang berupaya memperkenalkan dakwah Rasulullah tersebut adalah Zaid bin Amr bin Naufal, Waraqah bin Naufal dan Ummayyah bin Abu Ash-Shlt. Masyarakat Makkah pun tidak memberikan reaksi atas sikap mereka, selagi mereka tidak bersikap anti secara terus terang terhadap kepercayaan animisme berhala di masyarakat ini.
    Seperti kita telah ketahui bahwa sebelum amanat kenabian turun, Rasulullah saw berdiam di Gua Hira' beberapa malam. Sementara kaum Quraisy tidak bisa menangkap apa sinyaleman di balik itu. Mereka mengira bahwa Islam identik denganorang-orang yang hanif, yaitu mereka yang menjauhi penyembahan berhala. Bahkan bisa dikatakan, sesungguhnya kecurigaan kaum Quraisy terhadap kaum yang hanif lebih besar daripada terhadap kaum Muslimin pada periode dakwah tertutup. Sebab kaum yang hanif tersebut menyatakan terus terang keraguan mereka terhadapkeabsahan berhala Quraisy Arab. Sementara kaum Muslimin belum berani berterus terang dalam sikap pandangan mereka terhadap kepercayaan berhala-berhala tersebut.
    Sebagian riwayat mengatakan, bahwa pernah salah seorang pedagang yang sedang berkunjung ke rumah Abbas melihat tiga orang yang terdiri dari laki-laki, wanita dan anak melangkah maju, lalu mengerjakan shalat, yang sama sekali menyelisihi tradisi peribadatan kaum Quraisy. Maka pedagang tersebut menanyakan kasus ini kepada Abbas. Lantas Abbas pun menjawab pertanyaan tersebut,

"Ini keponakanku (sambil menunjuk Ali); ini juga keponakanku (sambil menunjuk Rasulullah); dan ini istrinya. Ia (Muhammad) mendakwakan dirinya bahwa Allah telah berkata kepadanya dari langit. Demi Allah tidak ada seorang pun yang mengetahui tentang agama yang mereka anut itu, melainkan hanya mereka bertiga saja." (HR Ahamd, Abu Ya'la dan Tabrani)
http://jeff-malakuta.blogspot.com/2010/07/manhaj-haraki.html

dakwatuna.com - Sebuah rencana makar telah difokuskan oleh kaum musyrikin Mekah kepada Rasulullah saw., hal ini dilakukan setelah mereka berkali-kali gagal melakukan upaya menghalangi mencegah, mengintimidasi, menteror dan sebagainya. Sasaran utama mereka adalah para pengikut Rasulullah yang terdiri dari orang-orang  lemah dan tidak memiliki dukungan kuat dari kabilahnya maupun tokoh yang memiliki kekuatan. Semua cara kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang kafir musyrik ternyata tidak mampu menghentikan harakah dakwah. Maka mereka pun mencoba menggunakan cara-cara lain, yaitu dengan cara “mudahanah” seperti dengan bujukan, rayuan dan mengajak kompromi dan sebagainya, intinya adalah agar Rasulullah berhenti tidak lagi menyerukan dakwah Islam kepada mereka.
Mereka menginginkan  agar kalimat tauhid, “La Ilaha Illallah” tidak lagi berkumandang di muka bumi. Namun Rasulullah sedikit pun tidak bergeming dari tekadnya untuk terus menyampaikan dakwah ini kepada seluruh manusia sampai Islam jaya di muka bumi atau beliau binasa dalam memperjuangkannya.
Ketika orang-orang kafir mengetahui bahwa dakwah Rasulullah diam-diam terus berkembang tidak hanya di kalangan keluarga atau teman-teman dekatnya, akan tetapi mulai didukung oleh orang-orang  di luar kaum Quraisy, bahkan orang-orang dari luar kota Mekah, maka bertambahlah kekhawatiran mereka karena jika Muhammad dapat keluar dari negerinya pasti akan menyusun kekuatan bersama para pengikutnya untuk memerangi mereka, maka mereka pun segera berkumpul di “darun nadwah” sebagai tanda keseriusan dan kebulatan tekad untuk mengakhiri dakwah yang disampaikan oleh Rasulullah.
Mereka bermusyawarah untuk menyatukan kata sepakat sebagaimana dilontarkan oleh Abu Jahal , yaitu kumpulkan para pemuda, preman dan  para algojo dari semua kabilah kemudian mereka dipersenjatai dengan senjata lengkap, selanjutnya diinstruksikan kepada mereka secara serentak untuk membunuh Muhammad. Hanya  dengan cara inilah mereka bisa lega  dari gangguan dakwah Muhammad, kalkulasinya adalah jika Muhammad terbunuh  keluarga besarnya tidak akan mampu berhadapan dengan semua kekuatan kabilah mereka.
Allah SWT mengungkapkan rencana makar mereka di dalam ayat Al-Quran:
“ Dan ingatlah ketika orang-orang kafir telah bersepakat untuk melakukan makar kepadamu, untuk menangkap atau membunuhmu atau mengusirmu, mereka berbuat makar dan Allah pun membuat makar untuk mereka dan makar Allah adalah lebih baik dari makar mereka” (Al-Anfal, 30)
Musuh-musuh Islam senantiasa beranggapan bahwa dengan terbunuhnya Muhammad atau pemimpin dakwah, maka tidak akan ada lagi perlawanan dari para pengikutnya, tidak ada lagi jihad dan gerakan revolusioner  dari pengikutnya. Anggapan ini jelas tidak benar, karena sesungguhnya semangat perjuangan Islam tidak akan pernah berhenti dengan terbunuhnya sang pemimpin karena setiap diri orang beriman adalah pemimpin.
Upaya yang sia-sia
Maka dapat kita baca dalam sejarah atau kita saksikan bahwa semua  upaya orang-orang kafir untuk membunuh tokoh dakwah hanya akan sia-sia saja dari usahanya. Karena Islam adalah sebuah gerakan individu dan jamaah, sebuah gerakan ruhiyah aqliyah dan jasadiyah yang tak terpisahkan satu sama lainnya, maka ketika musuh-musuh Islam berhasil untuk menghabisi gerakan Islam dengan jalan membunuh pemimpinnya tidaklah berarti habis pula gerakan Islam itu sendiri. Banyak contoh di beberapa negara muslim yang telah terbunuh pimpinannya namun perjuangan pengikutnya justru semakin menggelora bagai rantai yang tak terputus. Jika satu terputus menjadi syahid  akan tumbuh beribu calon syuhada yang akan menunggu.
Langkah dan sarana menuju kemenangan
Sarana strategis dan penting untuk mengantarkan kemenangan yang dapat diambil dari peristiwa hijrah antara lain:
Tidurnya Sahabat Ali ra di tempat tidur Rasulullah, hal ini menunjukkan betapa pentingnya gerakan Islam menjalankan kewajiban ikhtiar dan persiapan dalam segala sesuatunya untuk menghadapi musuh meski sesungguhnya seluruh kekuatan itu di gantungkan kepada Allah SWT. Tidurnya Ali bin Abi Thalib adalah sebuah kesiapan total yang meliputi harta dan jiwa.
Keluarnya Rasulullah di waktu siang yang panas terik, karena sesungguhnya waktu siang panas terik bagi kebanyakan orang-orang  Arab adalah waktu qailulah, waktunya orang beristirahat tidur sebentar di siang hari, maka sikap ini mengandung makna kerahasiaan dan upaya untuk menghindar dari pengawasan pandangan mata kebanyakan orang.
Keluarnya Nabi dari celah dinding rumah Abu Bakar, bisa jadi rumah Abu bakar As-Siddiq adalah bagian dari wilayah pengamatan orang-orang musyrikin dari sekian banyak rumah yang ada, hal ini menunjukkan upaya untuk menghindar pandangan orang yang senantiasa mengawasi rumah seseorang di mana pada  umumnya pengawasan itu terfokus pada pintu sebagai kelayakan orang keluar dan masuk rumah. Maka keluarnya nabi dari rumah Abu Bakar As-Siddiq melalui celah dinding merupakan upaya rahasia untuk menjauhkan dari pengamatan dan pandangan musuh.
Arah menuju Gua Tsur, jika rencana untuk membunuh Nabi di kota Mekah sudah tidak bisa dihindari, maka berarti jalan menuju kota Madinah adalah fokus pengawasan bagi pasukan berkuda dari orang-orang kafir yang telah disiap-siagakan agar Nabi tidak bisa sampai ke kota Madinah.  Begitu kira-kira logika berfikir umumnya  orang, karena ke sanalah memang arah dan tempat yang akan dituju oleh Nabi.
Maka menguasai dan menghalangi langkah musuh berarti  terselesaikannya perang secara cepat dan praktis dengan lawan.
Ketika Nabi mengarahkan langkahnya ke gua tsur maka langkah ini dapat dikatakan sebagai upaya mengalihkan analisa dari musuhnya dan sekaligus membuyarkannya, karena Gua Tsur tidak berada di jalan menuju Madinah.
Berita-berita di kota Mekah, Abu Bakar as-Siddiq menyuruh anaknya Abdullah untuk memantau berita yang dibicarakan orang-orang kafir tentang Nabi dan ayahnya di siang hari, untuk kemudian kembali disampaikan kepada keduanya di malam hari, maka Nabi dan Abu Bakar tidak sekadar bersembunyi untuk waktu tertentu seukuran waktu orang melakukan perjalanan ke Madinah, akan tetapi juga harus mengetahui secara langsung atas kerahasiaan langkah dan upaya yang dilakukannya, sejauh mana yang dilakukan oleh musuh. Nabi memastikan diri untuk dapat memantau sikap dari musuhnya .
Mengatur perbekalan
Inilah peran yang diamanahkan kepada Asma binti Abu Bakar, selama Rasulullah dan ayahnya berada di dalam gua untuk beberapa waktu, seandainya suplai makanan terputus kemungkinan besar Rasulullah dan orang tuanya akan mati kelaparan. Anda bisa bayangkan seorang Asma binti Abu Bakar seorang anak perempuan dengan segala keterbatasannya dibanding saudara lelaki nya Abdullah bin Abu Bakar, namun demikian ia mampu memerankan tugasnya yang demikian penting
Penghapusan bekas jejak
Mengikuti bekas jejak adalah petunjuk yang dapat menemukan persembunyian Rasulullah dan Abu Bakar as-Siddiq di dalam gua.
Demikian pula ketika Abdullah dan Asma yang setiap hari mendatangi gua, maka tugas Amir bin Fuhairah dialah yang menghapus bekas jejak keduanya.
Inilah sebuah pelajaran berharga yang dapat di pelajari oleh para pemuda dan pemudi jika ia bersungguh-sungguh mempelajarinya, inilah pelajaran dari kerja-kerja rahasia dengan pemahaman yang dalam dan detail, sebuah strategi yang sangat di perlukan dalam menghilangkan jejak agar tidak bisa dibaca oleh musuh.
Berkesinambungan selama tiga hari
Hari-hari pertama keberadaan Rasulullah dan Abu Bakar As-Siddiq di dalam gua adalah hari di mana seluruh tempat di kota Mekah dalam pengawasan dan pemantauan yang ketat oleh orang-orang kafir, mereka begitu intens dan ketatnya melakukan pencarian terhadap Rasulullah hingga kesemua pelosok untuk menemukan tempat persembunyiannya.
Tiga hari adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyisirnya sudah mereka pergunakan dengan optimal, maka jika lebih dari tiga hari Rasulullah tidak segera meninggalkan kota Mekah sementara Abdullah dan Asma masih terus menjalankan tugasnya, tentu orang-orang kafir  akan melihat dan menilai lain dari apa yang dilakukan oleh Abdullah dan Asma hal ini sangat memungkinkan untuk diketahuinya tugas rahasia keduanya dan akan mudah terbongkar tugas yang dijalankannya.
Peran dan campur tangan kekuatan langit
Orang-orang kafir telah melakukan upaya habis-habisan untuk menemukan Rasulullah dan Abu Bakar As-Siddiq, seluruh tanah dan pegunungan di kota Mekah telah disisir rata tak sejengkal pun yang terlewatkan dalam pencariannya, pencarian pun berakhir di sekitar gua tempat Rasulullah dan Abu Bakar As-Siddiq bersembunyi. Abu Bakar berkata pada Rasulullah, Ya Rasulullah ada seseorang yang melihat persembunyian kita, Rasulullah menjawab: Tidak ya Abu Bakar, Malaikat akan menutupi kita dengan kedua sayapnya. sesaat kemudian orang tersebut membuang hajat di depan mulut gua, Rasulullah pun menegaskan: Jika ia melihat persembunyian kita, tentu ia tidak akan melakukannya. Maka berdoa kepada Allah dengan kerendahan hati dan kesungguhan dan mohonlah pertolongan-Nya.
Tugas manusia hanyalah melakukan ikhtiar dengan memaksimalkan potensi dan kekuatan yang dimilikinya, karena sesungguhnya kekuatan Allahlah yang akan menjawab keterbatasan yang dimiliki oleh manusia, karena sesungguhnya Allahlah  yang menjadikan ketenangan dan kecukupan pada diri manusia, setelah manusia menyerahkan kembali urusan dan kekuasaan kepada-Nya.
Memanfaatkan dari pengalaman orang-orang musyrik
Ketika abu Bakar As-Siddiq menyewa Abdullah bin Uraikith sebagai pemandu perjalanan beliau bersama Rasulullah. Saat itu Abdullah bin Uraikith adalah seorang Musyrik. ini menunjukkan bahwa pemanfaatan dalam konteks seperti ini dapat dilakukan selama ada jaminan keamanan, artinya rencana rahasia yang akan dilakukan tidak akan tersebar kepada orang-orang musyrikin. Maka gerakan dakwah pun dapat mengambil manfaat dari potensi yang ada pada non-muslim selama berpeluang dan kemudian ada garansi kepercayaan keamanahan dari pihak non-muslim tersebut.
Ketika Abu bakar As-Siddiq ditanya Rasulullah: Siapakah orang yang bersama dengan engkau? beliau menjawab: Ini adalah orang yang akan memberi petunjuk jalan dalam perjalanan, pada orang itu ada jalan yang dapat menunjukkan kebaikan, inilah kecerdasan dan firasat seseorang yang dapat melakukan langkah cerdas tanpa harus berdusta dalam memanfaatkan potensi lawan.
Menyikapi orang seperti Suraqah
Penting bagi harakah Islamiyah untuk mengambil pelajaran dari sikap yang dilakukan oleh Rasulullah terhadap orang seperti Suraqah
-         Kemampuan menyikapi  lawan, bagaimana mengambil hati lawan kemudian bekerja sama dengannya sehingga dapat memperoleh kemenangan dari potensi lawan tersebut.
-         Dalam perjalanan menuju tegaknya daulah Islam terkadang ada perjanjian dan kerjasama dengan musuh, yang penting bagaimana kita bisa mencari bagian yang jelas yang dapat menguntungkan dan mendatangkan  ketenangan kita, soal nanti bagaimana itu hal lain.
-         Mengambil posisi aman dari lawan  yang bisa berubah sikap dan menyatakan keberpihakan dan kepercayaan kepada kita, sekalipun seseorang dalam satu sikap memusuhi Islam di sisi lain pada dirinya ada peluang untuk mendapat hidayah untuk menjadi muslim. Allahu a’lam
http://www.pks-bekasi.com/edisi01/index.php?option=com_content&view=article&id=69:manhaj&catid=34:taujih&Itemid=104

0 komentar: