BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keanekaragaman
spesies anggrek di indonesia sangat besar,diperkirakan sekitar 5000 spesies
anggrek yang tersebar di hutan Indonesia. Keadaan ini merupakan potensi yang
sangat berharga bagi pengembangan anggrek di Indonesia. Terutama berkaitan
dengan sumber daya genetik angger yang sangat diperlukan untuk menghasilkan
anggrek-anggrek silang yang baik dan unggul. Sangat disayangkan keanekaragaman
jenis anggrek tersebut terancam kelestariannya karena maraknya penebangan hutan
dan konversi hutan. Penyebab lainnya adalah banyaknya pencurian terselubung
oleh orang asing terhadap anggrek-anggrek asli alam. Oleh karena itu perlu
melestarikan serta menginventariskan plasma nutfah jenis-jenis anggrek yang
kita miliki. Sehingga terjamin kelestarian keanekaragaman jenis anggrek
tersebut ( Sandra, 2004).
Kultur jaringan
tanaman adalah metode atau teknik mengisolasi jaringan, organ, sel maupun
protoplas tanaman, menjadikan eksplan dan menumbuhkannya ke dalam media
pertumbuhan yang aseptik sehingga eksplan tersebut dapat tumbuh dan berkembang,
berorganogenesis dan dapat beregenerasi menjadi tanaman sempurna. Teknik kultur
jaringan beranjak dari teori totipotensi (total genetic potensial) yang
dikemukakan oleh Sleiden dan Schwan pada tahun 1838. Menurut teori ini sel
tanaman adalah suatu unit yang otonom yang didalamnya mengandung material
genetik lengkap, sehingga apabila ditumbuhkan didalam lingkungan tumbuh yang
sesuai akan tumbuh dan bregenerasi menjadi tanaman lengkap/utuh (Mattjik 2005).
Menurut Yusnita (2003) kultur jaringan dapat digunakan untuk
keperluan ; menyimpan plasma nutfah, menyelamatkan embrio, memperbanyak klonal
tanaman, manipulasi kultur protoplas, merekayasa genetik tanaman, memproduksi
tanaman haploid, dan menginduksi ragam somaklonal. Perbanyakan tanaman secara
kultur jaringan sangat bermanfaat untuk memperbanyak tanaman introduksi,
tanaman klon unggul baru, dan tanaman bebas patogen yang perlu diperbanyak
dalam jumlah besar dalam waktu relatif singkat. Aklimatisasi planlet merupakan
salah satu tahap kritis yang sering menjadi kendala. Pemilihan bagian
tanaman yang digunakan sebagai eksplan, perlu
memperhatikan umur fisiologis dan ontogenetik tanaman induk, serta ukuran
eksplan karena ini merupakan faktor penting dalam kultur jaringan. Eksplan yang
digunakan pada umumnya adalah bagian tunas pucuk (tunas apikal) atau mata tunas
lateral pada potongan batang berbuku dan bagian daun.
Pada kultur jaringan penyimpangan dalam proses mitosis tetap
dapat terjadi. Penyimpangan mitosis ini akan mengakibatkan perubahan genetika
sehingga tanaman baru yang dihasilkan tidak sama dengan induknya (ragam
somaklonal). Ragam somaklonal didefinisikan sebagai ragam genetik dari tanaman
yang dihasilkan oleh sel somatik tanaman yang ditumbuhkan secara in vitro (Mattjik
2005).
Perbanyakan
anggrek dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Secara generatif,
perbanyakan dilakukan melalui proses perkecambahan biji anggrek secara in
vitro yang diawali dengan penanaman biji dengan cara penaburan biji pada
media padat atau cair. Biji tersebut dapat ditumbuhkan langsung menjadi
planlet. Secara vegetatif perbanyakan dapat dilakukan menggunakan bagian
somatis tanaman melalui subkultur yang ditanam dalam media tanam sehingga
tumbuh menjadi PLB (protocorm like bodies) dan kemudian diregenerasikan
menjadi planlet. Hal tersebut dapat dilakukan melalui modifikasi media baik
hormon maupun nutrisi (Hendaryono 2000).
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini
adalah sebagai berikut :
-
Mengetahui cara memperbanyak anggrek
dengan kultur jaringan
-
Mengetahui cara pengkulturan anggrek dengan
metode yang baik
BAB II
Tinjauan Pustaka
Anggrek secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam phyllum
Spermatophyta atau tumbuhan berbiji, kelas Angiospermae atau berbiji
tertutup, subkelas Monocotyledonae atau bijinya berkeping satu,
ordo Gynandrae karena alat reproduksi jantan dan betina bersatu
sebagai tugu bunga dan famili Orcidaceae atau keluarga anggrek (Kartiman,
R. 2004).
Famili anggrek mempunyai 750 genus berbeda dengan 25
000 spesies dan lebih dari 30 000 kultivar hasil persilangan (Hew dan Yong,
1996). Dendrobium merupakan salah satu genus anggrek terbesar di Asia
(Warren dan Tettoni, 1996). Nama Dendrobium berasal dari bahasa Yunani,
yang terdiri dari kata dendron artinya pohon dan biein artinya
untuk hidup. Secara keseluruhan Dendrobium berarti tanaman yang hidup
pada pohon. Genus Dendrobium diperkenalkan oleh seorang botanist Swedia,
Olaf Swarts pada tahun 1800. Botanist tersebut
mendiskripsikannya
dalam sembilan spesies. Dendrobium tumbuh di AsiaTenggara, Himalaya
(Nepal dan Sikkim), Birma, propinsi Moulmein, India Barat Daya, Ceylon,
Malaysia, Filipina, Indonesia, New Guinea, Australia, Cina dan Jepang (Widiastoety.
1997).
Bentuk daun anggrek bermacam-macam dari sempit memanjang,
pensil, bulat, bulat-lonjong, bulat telur, mata lembing/lanset, jantung dan
masih banyak lagi variasi lainnya. Seperti umumnya tumbuhan monokotil, daun
anggrek memiliki tulang daun yang sejajar dengan helaian daun dan tidak
memiliki pertulangan yang bercabang. Tebal daun bervariasi dari tipis hingga
tebal berdaging (sukulen). Pada setiap bukunya, daun melekat berselang-seling
atau berpasangan dan setiap buku terdapat dua helai daun yang berhadapan (Widiastoety.
1997). Dendrobium mempunyai daun yang tebal (Hew dan Yong, 1996). Bentuk
daun pada Dendrobium bigibbum dan Dendrobium phalaenopsis hampir
sama, bentuk daunnya besar di bagian pangkal dan mengecil di bagian ujung.
Panjang daunnya dapat mencapai 10 cm (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
2004).
Ciri lain dari tanaman anggrek Dendrobium sp.
adalah mempunyai pseudobulbs tegak lurus dengan daun dalam dua baris. Pseudobulbs
biasanya membesar pada bagian paling dasar dan bagian tengah. Daun pada
bagian paling bawah dari pseudobulbs adalah kecil atau tidak ada (Sutiyoso,
Y. 2005).
Dendrobium
sp.
termasuk dalam tipe anggrek epifit yang dapat tumbuh pada pohon maupun batu,
dengan beberapa akarnya menggantung di udara . Akar anggrek epifit umumnya
lunak dan mudah patah, ujung runcing, berklorofil, licin dan memiliki daya
lekat. Rambut-rambut pendek yang melekat pada bagian akar digunakan untuk
menyerap air dan hara (Syuhud, P. 2008.).
Menurut Dressler dan Dodson (2000), klasifikasi anggrek Dendrobium
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi :
Angiospermae
Kelas :
Monocotyledoneae
Ordo :
Orchidales
Famili :
Orchidaceae
Subfamili :
Epidendroideae
Suku :
Epidendreae
Subsuku :
Dendrobiinae
Genus : Dendrobium
Genus Dendrobium mempunyai
keragaman yang sangat besar, baik habitat, ukuran, bentuk pseudobulb,
daun maupun warna bunganya. Spektrum penyebarannya luas, mulai dari daerah
pantai sampai pegunungan. Tersebar di India, Sri Lanka,Cina Selatan, Jepang ke
selatan sampai Asia Tenggara hingga kawasan Pasifik, Australia, Selandia Baru,
dan Papua Nugini. Tumbuh baik pada ketinggian 0−500 m dpl dengan kelembapan
60−80%. Budi daya anggrek yang paling mudah adalah yang berasal dari tempat
asalnya (Lingga, P. dan Marsono. 2001).
Persyaratan
tumbuh setiap jenis anggrek berbeda-beda, tetapi semua jenis memerlukan aliran
udara yang selalu bergerak. Manfaat aliran udara ini untuk mencegah timbulnya
penyakit akibat lingkungan yang terlalu basah, menurunkan suhu udara pada siang
hari yang panas, dan membawa unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman seperti CO2, N2, dan
air (Setiawan, 2005).
Anggrek
Dendrobium merupakan tanaman yang berasal dari daerah tropis yang membutuhkan
sinar matahari dan temperatur yang cukup panas, tidak seperti anggrek tertentu
yang hanya cocok di daerah dingin seperti Paphiopedillum. Dendrobium
membutuhkan cahaya 50-60% dan suhu 28-30oC dengan suhu minimal 15oC
(Anggrek.org., 2005). Sedangkan lingkungan yang dikehendaki anggrek ini tidak
terlalu basah tetapi membutuhkan kelembaban yang tinggi yaitu 65%-70%. Apabila
keadaan media terlalu basah dapat menyebabkan tunas atau daun menjadi busuk (Kartiman,
R. 2004). Kebutuhan lingkungan tumbuh tersebut dapat diatasi dengan pemberian
naungan dan pengabutan dengan sprayer.
Pertumbuhan
anggrek Dendrobium optimal pada ketinggian kurang dari 400 mdpl walaupun pada
ketinggian yang lebih tinggi masih dapat tumbuh dan berbunga (Setiawan, 2005).
Lingkungan tumbuh Dendrobium tersebut merupakan daerah yang cukup panas.
Umumnya Dendrobium hanya disiram pada saat hari cerah, saat mendung, hujan atau
berkabut tidak perlu dilakukan penyiraman. Penyiraman pada saat media anggrek
telah kering merupakan waktu yang tepat (Lingga, P. dan Marsono. 2001).
2.1 KULTUR JARINGAN
Kultur
jaringan tanaman pertama kali berhasil dilakukan ole White pada thaun 1934.
Pada tahun 1939, Whiter melaporkan keberhasilannya dalam membuat kultur kalus
dari wortel (animasi kultur kalus wortel) dan tembakau. Pada tahun 1957,
tulisan penting Skoog dan Miller dipublikasikan dimana mereka menyatakan bahwa
interkasi kuantitatif antara auksin dan sitokinin menentukan tipe pertumbuhan
dan morfogenik yang akan terjadi. Penelitian mereka pada tembakau
mengindikasikan bahwa perbandingan auksin dan sitokinin yang tinggi akan
menginduksi pengakaran, sedangkan rasio sebaliknya akan menginduksi pembentukan
tunas. Akan tetapi pola respon ini tidak berlaku universal. Temuan penting
lainnya adalah hasil penelitian Morel tentang perbanyakan anggrek melalui
kultur jaringan pada tahun 1960, dan penggunaan yang meluas media kultur dengan
konsentrasi garam mineral yang tinggi, dikembangkan oleh Murashige dan Skoog
tahun 1962.
Kultur jaringan, cara ini disebut juga cara non
konvensional karena membutuhkan teknologi dan biaya yang tidak sedikit untuk
memulai dan melakukannya, juga dibutuhkan pengetahuan yang lebih rumit.
Perbanyakan ini menggunakan bagian kecil dari tanaman (dapat berupa daun, akar,
ujung batang, atau bunga) yang ditanam dalam kondisi aseptik dan lingkungan
yang terkendali (Wattimena et al., 1992)
Perkembangan
kultur jaringan anggrek di Indonesia sangat lambat dibandingkan negara-negara
lain, bahkan impor bibit anggrek dalam bentuk ‘flask’ sempat membanjiri
nursery-nursery anggrek. Keadaan ini disebabkan pengetahuan pembudidaya anggrek
yang sangat sedikit mengenai teknik ini. Selain itu kultur jaringan memerlukan
investasi yang besar untuk membangun laboratorium yang mungkin hanya cocok
untuk perusahaan.
Kultur
jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian
tanaman dalam kondisi aseptik sehingga dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi individu baru yang utuh. Teknik kultur jaringan didasari oleh konsep totipotensi
sel yang artinya total genetic potential atau setiap sel dari tubuh
multisel memiliki potensi memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi tanaman
lengkap (George dan Sherrington, 1984).
Media yang digunakan dalam kultur jaringan anggrek
tidak jauh berbeda dengan media lainnya. Beberapa media yang digunakan untuk
perbanyakan anggrek adalah Knudson 'C' (Knudson, 1946), Wimber (Wimber, 1963)
atau Fonnesbech (Fonnesbech, 1972) atau media MS (Murashige and Skoog, 1962).
Media yang digunakan umumnya media padat, kecuali Cattleya yang
dikulturkan dalam media cair. Media ini dipadatkan dengan Bacto agar (8 - 10
%). Sebagai sumber karbon, sukrose ditambahkan dalam media (20 gr/L), atau
kombinasi glukose (10%) dan sukrose (10%). Hormon pertumbuhan ditambahkan dalam
media ini dalam konsentrasi rendah. Auksin yang digunakan antara lain IAA, IBA,
NAA atau 2,4-D pada konsentrsi 1 mg/L karena diduga auksin dapat merangsang
pertumbuhan akar. Sitokinin yang digunakan umumnya adalah Kinetin dan BAP pada
konsentrsi 0.5 mg/L untuk merangsang pertumbuhan tunas (Mulyaningsih dan
Nikmatullah, 2006).
BAB III
PEMBAHASAN
Kultur
Jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian
tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut
dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh
dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat
memperbanyak diri & bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utamanya
adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman,
menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril. Teknik kultur
jaringan pada saat ini telah berkembang menjadi teknik perkembangbiakan tanaman
yang sangat penting pada berbagai spesies tanaman.
Manfaat Kultur Jaringan Tanaman
1. Perbanyakan
cepat dari klon Kecepatan multiplikasi sebanyak 5 akan memberikan 2 juta
plantlet dalam 9 generasi yang memerlukan waktu 9 – 12 bulan.
2. Keseragaman
genetik.
Karena kultur
jaringan merupakan perbanyakan vegetatif, rekombinasi karakter genetik acak
yang umum terjadi pada perbanyakan seksual melalui biji, dapat dihindari.
Karenanya, anakan yang dihasilkan bersifat identik. Akan tetapi, mutasi dapat
terjadi pada kultur jaringan pada saat sel bermultiplikasi, terutama pada
kondisi hormone dan hara yang tinggi. Mutasi genetik pada masa multiplikasi
vegetatif ini disebut „variasi somaklonal‟.
3. Kondisi aseptik
Proses
kultur jaringan memerlukan kondisi aseptik, sehingga pemeliharaan kultur
tanaman dalam kondisi aseptik memberi bahan tanaman yang bebas pathogen
4. Seleksi tanaman
Adalah
memungkinkan untuk memiliki tanaman dalam jumlah besar pada wadah kultur yang
relative kecil. Seperti telah disebutkan sebelumnya, variasi genetik mungkin
terjadi. Juga, adalah memungkinkan untuk memberi perlakuan kultur untuk
meningkatkan kecepatan mutasi. Perlakkuan dengan bahan kimia (bahan mutasi,
hormone) atau fisik (radiasi) dapat digunakan.
5. Stok mikro
Memelihara stok
tanaman dalam jumlah besar mudah dilakukan pada in vitro culture. Stok induk
biasanya dipelihara in vitro, dan stek mikro diambil untuk diakarkan di kultur
pengakaran atau dengan perbanyakan biasa.
6. Lingkungan terkontrol
7. Konservasi
genetik
Kultur jaringan
dapat digunakan untuk menyelamatkan spesies tanaman yang terancam (rare and endangered
species). Metode dengan pemeliharaan minimal, penyimpanan jangka panjang telah
dikembangkan.
8. Teknik kultur jaringan dapat digunakan untuk menyelamatkan hibrida
dari spesies yang tidak kompatibel melalui kultur embrio atau kultur ovule.
9. Tanaman haploid dapat diperoleh melaui kultur anther.
10. Produksi tanaman sepanjang tahun.
11. Perbanyakan
vegetatif untuk spesies yang sulit diperbanyak secara normal dapat dilakukan
melalui kultur jaringan.
Pemanfaatan
metode kultur jaringan tanaman anggrek mulai diterapkan pada perusahaan anggrek
milik Everest Me Dede pada tahun 1950, tetapi tidak dilaporkan secara luas pada
waktu itu ( Bergman, 1972). Kultur jaringan tumbuh dan berkembang menjadi
tanaman kecil-kecil yang banyak jumlahnya dan bebas dari virus. Berdasarka
percobaan inilah digunakan teknik kultur jaringan anggrek untuk memperoleh
klon-klon yang bebas dari virus.
Bahan
–bahan yang digunakan untuk kultur jaringan yang diperkirakan dapat tumbuh dan
berkembang menjadi tanaman. Syarat yang harus dipenuhi dalam memilih bahan yang
digunakan untuk kultur jaringan ialah : jaringan yang sedang aktif
pertumbuhannya, seperti tunas, daun, mata tunas, tangkai tunas dan ujung akar.
Bahan yang baik adalah bahan yang diambil semuda mungkin, bahan yang diambil perlu dijaga
sterilitasnya. Hal ini disebabkan kebersihan kultur jaringan sangat dipengaruhi
oleh gagal atau tidaknya menjaga sterilitasnya
( Soeryowinoto, 1977). Eksplan yang diambil dari tunas anggrek berasal dari bagian terujung meristem apikal atau tunas ketiak sebesar 4-10 cm, selain itu eksplan anggrek juga dapat diperoleh dari biji tanaman anggrek yang keluar pada bagian atas. Media kultur jaringan memegang peranan penting dalam menunjang pertumbuhan jaringan yang terdiri dari unsur makro dan unsur mikro. Gula sebagai pengganti karbon, juga tersusun dari vitamin-vitamin, asam amino, zat pengatur tubuh, bahan pemadat berupa agar dan senyawa-senyawa komplek alamiah ( Winata,1988).
( Soeryowinoto, 1977). Eksplan yang diambil dari tunas anggrek berasal dari bagian terujung meristem apikal atau tunas ketiak sebesar 4-10 cm, selain itu eksplan anggrek juga dapat diperoleh dari biji tanaman anggrek yang keluar pada bagian atas. Media kultur jaringan memegang peranan penting dalam menunjang pertumbuhan jaringan yang terdiri dari unsur makro dan unsur mikro. Gula sebagai pengganti karbon, juga tersusun dari vitamin-vitamin, asam amino, zat pengatur tubuh, bahan pemadat berupa agar dan senyawa-senyawa komplek alamiah ( Winata,1988).
Sutji
(1988) mengatakan unsur-unsur hara merupakan unsur makro dan unsur mikro
seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Cu, Mn, Zn, Mo dan Co. Masing- masing unsur
tersebut mempunyai peranan penting didalam pembentukan klorofil,protein,
mempertinggi aktivitas enzim, mengaktifkan pembentukan jaringan meristematik,
translokasi karbohidrat dan lain-lain. Selanjutnya dikatakan bahwa karbohidrat
disamping sumber energi terhadap tanaman, juga merupakan sumber nutrisi yang
berperan terhadap pertumbuhan kultur sel tanaman. Juga merupakan sumber nutrisi
yang berperan terhadap pertumbuahan kultur sel tanaman. Sumber karbon ini
digunakan sebagai penghasil energi dalam proses respirasi,pertumbuhan sel-sel
baru dan dalam konsentrasi yang tinggi dapat merangsang pertumbuhan akar.
Kondisi
lingkungan kultur jaringan memrupakan faktor lain yang sangat menentukan
keberhasilan dalam kultur jaringan. Menurut Sutji ( 1988) faktor-faktor
lingkungan tersebut antara lain, cahaya, temperatur dan pH media. Perana cahaya
terhadap pertumbuhan ditentukan oleh lamanya penyinaran. Intensitas cahaya yang
baik dari lampu antara 100-400 Ft-0. Untukpembentukan tunas dan akar diperlukan
tunas dan akar pada PLB anggrek diperlukan penyinaran optimum 16 jam per hari.
Sutji
(1988) mengatakan pertumbuhan kultur jaringan memerlukan temperatur tertentu.
Secara umum kultur jaringan tumbuh dengan baik pada temperatur 20 C sampai 28
C. Untuk mengontrol temperatur ruangan kultur jaringan dibantu dengan AC.
DAFTAR PUSTAKA
Anggrek.org.
2005. Budidaya Tanaman Anggrek. http://www.anggrek.org/ budidaya tanaman-anggrek.html.
8 November 2008.
Baker
K. F. and Cook R. J. 1974. Biological Control of Plant Pathogens. San
Fransisco: W. H. Freeman and Company. 433 p.
Departemen
Perindustrian dan Perdagangan. 2004. Peluang ekspor produk florikultura. Makalah
pada Seminar Nasional Florikultura, Kebun Raya Bogor, 4-5 Agustus 2004.
Pusat Pengembangan Pasar Wilayah Eropa.
Badan
Pengembangan Ekspor Nasional. Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
Jakarta.
Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2004. Teknologi agribisni tanaman
hias. Balai Penelitian Tanaman Hias. Pusat Penelitian dan Pengembanga
Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Badan
Pusat Statistik. 2003. Nilai ekspor impor beberapa tanaman pangan dan hortikultura
1999-2002. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Kartiman,
R. 2004. Pengaruh kombinasi zat pengatur tumbuh dan potongan protocorm like
bodies untuk perbanyakan anggrek bulan raksasa (Phalaenopsis gigantea)
dengan metode kultur jaringan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut pertanian
Bogor.
Lingga,
P. dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi revisi. Penebar Swadaya.
Jakarta. 146 hal.
Sandra, E. 2003.
Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga. Agromedia Pustaka. Depok. 80hal.
Setiawan,
H. 2002. Usaha Pembesaran Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 88 hal.
Syuhud,
P. 2008. Macam-macam Media Anggrek. http://iswaraorchid.
wordpress.com/category/anggrek/. 8 November 2008.
Sumarno.
2004. Potensi florikultura untuk usaha agribisnis di Indonesia. Makalah pada
Seminar Nasional Florikultura, Kebun Raya Bogor, 4-5 Agustus 2004. Direktorat
Jenderal Bina Produksi Horikultura.
Sutiyoso,
Y. 2005. Peluang bisnis anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta.
Widiastoety.
1997. Peningkatan produktivitas dan mutu bunga anggrek. Balai Penelitian
Tanaman Hias. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Litbang
Pertanian. Jakarta.
2 komentar:
I think this is one of the most vital info for me.
And i am glad reading your article. But should
remark on some general things, The website style is great, the articles is
really nice : D. Good job, cheers
Also visit my web-site :: Pearl jewellery
Cliquez ici pour profiter d'une consultation de voyance 100% gratuite sur ce site de voyance et de divinations.
Une consultation de voyance va certainement faciliter votre façon de vivre, vu que ce celui qui découvre son avenir reconnait mieux les petits plaisirs souvent négilgés.
Tous les membres de notre équipe de voyance ont des années d'expérience dans la voyance amour et dans la voyance du travail, et
ils vous donneront avec plaisir des conseils précieux.
Ne réfléchissez plus, réagissez maintenant et appellez un des
membres qui fait partie de notre centre de divination et demandez une prédiction détaillée.
Pour vous souhaiter la bienvenue, nous offrons
le premier appel avec une voyante selon les conditions
stipulées.
voyance par telephone voyance par telephone,voyance
par telephone,voyance par telephone http://www.audiotelvoyance.org
Posting Komentar