Bab I
Pendahuluan
- Latar belakang
Pencernaan merupakan proses pemecahan senyawa kompleks
menjadi senyawa yang lebih kecil. Proses pemecahan senyawa tersebut
menghasilkan energi yang penting bagi kebutuhan sel, jaringan, organ dan
makhluk hidup. Pencernaan merupakan proses kimia. Proses kimia membutuhkan
adanya enzim untuk perubahan kimia bahan dasarnya. Enzim berperan dalam
meningkatkan kecepatan reaksi tanpa mempengaruhi hasil reaksi dan tidak ikut
bereaksi. Dalam proses pencernaan, enzim dihasilkan oleh berbagai organ,
seperti usus halus, kelenjar ludah dan lambung. Enzim bersifat spesifik dalam
proses pemecahan bahan kompleks(karbohidrat, protein, vitamin dan
mineral)(Guyton,1992).
Praktikum sistem pencernaan dilakukan dengan mengadakan uji
terhadap keberadaan enzim di usus ikan dan menguji fungsi empedu dalam proses
pencernaan. Pengujian dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan mendeteksi
hasil dari kerja enzim. Pengujian dilakukan terhadap enzim amilase,
enzim maltase, enzim tripsin dan pengaruh empedu terhadap lemak.
Enzim diekstrak dari ikan mas (Cyprinus carpio).
- Permasalahan
Permasalahan dalam praktikum ini adalah bagaimana mengetahui
macam-macam enzim pencernaan makanan yang terdapat pada usus ikan dan bagaimana
mengetahui fungsi empedu dalam pencernaan makanan.
- Tujuan
Tujuan dalam praktikum ini adalah untuk mengetahui
macam-macam enzim pencernaan makanan yang terdapat pada usus ikan dan untuk
fungsi empedu dalam pencernaan makanan.
Bab II
Tinjauan pustaka
2.1 Ikan mas
Ikan karper (Cyprinus
carpio)
adalah ikan air tawar yang bernilai
ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. koi.(Anonim,2007).
Ikan
mas
.(Anonim,2007).
Kerajaan : Animalia
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Familia : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : C.carpio (Linnaeus,1758 )(anonym,2007)
Ikan Mas (bahasa Inggeris: Goldfish ) merupakan salah jenis
ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih ke samping dan lunak. Sampai
saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan
karakteristik morfologisnya. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan.
Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Secara umum,
hampir seluruh tubuh ikan karper ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja
yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan karper berukuran relatif besar
dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning
keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan rasnya (Rochdianto, 2005).
2. 2. Metabolisme
Metabolisme adalah proses-proses
kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup/sel. Metabolisme disebut juga
reaksi enzimatis, karena metabolisme terjadi selalu menggunakan katalisator
enzim. Metabolisme dibagi ke dalam anabolisme atau penyusunan senyawa komplek
dari senyawa sederhana dan katabolisme yaitu pemecahan senyawa kompleks untuk
menghasilkan senyawa yang lebih sederhana dan menghasilkan energi. Contoh
anabolisme adalah fotosintesis dan contoh katabolisme adalah oksidari glukosa
untuk menghasilkan ATP (Campbell,1995).
2.3 Enzim
Enzim adalah
satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang
berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis
bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang
bereaksi dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi
karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan
mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang
artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap.
Sebagai contoh, enzim α-amilase hanya dapat digunakan pada proses
perombakan pati menjadi glukosa. Enzim dipelajari dalam enzimologi (Campbell,1995).
Enzim membantu proses metabolisme di
dalam tubuh. Enzim banyak terdapat pada makanan segar karena enzim sangat
sensitive terhadap panas dan akan rusak dalam proses pemasakan dan
pasteurisasi. Enzim berperan penting bagi kehidupan dengan cara menjalankan
seluruh metabolisme tubuh. Kita tidak dapat mencerna atau menyerap makanan dan
kita pun bisa mati jika tidak ada enzim dalam tubuh. Enzim adalah
biokatalisator spesifik yang bergabung dengan koenzim (vitamin dan mineral)
yang menjalankan roda kehidupan melalui metabolisme agar tubuh dapat berfungsi
dengan baik. Pada umumnya kita sudah mengetahui kegunaan vitamin dan mineral
bagi tubuh, akan tetapi kemungkinan besar Anda tidak menyadari bahwa vitamin
tidak akan diaktifkan dalam tubuh sampai bergabung dengan enzim (Campbell,1995).
2.3.1 Aktivitas katalitis yang dimiliki enzim
memfasilitasi pendeteksian enzim tersebut
Jumlah
enzim yang kecil di dalam sel mempersulit pengukuran kadarnya di dalam ekstrak
jaringan atau cairan. Untungnya, aktivitas katalitis yang dimiliki enzim dapat
menjadi sarana pemeriksaan yang sensitive dan spesifik bagi pengukuran kadar
enzim itu sendiri. Kemampuan mengatalitis transformasi ribuan, puluhan ribu,
atau bahkan lebih molekul substat menjadi produk dalam periode waktu yang
singkat memberikan kepada setiap molekul enzim kemampuan untuk secara kimiawi
menguatkan keberadaannya (Lehninger, 1995).
Untuk
mengukur kadar enzim di dalam sebuah sampel ekstrak jaringan atau cairan
biologik lain, kecepatan reaksi yang dikatalitis oleh enzim dalam sampel
tersebut harus ditentukan. Dalam kondisi yang tepat, hasil pengukuran kecepatan
reaksi harus sebanding dengan jumlah enzim yang ada. Karena jumlah molekul atau
massa enzim yang ada sukar ditentukan, hasil pengukuran tersebut dinyatakan
dalam unit enzim. Jumlah relatif enzim dalam berbagai ekstrak kemudian dapat
dibandingkan. International Union of Biocemistry mengartikan satu unit
aktivitas enzim sebagai 1 mikromol (1 mmol; 10-6)
substrat yang bereaksi atau produk yang ditransformasikan per menit (Lehninger, 1995).
2.3.1 Enzim
dapat ditemukan di dalam organel spesifik
Susunan spasial dan kompartementalisasi
enzim, substrat, serta kofaktor di dalam sel mempunyai makna yang teramat
penting. Sebagai contoh, di dalam sel-sel hati, enzim untuk glikolisis terdapat
di dalam sitoplasma sedangkan enzim untuk siklus asam sitrat di dalam
mitokondria. Distribusi enzim diantara berbagai organel subselular dapat
dipelajari setelah dilakukan fraksionasi homogenat sel melalui sentrifugasi
berkecepatan tinggi. Kandungan enzim pada setiap fraksi kemudian diperiksa (http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim)
Penentuan lokasi suatu enzim tertentu
didalam sebuah sel atau jaringan pada keadaan yang relatif tetap acapkali
dilakukan dengan prosedur histokimiawi (“histoenzimologi”). Sayatan tipis
jaringan yang dibekukan (frozen section) dengan ketebalan 2 hingga 10mm diproses
dengan substrat untuk suatu suatu enzim tertentu. Di mana terdapat enzim, di
situ akan terbentuk produk dari reaksi yang dikatalisis enzim tersebut. Jika
terwarna dan tidak larut, produk akan tetap berada di tempat pembentukannya dan
mengungkap lokasi enzim. Histoenzimologi menghasilkan gambar grafik dan pola
yang relatif bersifat fisiologik mengenai distribusi enzim (http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim)
2.4 Sistem
pencernaan ikan bertulang keras
2. 4. 1 Tractus Digestivus (saluran pencernaan)
- cavum
oris ® berkaitan dengan cara
mendapatkan makanan, ada mulut yang dapat disembulkan kedepan dan tidak,
jenis tertentu terdapat sungut untuk mencari makanan didasar perairan, dan
posisi mulut berkaitan dengan kebiasaan memakannya, rahang banyak
mengandung gigi yang berguna untuk mengunyah, lidah kecil melekat pada
dasar rongga mulut dan merupakan alat yang membantu pernafasan. Rongga
mulut; diselaputi sel-sel penghasil lender yang berperan mempermudah
jalannya makanan kesegmen berikutnya, terdapat juga organ pengecap yang
berfungsi menyeleksi makanan, jenis tertentu memiliki gigi yang berperan mengambil,
mencengkram, merobek, memotong, atau menghancurkan makanan, atau merupakan
alat pencernaan makanan secara mekanik.
- pharnyx ® terdapat
pada celah insang dan banyak mengandung lembaran - lembaran insang yang
terletak sebelah menyebelah, jenis ikan filter feeding proses
penyaringan makanan terjadi di faring karena tapis insang mengarah
kesegmen faring, kadangkala ditemukan organ pengecap.
- oesophagus ® merupakan
terusan dari pharynx, permulaan saluran pencernaan berbentuk pipa
mengandung lender untuk membantu penelanan makanan, pada ikan laut
berfungsi penyerapan garam melalui difusi pasif menyebabkan konsentrasi
garam air laut yang diminum menurun sehingga memudahkan penyerapan air
oleh usus belakang dan rectum.
- ventriculus (lambung) ® organ ini
hampir sama bentuk dan warnanya dengan usus sehingga sukar dibedakan,
berfungsi penampung makanan, jenis ikan tidak memiliki lambung fungsi
lambung digantikan usus depan termodifikasi menjadi kantung yang membesart
(lambung palsu), jenis ikan herbivore biasanya terdapat gizard (lambung
khusus) yang berfungsi untuk menggerus makanan.
- pylorus → segmen yang terletak antara lambung dan
usus depan berfungsi sebagai pengatur pengeluaran makanan (chyme)
dari lambung ke segmen usus,
- intestinum (usus) → terdiri dari sel enterosit
(memiliki villi berbentuk menyerupai sarang tawon) dan mukosit (sel goblet
penghasil lendir), segmen terpanjang dari saluran pencernaan, bagian
depannya terdapat dua saluran yang masuk didalamnya yang berasal dari
kantung empedu (ductus choledochus) dan pancreas, jenis ikan
tertentu yang pankreasnya menyebar pada organ hati (hepatopankreas)
hanya ada satu saluran yaitu ductus choledochus.
- rectum → segmen saluran pencernaan yang terujung
berfungsi penyerapan air dan ion, pada larva ikan juga berfungsi
penyerapan protein.
- anus → terletak di sebelah saluran genital pada ikan
bertulang sejati letaknya.
- kloaka → hanya dimiliki oleh ikan rawan (chondrichthyes);
ruang bermuaranya saluran pencernaan dan saluran urogenital, saluran
pencernaannya masuk dari bagian bawah sedangkan saluran urogenitalnya
masuk melalui bagian atas dan klepnya pada lubang pengeluaran (Maskoeri
Jasin, 1992).
2.4.2
Glandula Digestoria (kelenjar pencernaan)
- hepar (hati) ® berwarna
merah kecoklatan dan terdapat beberapa lembar.
- vesica falea (kantung empedu) ® terdapat
diantara lembaran-lembaran hati, berwarna hijau gelap.
- pankreas → memiliki dua tipe sel, eksokrin dan
endokrin; menyebar di antara sel hati; terletak dekat usus depan;
menghasilkan enzim :
- Protease →
-
eksopeptidase : melepaskan ujung asam amino ( misal : aminopeptidase,
tripeptidase, dipeptidase).
- endopeptidase : katalisator dalam menghidrolisis rantai
peptid bagian tengah dan rantai peptid yang spesifik; terdiri dari pepsin dan
tripsin.
- Lipase → katalisator dalam hidrolisis trigliserid
menjadi monogliserid dan asam lemak.
- Esterase → memecahkan rantai ester menjadi asam lemak
dan alkohol.
Karbohidrase → ditemukan disepanjang
saluran pencernaan; antara lain amilase, maltase, glikohenase, sukrase.
(Maskoeri Jasin, 1992)
2. 5 Sistem pencernaan manusia
Sistem
pencernaan atau sistem gastroinstestin, adalah sistem organ dalam hewan multisel yang
menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien,
serta mengeluarkan sisa proses tersebut. Sistem pencernaan antara satu hewan
dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda (http://Sistem pencernaan -
Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.htm).
2. 5.1 Proses pencernaan
Langkah-langkah proses pencernaan
makanan:
- Pencernaan di mulut dan rongga
mulut: makanan digiling menjadi kecil-kecil oleh gigi dan dibasahi oleh
saliva
- Disalurkan melalui faring dan esophagus
- Pencernaan di lambung dan usus halus: dalam usus halus
diubah menjadi asaam-asam amino, monosakarida, gliserida dan unsure-unsur
dasarnya yang lain.
- Absorbsi air dalam usus besar: akibatnya isi yang tidak
dicerna menjadi setengah padat (veses).
- Veses dikeluarkan dari dalam
tubuh melalui kloaka (bila ada) kemudian ke anus (Del Valle, 1981).
(Anonim,2008).
Diagram sistem pencernaan
|
|
(Anonim,2006).
2.5.2 Kendali Syaraf Pada Saluran Pencernaan
- Impuls parasimpatis → mengeluarkan efek stimulasi
konstan pada tonus otot polos dan bertanggung jawab untuk peningkatan
keseluruhan aktivitas yang meliputi motilitas dan sekresi cairan
pencernaan.
- Impuls simpatis → dibawa medulla spinalis,
menghambat kontraksi otot polos, mengurangi motilitas, menghambat sekresi
pencernaan.
- Pleksus Meissner dan Auerbach → sisi sinapsis untuk
serabut praganglionik parasimpatis, berfungsi untuk pengaturan kontraktil
lokal dan aktivitas sekretori saluran(Watson,2002).
2. 5.3 Struktur saluran pencernaan
Struktur saluran pencernaan tiap
vertebrata berbeda-beda atau disesuaikan dengan bentuk tubuh, jenis makanan,
dan fungsi sistem pencernaan.
a. Mulut dan rongga mulut
a. Mulut dan rongga mulut
Dalam pengertian luas istilah mulut
sama artinya dengan rongga mulut. Rongga mulut dimulai dari mulut dan berakhir
pada faring. Letak mulut pada posisi terminal dan ventral, sedangkan batas
rongga mulut berupa epitel berlapis gepeng tanpa tanduk. Sel-sel superfisialnya
berinti dan mempunyai granula-granula keratin di bagian dalamnya. Dalam rongga
mulut terdapat kelenjar-kelenjar mucus, berfungsi untuk menghasilkan mucus
sebagai pembasah dan pelicin makanan. Atap mulut terdiri dari palatum keras dan
lunak, diliputi oleh epitel berlapis gepeng. Palatum keras adalah membran
mukosa yang melekat pada jaringan tulang, sedangkan palatum lunak mempunyai
pusat otot rangka dan banyak kelenjar mukosa pada lapisan submukosanya. Fungsi
mulut adalah sebagai penerima makanan. Mulut beberapa hewan sebagai pengambil
makanan karena terdapat rahang maksila dan mandibula. Organ-organ didalam
rongga mulut antara lain: gigi, lidah, dan kelenjar ludah.
b. Pipi → mengandung otot buksinator
mastikasi, lapisan epitelnya secara kontinyu mengalami abrasi (pengelupasan)
(Yatim, 1996).
c. Lidah
Lidah merupakan massa jaringan
pengikat dsan otot lurik yang diliputi oleh membran mukosa. Membran mukosa
melekat erat pada otot karena jaringan penyambung lamina propia menembus ke
dalam ruang-ruang antar berkas-berkas otot. Pada bagian bawah lidah membran
mukosanya halus (Yatim, 1996).
Fungsi lidah:
- untuk mengaduk makanan yang dikunyah
- menelan makanan
- mengontrol suara dan dalam mengucapkan kata-kata(Yatim, 1996).
- menelan makanan
- mengontrol suara dan dalam mengucapkan kata-kata(Yatim, 1996).
d. Kelenjar ludah
Kelenjar ludah terbentuk dari
jaringan epitel dan menghasilkan secret.
Ciri-ciri: sel glandularis, duktus interkalaris, saluran bercolak, menghasilakan mucus dan enzim amylase (Yatim, 1996).
Ciri-ciri: sel glandularis, duktus interkalaris, saluran bercolak, menghasilakan mucus dan enzim amylase (Yatim, 1996).
Ada 3 pasang kelenjar ludah menurut
tempatnya:
1. Glandula parotid (kelenjar bawah telinga), sel penyusun: sel serous, bentuk kelenjar asiner bercabang majemuk, bermuara dekat gigi molar atas yang kedua
2. Glandula submaksiksilaris (kelenjar bawah rahang), bermuara di dekat pangkal lidah, bentuk kelenjar tubuloasiner bercabang majemuk, sel penyusun: sel serous (banyak) dan sel mukus. Sel serous, inti agak banyak dan sitoplasmanya mengandung butir-butir zimogen. Sel mukus, berinti gepeng dan terletak di bagian basal.
3. Glandula subligualis (kelenjar bawah lidah, bermuara dekat pangkal lidah, bentuk kelenjar tubuloasiner bercabang majemuk, sel penyusun: sel mucus (Yatim, 1996).
1. Glandula parotid (kelenjar bawah telinga), sel penyusun: sel serous, bentuk kelenjar asiner bercabang majemuk, bermuara dekat gigi molar atas yang kedua
2. Glandula submaksiksilaris (kelenjar bawah rahang), bermuara di dekat pangkal lidah, bentuk kelenjar tubuloasiner bercabang majemuk, sel penyusun: sel serous (banyak) dan sel mukus. Sel serous, inti agak banyak dan sitoplasmanya mengandung butir-butir zimogen. Sel mukus, berinti gepeng dan terletak di bagian basal.
3. Glandula subligualis (kelenjar bawah lidah, bermuara dekat pangkal lidah, bentuk kelenjar tubuloasiner bercabang majemuk, sel penyusun: sel mucus (Yatim, 1996).
e. Gigi
Ciri-ciri gigi, antara lain: tersusun dalam 2 lengkung, terletak pada maxilla dan mandibula dan masing-masing gigi terdiri atas bagian yang menonjol di atas ginggiva (atau gum) yaitu mahkota dan di bawah ginggiva yaitu akar (mempertahankan gigi dalam lekuk tulang atau alveolus). Bentuk gigi diantaranya : gigi seri (untuk memotong), gigi taring (untuk merobek), gigi geraham (untuk menghaluskan) yang terbagi menjadi gigi geraham depan dan belakang. Gigi berfungsi dalam proses penghancuran makanan (Yatim, 1996).
Ciri-ciri gigi, antara lain: tersusun dalam 2 lengkung, terletak pada maxilla dan mandibula dan masing-masing gigi terdiri atas bagian yang menonjol di atas ginggiva (atau gum) yaitu mahkota dan di bawah ginggiva yaitu akar (mempertahankan gigi dalam lekuk tulang atau alveolus). Bentuk gigi diantaranya : gigi seri (untuk memotong), gigi taring (untuk merobek), gigi geraham (untuk menghaluskan) yang terbagi menjadi gigi geraham depan dan belakang. Gigi berfungsi dalam proses penghancuran makanan (Yatim, 1996).
g. Esofagus : panjang ± 25 cm diameter 2.5 cm,
berawal dari lariofaring menuju ke hiatus esofagus sampai ke lambung, dapat
melakukan gerakan peristaltik (Yatim, 1996).
h. Lambung terdiri atas bagian gastroesofagus
(persambungan mulut lambung dengan bagian akhir esofagus), bagian fundus
(bagian yang menonjol), badan lambung, bagian pilorus (akhir lambung) (Yatim,
1996).
Fungsi
lambung :
- Penyimpanan makanan
- Produksi kimus (massa homogen setengah cair;
berkadar asam tinggi)
- Digesti protein → melalui sekresi tripsin dan asam
klorida
- Produksi mukus → melindungi dari pengikisan dinding
lambung oleh asam lambung sendiri
- Produksi faktor intrinsik : glikoprotein dan penguraian
vitamin B12
- Absorbsi → hanya alkohol dan obatan-obatan larut
lemak yang dapat diserap lambung (Yatim, 1996).
Sekresi
kelenjar lambung :
- Kelenjar lambung → cairan mukus
- Kelenjar fundus, terdiri atas :
- Sel chief → mensekresi pepinogen, lipase, dan renin
lambung
- Sel parietal → mensekresi asam klorida
- Sel leher mukosa → mensekresi barrier mukus untuk
mencegah kerusakan akibat autodigesti (pengikisan dinding lambung oleh
HCl)
- Kelenjar pilorus → mensekresi mukus dan gastrin,
fungsinya :
- Merangsang sekresi lambung
- Meningkatkan motilitas usus dan lambung
- Mengkonstriksi sfingter esofagus bawah dan
merelaksasi sfingter pilorus
- Stimulasi sekresi pankreas (Jasin, 1992).
Digesti
dalam lambung :
- digesti protein → pepsinogen diubah menjadi pepsin
oleh asam klorida.
- digesti lemak → lipase lambung menghidrolisis lemak
susu menjadi asam lemak dan gliserol dengan kondisi pH yang rendah
Kendali
pengosongan lambung :
- Pengosongan dipengaruhi oleh
peregangan lambung, pelepasan gastrin, kekentalan kimus, jenis makana.
- Pengosongan dihambat oleh hormon duodenum dengan
mekanisme refleks umpan balik enterogastrik yang memungkinkan kimus
memasuki usus halus pada kecepatan tertentu hingga dapat diproses(Jasin, 1992).
i. Usus halus
- Diameter 2.5 cm
- Panjang 3 – 5 meter
- Terbagi atas : - duodenum →
merupakan muara empedu dan pankreas
- yeyunum
- ileum
Anatomi
dinding usus :
- plicae circulares → lipatan sirkular mukosa yang
mengitari lumen
- villi → tonjolan menyerupai jari memanjang ke lumen
dari permukaan mukosa mengandung jaring – jaring kapiler dan pembuluh
limfe ( lakteal ).
- Mikrovilli → lipatan-lipatan menonjol kecil pada
membran sel yang ada di tepi sel epitelial.(Natalie,2003).
Kelenjar :
a. Kripta
Lieberkuhn → menghasilkan enzim dan hormon
b.Kelenjar penghasil mukus
- sel goblet → memproduksi mukus pelindung
- kelenjar Brunner → memproduksi
mukus yang melindungi duodenum terhadap kimus asam dan cairan lambung
- Kelenjar enteroendokrin → menhasilkan hormon
gastrointestinal
Fungsi
usus halus :
a. mengakhiri proses pencernaan,
proses ini diakhiri oleh enzim pankreas, enzim usus, dan dibantu oleh sekret
empedu
- b. mengabsorbsi produk digesti .(Natalie,2003).
j. Usus besar
Bagian-bagian
usus besar :
- sekum → kantung tertutup yang menggantung di bawah
area katup ilosekal
- kolon → memiliki tiga divisi : - kolon asenden
- kolon transversa
- kolon desenden
- rektum
Fungsi
usus besar :
a. mengabsorbsi 80 – 90 % air dan
elektrolit
b.bakteri kolon
mampu mencerna sedikit selulosa
c. bakteri kolon juga memproduksi
vitamin K, ribovlavin dan tiamin .(Natalie,2003).
2.5.4 Kelenjar-kelenjar Pencernaan di luar Saluran
Pencernaan
a. Hati (hepar)
a. Hati (hepar)
Hati merupakan kelenjar ynag
terbesar di dalam tubuh. Fungsi hati antara lain:
- mengahasilkan empedu (sebagai kelenjar eksokrin) yang terkumpul dalam kandung empedu,
- menyimpan lemak dan glikogen serta albumin,
- mensintesis protein plasma darah,
- detoksifikasi zat-zat toksis,
- merombak eritrosit yang rusak,
- eliminasi asam amino menjadi urea, menyimpan vitamin A dan B dan berperan dalam metabolisme karbohidrat dan lemak
- menghasilkan suatu hormone (Jasin,1992).
- mengahasilkan empedu (sebagai kelenjar eksokrin) yang terkumpul dalam kandung empedu,
- menyimpan lemak dan glikogen serta albumin,
- mensintesis protein plasma darah,
- detoksifikasi zat-zat toksis,
- merombak eritrosit yang rusak,
- eliminasi asam amino menjadi urea, menyimpan vitamin A dan B dan berperan dalam metabolisme karbohidrat dan lemak
- menghasilkan suatu hormone (Jasin,1992).
b. Pankreas
Ciri-ciri pankreas antara lain:
- Kelenjar ini hanya terdapat pada vertebrata dan semua hewan vertebrata memilikinya.
- Pada Pisces, Amphibia dan Reptilia pancreas terletak di antara lambung dan duodenum, sedangkan pada Aves dan Mammalia terletak diantara parsasenden dan desenden duodeni.
- Merupakan organ majemuk, karena menpunyai fungsi sebagai kelenjar eksokrin maupun sebagai kelenjar endokrin.
- Bagian eksokrin. Merupakan kumpulan asini pancreas. Tiap asini berlumen sempit, dengan sel-sel sekretori berbentuk pyramid. Bagian ini menghasilkan enzim protease, nuclease, amylase dan lipase.
Bagian endokrin. Merupakan pulau-pulau Langerhans, tersebar diantara kelenjar eksokrin. Bagian ini terbentuk oleh sel, sel B (Junguiera,1980).
c. Empedu
- Kelenjar ini hanya terdapat pada vertebrata dan semua hewan vertebrata memilikinya.
- Pada Pisces, Amphibia dan Reptilia pancreas terletak di antara lambung dan duodenum, sedangkan pada Aves dan Mammalia terletak diantara parsasenden dan desenden duodeni.
- Merupakan organ majemuk, karena menpunyai fungsi sebagai kelenjar eksokrin maupun sebagai kelenjar endokrin.
- Bagian eksokrin. Merupakan kumpulan asini pancreas. Tiap asini berlumen sempit, dengan sel-sel sekretori berbentuk pyramid. Bagian ini menghasilkan enzim protease, nuclease, amylase dan lipase.
Bagian endokrin. Merupakan pulau-pulau Langerhans, tersebar diantara kelenjar eksokrin. Bagian ini terbentuk oleh sel, sel B (Junguiera,1980).
c. Empedu
Komposisi
empedu
- 97 % air
- pigmen empedu : - biliverdin → berwarna hijau
- bilirubin →
berwarna kuning → mewarnai urine dan feses. Pada kasus kerusakan fungsi hati
dimana bilirubin akan masuk dalam pembuluh darah sehingga seluruh jaringan di
tubuh berwarna kuning (jaundice).
- garam-garam empedu : terbentuk dari asam empedu
yang berikatan dengan kolesterol dan asam amino. Setelah disekresi ke
dalam usus, garam tersebut direabsorbsi dari illeum bagian bawah kembali
ke hati dan di daur ulang kembali. Peristiwa ini dikenal sebagai
sirkulasi enterohepatika garam empedu. (Ethel Sloane, 2003)
Fungsi garam empedu dalam usus halus
- emulsifikasi dan saponifikasi lemak : garam empedu
mengemulsi globulus lemak besar dalam usus halus yang kemudian
menghasilkan globulus lemak lebih kecil dan area permukaan yang lebih
luas untuk kerja enzim.
- absorbsi lemak : garam empedu membantu absorbsi zat
terlarut lemak dengan cara memfasilitasi jalurnya menembus membran sel.
- pengeluaran kolestrol dari tubuh : garam empedu
berikatan dengan kolestron dan lesitin untuk membentuk agregasi kecil
disebut micelle yang akan dibuang melalui feces(Ethel Sloane, 2003).
- merangsang peristaltis usus sehingga empedu bekerja
sebagai laksatif alamiah. (Roger Watson, 2002)
- empedu adalah saluran untuk ekskresi pigmen dan
substansi toksik dari aliran darah, seperti alkohol dan bahan kimia
lainnya(Roger
Watson, 2002).
- empedu juga berfungsi sebagai deodoran untuk feses,
mengurangi bau yang menyengat. Hal ini semata-mata dihubungkan dengan
kenyataan bahwa kekurangan garam-garam empedu berarti pencernaan lemak
buruk, sehingga lemak di dalam usus tetap berlebihan, melapisi makanan
lain dan mencegah pencernaan dan absorbsi. Akibatnya, protein dan lemak
yang tidak tercerna diserang oleh bakteri pembusuk dan mengalami
dekomposisi yang menghasilkan kelebihan hidrogen yang disulfurasi, yaitu
gas yang menyebabkan bau feses abnormal, drainase yang menyengat, dan
berbau seperti telur busuk (Roger Watson, 2002).
Kendali pada sekresi dan aliran empedu
Sekresi empedu diatur oleh faktor syaraf (impuls
parasimpatis) dan hormon (sekretin dan CCK) yang sama dengan yang mengatur
sekresi cairan pankreas. Saat asam lemak dan asam amino mencapai usus halus,
CCK dilepas untuk mengkontraksi otot kandung empedu dan merelaksasi sfingter
Oddi. Cairan empedu kemudian didorong ke dalam duodenum (Roger Watson, 2002).
Kandung empedu
Kandung empedu adalah kantong muskular hijau menyerupai
pir dengan panjang 10 cm. Organ ini terletak di lekukan di bawah lobus kanan
hati. Kapasitas total kandung empedu kurang lebih 30 ml sampai 60 ml. Fungsinya
:
- menyimpan cairan empedu yang secara terus menerus
disekresi oleh sel-sel hati, sampai diperlukan dalam duodenum. Di antara
waktu makan, sfingter Oddi menutup dan cairan empedu mengalir ke dalam
kandung empedu yang relaks. Pelepasan cairan ini dirangsang oleh CCK
- mengkonsentrasikan cairannya dengan cara
mereabsorbsi air dan elektrolit. Dengan demikian kandung ini mampu
menampung hasil 12 jam sekresi empedu hati(Roger Watson, 2002).
- Enzim
Pencernaan
Enzim yang membantu dalam proses pencernaan dihasilkan
oleh kelenjar
kelenjar-kelenjar yang terdapat dalam mulut, lambung, pankreas dan usus. Enzim yang belum aktif disebut pro enzim atau zimogen. Mulut. Di dalam mulut dihasilkan saliva yang mengandung enzim pregastruc esterase (lipase) dan α-umilase terutama pada ternak ruminaisa muda. Enzim α- umilase berperan dalam memecah pati (pada monogastrik dan unggas)
Perut.
kelenjar-kelenjar yang terdapat dalam mulut, lambung, pankreas dan usus. Enzim yang belum aktif disebut pro enzim atau zimogen. Mulut. Di dalam mulut dihasilkan saliva yang mengandung enzim pregastruc esterase (lipase) dan α-umilase terutama pada ternak ruminaisa muda. Enzim α- umilase berperan dalam memecah pati (pada monogastrik dan unggas)
Perut.
Sel–sel mukosa dalam perut menghasilkan cairan lambung
sama dengan cairan pencernaan sama dengan gastric juice. Bagian-bagian perut
yang terkait dengan enzim pencernaan adalah:
- Cardiac:
menghasilkan kelenjar lendir
- Fundus:
sel utama menghasilkan pepsinogen, sel pariental
menghasilkan HCl, serta sel epithel menjadi mucin/lendir.
Pepsin (endopeptidase) merupakan enzim pemecah rangkaian asam amino di bagian dalam/tengah. Enzim ini bekerja optimum pada pH 2.0 (1.5-4.6).
Getah Pankreas
Enzim – enzim mukosa doudenum menjadi enterokinase
♦
Tripsinogen
menjadi Tripsin, endopeptidase, memecah ikatan pepsida pada AA Lys dan Arg.
♦
Chymotripsinogen
menjadi chimotripsin; endopeptidase memecah peptidase khas pada AA aromatik
♦
Procarboxy
peptidase A dan B menjadi Carboxy peptidase A dan B eksopeptidase sama dengan
memecah AA yang berada di luar/di ujung. Carboxy peptidase A: memecah C ujung
pada gugus umino dan karboksil khusus untuk AA aromatik dan AA netral.
Carboxy peptidase B : pada AA leu, Arg dan Lys yang berada di ujung.
Carboxy peptidase B : pada AA leu, Arg dan Lys yang berada di ujung.
♦
α–amilase: memecah
pati (amilum) dan glikogen
E pencerna KH: sukrase, maltase, isomaltese, laktase
♦
Lipase :
memecah lemak
Gelatinase sama dengan Parapepsin I Stabil pada pH 7.0
Inaktif terhadap albumin darah
Lebih khas untuk perencanaan gelatin Tidak mengandung fosfat serin Berbeda gugus AA ujungnya.
Gastricsin sama dengan parapepsin II sama dengan parapepsin I, pH
optimum sama dengan 3.0 Rennin dihasilkan dalam lambung anak ternak yang
minum susu, renin berfungsi untuk menggumpalkan (koagulasi) kasein (protein) susu menjadi parakasein. Parakasein ditambah Ca ++ menjadi kalsium parakaseinat (menggumpal mengendap). Rennin kaslium parakaseinat dicerna oleh pepsin dan disempurnakan pencernaannya di usus. Usus adalah tempat pencernaan zat makanan yang paling sempurna dan efisien. Usus sama dengan tempat mensekresikan 4 macam zat yaitu :
Lebih khas untuk perencanaan gelatin Tidak mengandung fosfat serin Berbeda gugus AA ujungnya.
Gastricsin sama dengan parapepsin II sama dengan parapepsin I, pH
optimum sama dengan 3.0 Rennin dihasilkan dalam lambung anak ternak yang
minum susu, renin berfungsi untuk menggumpalkan (koagulasi) kasein (protein) susu menjadi parakasein. Parakasein ditambah Ca ++ menjadi kalsium parakaseinat (menggumpal mengendap). Rennin kaslium parakaseinat dicerna oleh pepsin dan disempurnakan pencernaannya di usus. Usus adalah tempat pencernaan zat makanan yang paling sempurna dan efisien. Usus sama dengan tempat mensekresikan 4 macam zat yaitu :
♦
Getah usus
(doudenal juice) Bersifat alkalis
Keluar melalui ductus (saluran) diantara vili. Sebagai
pelumas dan melindungi dinding doudenum dari HEL yang masuk dari lambung.
♦
Getah pankreas
♦
Empedu
♦
Succus
entericus(Alters,1996).
2.7 Proses Rangsangan Sekresi Enzim
Asam (HCl) dari perut menjadi doudenum (merangsang
dinding usus menjadi pusat hormon sekresi hormon secretin, secretin merangsang
sel pangkreas sekresi getah pankreas (mengandung ion dikarbonat pH basah)
sehingga pH akhir netral. Produk pencernaan lain (peptida) dari perut langsung
ke usus, merangsang dinding usus untuk mensekresikan hormon pankreozimin
merangsang sekresi proenzim dan enzim tripsin, chymotripsin carboxypeptidase A
dan B; amilase dan lipase dari bentuk tidak aktif (zymogen) menjadi aktif
(enzim). Empedu disekresikan oleh hati melalui ductus empedu dan disimpan di
dalam kantong empedu, tidak disekresikan bila tidak diperlukan. Empedu
mengandung garam Na = K, pigmen (bilirubin dan biliverdin), cholesterol dan
lendir (mucin). Garam empedu penting untuk mengaktifkan Lipase pankreas dan
mengemulsikan Lemak (Alters,1996).
2.8 Makanan Dicerna Secara Enzimatik Untuk Kemudian Diserap
Selama proses pencernaan di dalam saluran pencernaan mamalia,
ketiga jenis nutrien (yaitu karbohidrat, lemak dan protein) mengalami
penguraian secara enzimatik menjadi senyawa pembangunnya. Penguraian ini
diperlukan untuk pemanfaatannya, karena lapisan sel pada usus halus hanya dapat
menyerap molekul-molekul yang berukuran relatif kecil untuk kemudian dikirim ke
dalam aliran darah. Gambar 24-1, menunjukkan gambaran tentang "peta" sistem
pencernaan manusia. Walaupun pencernaan dimulai dari mulut dan perut, tahap
terakhir dari pencernaan semua komponen utama makanan dan absorpsi komponen
pembangunnya ke dalam darah terjadi di dalam usus halus. Secara anatomis organ
ini sesuai dengan fungsi, karena memiliki permukaan yang luas tempat terjadinya
penyerapan. Usus halus bukan hanya panjang (12-14 kaki), tetapi permukaan
bagian dalamnya memiliki banyak lipatan dengan sejumlah tonjolan kecil yang
disebut vili. Setiap vili dilapisi oleh sel-sel epitel membentuk
sejumlah mikrovili. Tonjolan vili memberikan permukaan yang
sangat luas, di mana hasil akhir pencernaan dapat secara cepat diangkut melalui
sel-sel epitel menuju pembuluh darah kapiler dan pembuluh limpa. Luas permukaan
usus halus manusia kira-kira 180 m², sedikit lebih kecil daripada luas lapangan
tenis. Mikrovili berisi kumpulan mikrofilamen aktif yang berhubungan
dengan filamen miosin pada bagian dasar mikrovili. Sistem filamen tersebut
menyebabkan mikrovili dapat bergerak seperti gelombang sehingga memberikan
pengadukan setempat dan meningkatkan proses penyerapan makanan (Anonim,2008).
2.8.1 Pencernaan
Karbohidrat
Golongan karbohidrat yang paling banyak dicerna oleh manusia
adalah pati, polisakarida dan selulosa yang berasal dari tanaman, dan glikogen
yang berasal dari hewan. Pati dan glikogen dihidrolisis sempurna oleh aktivitas
enzim yang terdapat di dalam saluran pencernaan, menjadi molekul unit
pembangunnya. yaitu D-glukosa bebas. Proses penguraian ini dimulai dari mulut
selama penguraian makanan, dengan bantuan enzim amilase yang
dikeluarkan oleh kelenjar ludah. Amilase pada air ludah bekerja memutuskan
sejumlah ikatan α (l —> 4) glikosida pati dan glikogen sehingga dihasilkan
campuran senyawa maltosa glukosa dan oligosakarida. Kue crackers lambat laun
terasa manis sewaktu kita mengunyahnya karena kandungan zat patinya. yang
semula tidak berasa, dihidrolisa enzimatik menghasilkan gula. Proses penguraian
pati, glikogen dan polisakarida lain menghasilkan D-glukosa berlangsung terus
disempurnakan di dalam usus halus, sebagian besar oleh kerja pankreatik
amilase, dibuat oleh pankreas dan disekresi melalui saluran
pankreatik ke bagian atas usus halus. Bagian usus halus ini, tempat terjadinya
hampir seluruh proses pencernaan disebut usus dua belas jari (duodenum) (Anonim,2008).
Disakarida diuraikan oleh enzim-enzim yang terletak di
bagian luar lapisan sel-sel epitel yang membatasi usus halus. Sukrosa (gula
tebu) dihidrolisa menjadi D-glukosa dan D-fruktosa oleh enzim sukrase
atau disebut juga invertase: laktosa dihidrolisis menjadi D-glukosa
dan D-galaktosa oleh Iaktase atau disebut juga invertase- atau
disebut juga β-galaktosidase: maltosa dihidrolisis oleh enzim maltase
menjadi dua molekul glukosa. Pada Bab 11 telah dibicarakan bahwa manusia
Asia dan Afrika dewasa pada umumnya tidak dapat mencerna laktosa (laktosa
intoleran). Hal ini disebabkan karena tiadanya aktivitas enzim laktosa
di dalam usus halus setelah masa bayi dan kanak-kanak. Pada penderita
laktosa-intoleran, laktosa yang masuk ke dalam makanan akan tetap tinggal di
dalam usus, di situ sebagian laktosa mengalami fermentasi oleh mikroorganisme
usus. Sebagai akibat dari fermentasi tersebut, orang yang bersangkutan akan
menderita diare dan terbentuk banyak gas di dalam perut (flatulensi) (Anonim,2008).
Di dalam sel epitel yang membatasi usus halus. D-fruktosa,
D-galaktosa, D-manosa diubah menjadi bagian-bagian glukosa. Campuran senyawa
heksosa sederhana yang dihas tersebut kemudian diserap ke dalam sel-sel
epitelial yang membatasi usus dan kemudian diangkut aliran darah menuju hati(Anonim,2008).
2.8.2 Pencernaan
Protein
Protein yang masuk dihidrolisis secara enzimatik menjadi asam-asam
amino penyusunnya di dalam saluran pencernaan. Protein yang masuk ke dalam
perut, akan merangsang pengeluaran hormon gastrin yang selanjutnya
merangsang pengeluaran HC1 (asam lambung) oleh sel parietal kelenjar
lambung, dan pepsinogen dari sel kepala. pH asam lambung berada
di antara 1,5 dan 2,5. Keasaman asam lambung akan berfungsi sebagai antiseptik
dan membunuh sebagian besar bakteri dan sel-sel lain. Di mping itu, juga
menyebabkan protein globular mengalami denaturasi atau terbuka lipatannya pada
pH yang rendah ini, menjadikan ikatan peptida dalam lebih terbuka terhadap
hidrolisis enzimatik. Pepsinogen erat molekul 40.000), suatu
prekursor yang tidak aktif atau zimopen diubah menjadi pepsin
aktif di dalam cairan lambung oleh aktivitas enzim pepsin itu sendiri, ini
adalah contoh autokatalisis. Dalam proses ini, 42 residu asam
amino dipindahkan dari amino yang paling ujung pada rantai polipeptida
pepsinogen sebagai campuran peptida-peptida kecil. Molekul pepsinogen sisanya
yang tetap utuh, adalah pepsin yang aktif sebagai enzim (berat molekul 33.000).
Dalam perut, pepsin menghidrolisis ikatan-ikatan peptida protein yang masuk,
terutama asam amino aromatik tirosin. fenilalanin dan triptofan,
dengan demikian memecah rantai panjang polipeptida menjadi campuran berbagai
peptida-peptida yang lebih kecil (Anonim,2008).
Dengan masuknya kandungan asam dari perut ke dalam usus halus, pH
yang rendah ini menyebabkan pengeluaran hormon sekretin ke dalam
darah. Sekrefin merangsang pankreas untuk mengeluarkan bikarbonat ke dalam usus
halus untuk menetralkan HC1 lambung. Dengan demikian pH meningkat dari 1,5-2,5
menjadi kira-kira pH 7. Di dalam usus balus pencernaan protein berlanjut.
Masuknya asam amino dalam usus dua belas jari merangsang pengeluaran enzim
proteolitik dan peptidase, yang mempunyai pH optimum 7-8. Tiga di antaranya, tripsin.
kimotripsin. dan karboksipeptidase, dihasilkan oleh
sel-sel eksokrin pankreas sebagai bentuk zimogennya yang tidak
aktif, tripsinogen. kimotripsinogen, dan prokarboksipeptidase.
Sintesis enzim-enzim ini sebagai prekursor yang tidak aktif melindungi
sel-sel eksokrin terhadap kerusakan akibat serangan enzim proteolitik. Setelah
tripsinogen memasuki usus halus molekul ini diubah menjadi bentuk aktifnya, tripsin
oleh enterokinase. enzim proteolitik khusus yang dikeluarkan oleh
sel-sel usus. Bila beberapa molekul tripsin bebas telah terbentuk, maka tripsin
bebas tersebut dapat mengkatalisis pengubahan tripsinogen menjadi tripsin.
Pembentukan tripsin bebas adalah akibat terlepasnya heksapeptida dari ujung
amino rantai tripsinogen. Seperti yang telah lihat, tripsin menghidrolisis
ikatan-ikatan peptida dengan gugus karbonil pada residu lisin dan
arginin (Anonim,2008).
Kimotripsinogen mempunyai suatu rantai
polipeptida dengan sejumlah ikatan-ikatan disulfida antara rantai. Bila
kimotripsinogen mencapai usus halus, moiekul ini akan diubah menjadi kimotripsin
oleh tripsin, yang memecah satu rantai panjang polipeptida
kimotripsinogen pada dua titik dengan cara memotong dipeptida. Meskipun
demikian, ketiga bagian yang terbentuk dari rantai kimotripsinogen asal tetap
terikat bersama oleh jembatan disuffida. Kimotripsin menghidrolisis
ikatan-ikatan peptida yang mengandung residu-residu fenilalanin. tirosin
dan triptofan . Dengan demikian tripsin dan kimotripsin
menghidrolisis polipeptida-polipeptida yang dihasilkan dari ditas pepsin di
dalam perut, menjadi peptida-peptida yang lebih kecil. Tahap pencernaan protein
ini terjadi dengan sangat efisien sebab pepsin, tripsin dan kimotripsin
menghidrolisis rantai polipeptida pada asam-amino khusus(Anonim,2008).
Degradasi peptida rantai pendek di dalam usus halus sekarang
diselesaikan oleh peptidase lainnya. Yang pertama adalah karboksipeptidase.
suatu enzim yang mengandung unsur seng, yang dibuat oleh pankreas sebagai
zimogen yang tidak aktif, yaitu prokarboksipeptidase.
Karboksipeptidase melepaskan residu gugus ujung karboksil secara berturut-turut
dari peptida. Usus halus mengeluarkan suatu aminopeptidase. yang
dapat menghidrolisis residu amino bagian ujung secara berurutan dari
peptida-peptida pendek. Dengan kerja bertahap enzim-enzim proteolitik dan
peptidase tersebut, protein-protein yang termakan akhirnya dihidrolisis untuk
menghasilkan suatu campuran asam-asam amino bebas, yang kemudian diangkut
melalui sel-sel epitel yang melapisi usus halus. Asam 10 tersebut kemudian
masuk ke dalam pembuluh darah di dalam vili dan diangkut menuju
hati(Anonim,2008).
2.8.3 Pencernaan Lemak
Pencernaan senyawa-senyawa triasilgliserol dimulai di dalam usus
halus. Ke dalam organ inilah zimogen prolipase dikeluarkan oleh
pankreas. Di dalam usus halus tersebut, zimogen kemudian diubah menjadi lipase
yang aktif, yang dengan adanya garam-garam empedu (lihat di
bawah) dan protein khusus yang disebut kolipase. mengikat
tetesan-tetesan senyawa triasilgliserol dan mengkatalisis pemindahan hidrolitik
atau dua residu asam lemak bagian luar sehingga dihasilkan suatu campuran
asam-asam lemak bebas sebagai senyawa sabun dengan Na+atau K+)
dan senyawa 2-monoasilgliserol. Sebagian keci1 dari senyawa triasilgliserol
masih ada yang tetap tidak dihidrolisis(Anonim,2008).
Senyawa sabun asam lemak dan senyawa asilgliserol yang tidak
terpecahkan diemulsifikasi menjadi bentuk butir-butir halus oleh peristalsis,
yaitu suatu gerakan mengaduk pada usus. dibantu oleh garam-garam empedu dan
monoasilgliserol, yang merupakan molekul-molekul amfipatik dan memberikan efek
deterrgen. Asam-asam lemak dan senyawa-senyawa monoasilgliserol di dalam
butir-butir cairan tersebut diserap oleh sel-sel usus, di mana sebagian besar
senyawa-senyawa tersebut dirangkai kembali menjadi triasilgliserol.
Senyawa-senyawa triasilgliserol tersebut tidak masuk ke dalam pembuluh darah
kapiler, tetapi masuk ke dalam lakteal. yaitu kelenjar pembuluh
limpa yang kecil di dalam vili. Limpa yang menyerap isi usus kecil ini disebut khile
(getah lemak) yang kelihatan seperti susu setelah makan makanan berkadar
lemak tinggi, akibat suspensi kilomikron, yaitu butiran dari
triasilglisi yang teremulsi baik dan bergaris tengah kira-kira 1 mm. Kilomikron
dilapisi oleh fosfolipida hidrofilik dan protein khusus, yang berfungsi untuk
menjaga agar kilomikron tetap tersuspensi. Kilornikron keluar dari saluran
toraks menuju pembuluh subklavi. Setelah makan makanan berlemak tinggi plasma
darah menjadi terlihat keruh oleh tingginya konsentrasi kilomikron. Akan tetapi
warna keruh tersebut hilang dalam waktu 1 atau 2 jam, ketika triasilgliserol di
tarik dari darah terutama oleh jaringan adiposa(Anonim,2008).
Emulsifikasi dan pencernaan lemak di dalam usus halus dimungkinkan
dengan adanya garam-garam empedu. Garam-garam empedu manusia yang
terutama adalah natrium-glikokolat dan natrium taurokolat turunan
dari asam kolat, adalah empat jenis asam empedu utama yang
terdapat dalam jumlah besar. Garam-garam empedu merupakan bahan pengemulsi kuat
yang disekresikan oleh hati dalam empedu yang selanjutnya mengeluarkan isinya
ke bagian atas usus halus. Setelah asam-asam lemak dan senyawa monoasilgliserol
dari butir lemak yang teremulsi diserap di dalam bagian bawah usus halus,
garam-garam empedu yang membantu proses ini juga diserap kembali. Garam-garam
empedu tersebut kembali ke hati untuk kemudian digunakan lagi berkali-kali.
Dengan demikian garam-garam empedu secara tetap berdaur di antara hati dan usus
kecil(Anonim,2008).
Garam-garam empedu sangat penting di dalam penyerapan tidak
hanya bagi zat-zat triasilgliserol tetapi bagi semua makanan berlemak yang
dapat larut. Apabila terjadi kekurangan dalam pembentukan pengeluaran gararn-garam
empedu yang terjadi pada beberapa penyakit, lemak-lemak yang tidak tercerna dan
tidak terserap akan tampak pada tinja. Dalam keadaan-keadaan seperti itu,
vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, A, D, E, dan K tidak terserap secara
sempurna dan dapat mengakibatkan kekurangan vitamin A (Anonim,2008).
2.9 Tinjauan bahan
2.9.1 Larutan Benedict
Larutan Benedict adalah larutan yang mengandung ion-ion
tembaga(II) yang dikompleks dalam sebuah larutan basa. Larutan Benedict
mengandung ion-ion tembaga(II) yang membentuk kompleks dengan ion-ion sitrat
dalam larutan natrium karbonat. Pengompleksan ion-ion tembaga(II) dapat
mencegah terbentuknya sebuah endapan - kali ini endapan tembaga(II) karbonat. Benedict
merupakan reagen yang dapat membuktikan adanya zat yang mengandung glukosa dan
turunannya, hasil yang positif memberikan endapan berwarna merah bata karena
terbentuknya ikatan antara atom Cu atau tembaga yang berikatan dengan gugus
aldehid dari glukosa yang bersifat aktif. Pada keadaan ini atom tembaga yang
berada pada bentuk ioniknya dengan bilangan oksidasi 2 akan membentuk ikatan
ionik dengan oksigen pada sisi aldehid atau keton membentuk endapan Tembaga(II)
Oksida.(Sloane,2003).
2.9.2 Toluen
Toluen memiliki rumus struktur C7H8.
Massa relative (Mr) 92,14 g/mol. Densitas toluen 0,8714 g/cm³. Sifat
reaksi toluene pada kondisi 15 °C, 0,8669 g/cm³ (20 °C). mudah terbakar
(http://Toluen - Wikipedia.mht). Toluen
berfungsi sebagai pelarut materi organik sekaligus sebagai pengawet tanpa merubah
struktur/ konformasi senyawa organik yang diawetkannya. Biasa digunakan dalam
mikroteknik untuk membuat preparat apusan dari suatu untuk tujuan tertentu,
membantu melekatkan pada kaca objek. Toluen ini bersifat nonpolar, sehingga
tidak bisa bercampur dengan pelarut polar seperti air (Hart, 1998).
2.9.3 Amilum
Amilum digunakan sebagai sumber zat
pati yang dapat dicerna oleh enzim amilase(Van de Graf,1994).
2.9.4 Biuret
Biuret merupakan reagen yang bersifat
basa, sehingga gugus amin dari asam amino bertindak sebagai asam Dengan
membentuk NH4+. Reaksi menghasilkan senyawa basa NH4OH
yang menyebabkan larutan berwarna ungu.(Poedjiadi,1994).
2.9.5 Minyak goreng
Minyak goreng termasuk dalam
lemak netral. Lemak netral adalah persenyawaan asam lemak dengan gliserol. Tiga
molekul asam lemak (rantai panjang atom karbon dan hidrogen dengan satu gugugs
karboksil di salah satu ujungnya) berikatan kovaln dengan satu molekul gliserol
(satu molekul terdiri dari tiga karbon dengan tiga sisi gugus hidroksil)
melalui proses sintesis dehidrasi. Minyak cenderung cair pada suhu kamar
(Etjhel Sloane, 2004).
2.9.6 Gliserin
Gliserin adalah cairan bening, banyak
dipakai untuk membuat sediaan obat. Persenyawaan gliserin dengan asam lemak
membentuk lemak (Kamus Biologi Tarsito, 1999).
2.9.7 Telur
Telur ayam mempunyai struktur yang
sangat khusus yang mengandung zat gizi yang cukup untuk mengembangkan sel yang
telah dibuahi menjadi seekor anak ayam. Ketiga komponen pokok telur adalah
kulit telur, putih telur a albumin dan kuning telur. Albumin mengandung
protein, glukosa, lemak, garam dan air.
Bab III
Metodologi
3.1
Alat dan bahan
3.1.1
Alat
Alat yang diperlukan dalam praktikum ini antara lain tabung
reaksi(10 buah), botol kaca gelap dan tutup, mortar dan alu, papan seksi,
dissecting set, pembakar spiritus, rak tabung reaksi, gelas ukur 10ml, corong
kaca, Erlenmeyer, penjepit kayu, pipet tetes dan korek api.
3.1.2
Bahan
Bahan
yang diperlukan dalam praktikum antara lain kertas saring, kapas, ikan mas (Cyprinus
carpio), empedu ayam, akuades, toluene, larutan amilum 1%, gliserin 50%,
albumin atau putih telur, maltose atau sukrosa, reagen Biuret, reagen Benedict
dan minyak kelapa atau minyak goring.
3. 2 Cara Kerja
3.2.1 Membuat
ekstrak usus.
Ikan mas dibedah pada bagian ventral, dipisahkan usus
halusnya dengan bagian lainnya dengan cara dipotong, dicuci dalam larutan garam
fisiologis. Selanjutnya diangkat dengan pinset diletakkan di dalam botol film
gelap, diberi gliserin 50 % sebanyak 20 ml dan toluen sebanyak 4-5 tetes. Dibiarkan selama seminggu. Dilakukan
tes pembuktian.
- Pembuktian adanya enzim amilase.
Dua tabung reaksi disiapkan dan diberi tanda A dan B.
Lalu diberi 2 ml benedict. Dua tabung reaksi lain disiapkan ditandai C dan D,
diberi amilum1% sebanyak 2,5 ml. Selanjutnya 1 ml ekstrak usus ikan ditambahkan
pada tabung reaksi C dan 1 ml akuades pada tabung reaksi D. Kedua tabung( C dan
D) digoyang-goyang selama 5-10 menit. 5 tetes larutan dari tabung C diteteskan
pada tabung reaksi A dan 5 tetes larutan dari tabung D ke tabung B. Selanjutnya
tabung A dan B dipanaskan selama 5 menit sambil digoyang-goyangkan, lalu
diamati perubahan warnanya.
- Pembuktian adanya enzim maltase.
Dua tabung reaksi disiapkan dan diberi tanda A dan B.
Lalu diberi 2 ml benedict. Dua tabung reaksi lain disiapkan ditandai C dan D,
diberi larutan sukrosa sebanyak 2,5 ml. Selanjutnya 1 ml ekstrak usus ikan
ditambahkan pada tabung reaksi C dan 1 ml akuades pada tabung reaksi D. Kedua
tabung( Cdan D) digoyang-goyang selama 5-10 menit. 5 tetes larutan dari tabung C
diteteskan pada tabung reaksi A dan 5 tetes larutan dari tabung D ke tabung B.
Selanjutnya tabung A dan B dipanaskan selama 5 menit sambil digoyang-goyangkan,
lalu diamati perubahan warnanya.
- Pembuktian adanya enzim Tripsin
Dua tabung reaksi disiapkan dan diberi tanda A dan B.
Lalu diberi 1 ml putih telur yang sudah diencerkan. Selanjutnya kedua tabung
dipanaskan sampai mendidih, lalu didinginkan. 1 ml ekstrak usus ditambahkan
pada tabung A dan akuades pada tabung B, lalu didiamkan selama 5-10 menit. 1-2 biuret
diteteskan ke dalam masing-masing tabung, lalu diamati perubahan warnanya.
3. 2.2 Tes pengaruh empedu terhadap lemak
Dua buah tabung reaksi disiapkan dan ditandai A dan B.
Isi kantung empedu dituang ke dalam gelas ukur lalu ditambah akuades sehingga volumenya
menjadi 2 ml. Selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung A dan akuades sebanyak 2
ml dimasukkan ke dalam tabung B sebagai kontrol. Selanjutnya ditambahkan 2 ml
minyak goreng ke dalam kedua tabung, lalu dikocok kuat-kuat, dibiarkan selama
5-10 menit lalu diamati.
Bab IV
Analisa data dan pengamatan
4.1 data pembahasan
4.1.1 membuat ekstrak usus
No
|
Perlakuan
|
Gambar
|
Pengamatan
|
1.
|
Dibedah ikan
mas pada bagian perut
|
Pembedahan
dilakukan dengan pisau bedah, pada bagian ventral, diarahkan ke perut bagian
depan, hingga terbuka bagian perut dan nampak organ dalamnya
|
|
2.
|
Dipisahkan
usus dari organ lainnya
|
Setelah
nampak organ pencernaan, dilihat usunya, dibersihkan jaringan lemaknya dan
dipisahkan dari bagian organ pencernaan yang agar pengambilan usus lebih
mudah
|
|
3.
|
Diambil usus
halus dengan cara memotongnya dari bagian lambung dan bagian awal usus besar
|
Usus yang
digunakan dalam praktikum adalah usus halus, sehingga dipotong pada bagian
setelah lambung dan sebelum usus besar
|
|
4.
|
Dibuka usus
halus dengan cara menyayatnya secara longitudinal
|
Usus halus
dibersihkan dari kotoran yang berada dalam lumennya dengan cara disayat
longitudinal
|
|
5.
|
Dibersihkan
dengan akuades
|
Kotoran yang
berada di bagian dalam usus dibersihkan dengan akuades, juga untuk membersihkan
lemak dan kotoran lain yang menempel pada usus
|
|
7.
|
Direndam
dalam 20ml gliserin 50%
|
Potongan usus halus
|
Usus yang
telah bersih, direndam dalam cairan gliserin yang jernih
|
8.
|
Dihaluskan
usus halus, ditambah toluen 5 tetes sambil dihaluskan lagi
|
toluen
|
Selama
perendaman dengan gliserin, usus dihaluskan dnegan gunting bedah sampai
terbentuk suspensi. Penambahan toluen bertujuan untuk pengawetan usus
|
9.
|
Dimasukkan
botol, ditutup rapat, dibungkus plastik berwarna hitam
|
Suspensi usus
dimasukkan ke dalam botol sebagai wah, diusahakan yang gelap dan dibungkus
bahan gelap agar enzim dalam usus tidak rusak
|
|
10.
|
Disimpan pada
botol kaca gelap pada ruang gelap selama 7 hari
|
Penyimpanan
selma 7 hari dilakukan di dalam laci termometer, bertujuan untuk memberikan
waktu bagai usus untuk mengeluarkan enzim
|
|
11.
|
Disaring
dengan kertas saring
|
Suspensi usus
yang telah diambil dari tempat penyimpanan disaring untuk mendapatkan filtrat
bahan yang digunakan dalam uji selnajutnya, yang telah bercampur dengan enzim
usus ikan mas
|
|
12.
|
Dilakukan tes
adanya amilase,maltase dan tripsin
|
Tes dilaukan
untuk mengecek adanya enzim maltase, amilase, dan tripsin
|
- tes
pembuktian adanya enzim amilase
No
|
Perlakuan
|
Gambar
|
Pengamatan
|
Disiapkan dua
tabung reaksi, diberi tanda A dan B, lalu dituangkan reagen Benedict 2 ml
pada kedua tabung reaksi
|
Penandaan
berfungsi agar tidak terjadi peristiwa tertukar sehingga mengakibatkan salah
memasukkan bahan atau reagen. Benedict digunakan sebagai reagen bagi
keberadaan senyawa karbohidrat, diantaranya amilase
|
||
Disiapkan dua
tabung reaksi lain dan diberi tanda C dan D, lalu dituangkan larutan amilum
1% 2,5ml pada kedua tabung reaksi
|
pengukuran volume amilum
|
Larutan
amilum merupakan larutan gula yang berwarna jernih
|
|
Ditambahkan
ekstrak usus 1ml pada tabung reaksi C dan 1ml akuades pada tabung reaksi D,
lalu digoyang tabung reaksi tersebut selama 10menit
|
Ekstrak usus
merupakan larutan yang mengandung enzim dari usus ikan mas, penambahan pada
amilum untuk mendeteksi adanya enzim amilase pada ekstrak usus, penggoyangan
dilakukan perlahan
|
||
Diteteskan 5
tetes larutan dalam tabung reaksi C ke dalam tabung reaksi A dan 5 tetes
larutan dalam tabung reaksi D ke dalam tabung rekasi B
|
Larutan
ekstrak usus dan akuades ditambahkan pada benedict untuk melihat keberadaan
unzim. Larutan menjadi berwarna ungu sesuai dengan warna benedict.
|
||
Dipanaskan
kedua tabung reaksi selama 5 menit sambil digoyang, diamati perubahan warna
yangterjadi pada kedua tabung
|
Proses pemanasan
|
Pemanasan
berperan untuk mempercepat reaksi. Tabung yang berisi ekstrak usus berubah
warna menjadi hijau, tetapi tidak terdapat endapan merah bata. Akuades tidak
mengalami perubahan warna, tetap ungu.
|
- tes
pembuktian adanya enzim maltase
No
|
Perlakuan
|
Gambar
|
Pengamatan
|
Disiapkan dua
tabung reaksi, diberi tanda A dan B, lalu dituangkan reagen Benedict 2 ml
pada kedua tabung reaksi
|
Penandaan
berfungsi agar tidak terjadi peristiwa tertukar sehingga mengakibatkan salah
memasukkan bahan atau reagen. Benedict digunakan sebagai reagen bagi
keberadaan senyawa karbohidrat, diantaranya amilase
|
||
Disiapkan dua
tabung reaksi lain dan diberi tanda C dan D, lalu dituangkan larutan sukrosa
2,5ml pada kedua tabung reaksi
|
Larutan
sukrosa merupakan larutan gula yang berwarna jernih
|
||
Ditambahkan
ekstrak usus 1ml pada tabung reaksi C dan 1ml akuades pada tabung reaksi D,
lalu digoyangtabung reaksi tersebut selma 10menit
|
Ekstrak usus
merupakan larutan yang mengandung enzim dari usus ikan mas, penambahan pada
amilum untuk mendeteksi adanya enzim amilase pada ekstrak usus, penggoyangan
dilakukan perlahan
|
||
Diteteskan 5
tetes larutan dalam tabung reaksi C ke dalam tabung reaksi A dan 5 tetes
larutan dalam tabung reaksi D ke dalam tabung rekasi B
|
Larutan
ekstrak usus dan akuades ditambahkan pada benedict untuk melihat keberadaan
unzim. Larutan menjadi berwarna ungu sesuai dengan warna benedict.
|
||
Dipanaskan
kedua tabung reaksi selama 5 menit sambil digoyang, diamati perubahan warna
yangterjadi pada kedua tabung
|
Pemanasan
berperan untuk mempercepat reaksi. Tabung yang berisi ekstrak usus berubah
warna menjadi hijau, tetapi tidak terdapat endapan merah bata. Akuades tidak
mengalami perubahan warna, tetap ungu.
|
- Tes
pembuktian adanya enzim tripsin
No
|
Perlakuan
|
Gambar
|
Pengamatan
|
Disiapkan dua
tabung reaksi, diberi tanda A dan B, lalu dituangkan putih telur 1ml pada
kedua tabung reaksi
|
Penandaan
berfungsi agar tidak terjadi peristiwa tertukar sehingga mengakibatkan salah
memasukkan bahan atau reagen. Telur berwarna putih, kental, berfungsi sebagai
sumber protein
|
||
Dipanaskan
kedua tabung reaksi tersebut sampai mendidih lalu didinginkan
|
Telur
dipanaskan
|
Pemanasan
berperan dalam usaha mempercepat reaksi. Saat mendidih, timbul gelembung dan
buih pada albumin. Saat dingin, busa mulai menghilang sebgian.
|
|
Ditambahkan
ekstra usus 1 ml pada tabung reaksi A dan 1 ml akuades pada tabung reaksi B,
kemudian didiamkan selama 10 menit
|
Ekstrak usus
berwarna kecoklatan, agak keruh, direaksikan dengan protein dari albumin
telur
|
||
Diteteskan 2
tetes reagen biuret ke dalam masing-masing tabung reaksi serta diamati
perubahan warna yang terjadi pada tabung reaksi A dan B
|
Reagen biuret
berwarna biru, jernih, sebagai indikator keberadaan protein
|
- Tes
pengaruh empedu terhadap lemak
No
|
Perlakuan
|
Gambar
|
Pengamatan
|
Disiapkan dua
tabung reaksi, diberi tanda A dan B
|
Tabung reaksi
diberi tanda dengan kertas label
|
||
Dituangkan
isi kantung empedu dengan cara menggunting permukaannya ke dalam tabung
reaksi A dan mengencerkannya dengan akuades sehingga volumenya menjadi 2 ml
|
Kantung
empedu dipotong ujungmnya, keluar cairan berwarna ungu kehitaman, terdapat
busa. Diencerkan dengan air agar dapat dibagi menjadi 2 tabung
|
||
Dimasukkan 2
ml akuades ke dalam tabung reaksi B sebagai kontrol
|
Akuades
jernih
|
||
Ditambahkan 2
ml minyak goreng ke dalam kedua tabung reaksi tersebut lalu mengocoknya
kuat-kuat
|
Minyak goreng
berwarna kuning, keruh. Pengocokan agar larutan bercampur
|
||
Dibiarkan
kedua tabungr eaksi tersebut selama 5 menit serta diamati perubahan yang
terjadi pada kedua tabung reaksi tersebut
|
Sebelah kanan
empedu dan minyak goreng
Sebelah kanan
minyak goreng-air
|
Pada tabung
empedu dan minyak, nampak mimnyak bersatu dengan empedu. Tetapi pada air dan
minyak, tidak terjadiperubahan, nampak fasa.
|
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembuatan ekstrak usus
Praktikum pembuatan ekstrak usus
dilakukan dengan perut iakn mas. Pembedahan dilakukan dengan peralatan bedah
yang dipinjam dari laboratorium. Sebelum dibedah, ikan mas terlebih dahulu
ditenangkan dengan menusuk tulang belakangnya dengan penusuk. Setelah ikan mas
tenang, maka perut bagian belakang dibedah sedikit dengan pisau bedah.
Selanjutnya, pembedahan diarahkan ke bagian perut depa. Pembedahan dilakukan
dengan hati-hati agagr pisau bedah tidak merobek organ bagian dalam ikan.
Pembedahan dilakukan sampai bagian dalam perut ikan dapat teramati.
Setelah organn pencernaan dapat
dilihat, praktikan mencari usus ikan. Usus yang ditemukan berupa saluran yang
kecil dan panjang. Usus dipisahkan dari oragan lainnya yang menempel pada usus.
Lemak yang menempel pada usus juga dibuang semua. Praktikan mengalami kesulitan
dalam pembedaan lambung, usus halus dan usus besar. Pemotongan dilakukan pada
bagian setelah terdapat bengkakan(lambung) dan sebelum usus besar. Pemotongan
dilkuakan dengan gunting. Setelah usus bagian luar bersih, usus bagian dalam
dibersihkan dengan menyayat usus dengan gunting secara longitudinal. Usus yang
telah terbuka tersebut, selanjutnya dibasuh dengan akuades. Akuades berfungsi
sebagai pembersih usus dari kotoran yang berada di dalam dan di luar usus.
Setelah bersih, usus direndam di dalam
gliserin. Gliserin berperan larutan untuk menghilangkan lemak yang berada pada
permukaan usus. Sambil direndam di dalam
gliserin, usus dihaluskan dengan dipotong-potong dengan gunting. Pemotongan
dilakukan sampai usus menjadi halus, terbentuk suspensi. Pemotongan usus
bertujuan untuk mengeluarkan enzim dari dalam sel. Jika sel rusak dan terbuka
membrannya, maka zat yang berada di dalam sel akan keluar. Dengan pemotongan,
enzim pencernaan yang berada di dalam usus akan terekstrak keluar dari sel
mukosa usus. Pada saat pemotongan, diteteskan larutan toluen sebanyak 5 tetes.
Toluen merupakan senyawa kimia yang berfungsi dalam pengawetan usus. Toluen
akan menjaga agar usus tidak busuk, tolun berperan sebagai bahan pengawet.
Ekstrak usus yang telah menjadi
susupensi lalu dimasukkan ke dalam botol. Botol yang digunakan adalah botol
yang tertutup dan berwarna gelap. Botol yang tertutup agar larutan yang berada
di dalam botol yang berupa larutan kimia tidak menguap dan menyebabkan usus menjadi
rusak. Botol yang berwarna gelap bertujuna agar tidak terjadi reaksi oksidasi
larutan sehingga komponen nzim yang berupa protein menjadi terdenaturasi.
Setelah suspensi usus dimasukkan botol semuanya, botol ditutup rapat dan
dibungkus dengan kertas atau plastik berwarna gelap. Hal ini untukmencegah
cahaya masuk ke dalam botol. Penempatan botol selma penyimpananpun adalah
ditempat gelap, hal ini bertujuan agar tidak ada cahaya yang masuk dan bereaksi
denganlarutan dalam botol. Cahaya yang masuk akan bereaksi dengan kompleks
toluen-gliserin-ekstrak usus yang dapat menghampat proses sekresi enzim oleh
sel. Setelah itu, botol disimpan di dalam laci meja laboratorium botani.
Penyimpanan dilakukan selama 7 hari. Penyimpanan bertujuan agar enzim yang
dikeluarkan sel-sel usus adalah optimal dan tidak rusak.
Setelah 7 hari, ekstrak usus
dikeluarkan dari laci. Tutup botol dibuka dan larutan dikeluarkan. Larutan
disaring dengan kertas saring. Proses penyaringan larutan adalah bertujuanuntuk
mendapatkan ekstrak usus yang berisi enzim, berupa larutan. Enzim yang berada
di dalam larutan berupa sekresi dari sel.selain untukmendapatkan ekstrak enzim,
penyaringanberfungsi untuk memisahkan larutan dari kotoran. Reaksi akan lebih
mudah dilaukan jika enzim terdapat dalam larutan, bukan dalam bentuk padat(sisa
potongan usus yang kurang halus). Selanjutnya, ekstrak usus digunakan untuk
melakukan uji keberadaan enzim pencernaan yang dihasilkan oleh usus, berupa
amilase, maltase dan tripsin.
4.2.2 uji pembuktian adanya enzim amilase
Jumlah
enzim yang kecil di dalam sel mempersulit pengukuran kadarnya di dalam ekstrak
jaringan atau cairan. Untungnya, aktivitas katalitis yang dimiliki enzim dapat
menjadi sarana pemeriksaan yang sensitive dan spesifik bagi pengukuran kadar
enzim itu sendiri. Kemampuan mengatalitis transformasi ribuan, puluhan ribu,
atau bahkan lebih molekul substrat menjadi produk dalam periode waktu yang
singkat memberikan kepada setiap molekul enzim kemampuan untuk secara kimiawi
menguatkan keberadaannya. Uji keberadaan enzim dapat dilakukan dengan
pengamatan waktu reaksi dan produk yang dihasilkan dalam reaksi yang melibatkan
enzim. Enzim akan mempercepat raksi pembentukan produk. Hasil dari raksi kimia
adalah spesifik bagi bahan dengan enzim tertentu. Dalam kondisi yang tepat,
hasil pengukuran kecepatan reaksi harus sebanding dengan jumlah enzim yang ada.
Karena jumlah molekul atau massa enzim yang ada sukar ditentukan, hasil
pengukuran tersebut dinyatakan dalam unit enzim. Jumlah relatif enzim dalam
berbagai ekstrak kemudian dapat dibandingkan. International Union of
Biocemistry mengartikan satu unit aktivitas enzim sebagai 1 mikromol (1 mmol; 10-6)
substrat yang bereaksi atau produk yang ditransformasikan per menit.
Analisis
enzim amilase dilakukan dengan menyiapkan dua tabung reaksi dan diberi label A
dan B. Tabung reaksi digunakan sebgai media larutan dan media terjadinya reaksi
kimia. Pemberian label bertujuan untuk memudahkan melakukan kegiatan penambahan
reagen pada zat yang diperlukan, meminimalkan kesalahan perlakuan, memudahkan
perlakuan dan pengamatan. Setelah tabung reaksi siap, tabung tersebut lalu
diisi dengan reagen Benedict. Reagen benedict merupakan reagen yang digunakan
dalam uji senyawa gula. Reagen Benedict berwarna biru keunguan, jernioh dan tidak
berbau. Reagen Benedict memberikan reaksi positif dengan pembentukan endapan
merah bata pada larutan yang mengandung senyawa gula dan enzim pereduksinya.
Reagen Benedict yang digunakan sebnayak 2 ml, yang diukur dengan menggunakan
gelas ukur. Pemanfaatan gelas ukur dan tabung reaksi adalah senantiasa dicuci
setiap selesai pemakaian satu larutan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi
kegagalan dalam proses reaksi. Dalam reaksi kimia, kesalahan penambahan
larutan, baik sengaja atau tidak dapat mengganggu hasil reaksi yang diharapkan.
Karena itu, kebersihan selama praktikum adalah hal penting yang harus dijaga.
Setelah
penambahan reagen Benedict, disiapkan lagi dua tabung reaksi lain dan diberi
label C dan D. Pada tabung reaksi C dan D ditambahkan 2,5 ml larutan amilum 1%.
Amilum yang digunakan dalam praktikum adalah larutan tidak berwarna, agak keruh
dan agak kental. Larutan amilum ini tidak berbau. aAmilum adalah polisakarida.
Amilum dihasilkan oleh tumbuhan. Amilum berupa larutan yang tidak larut dalam
air. Amilum memberikan sifat keras memilikistruktur kimia :
Amilum(strach)
Setelah ditambahkan amilum, pada tabung
reaksi C ditambahkan ekstrak usus dan pada tabung reaksi D ditambahkan air
akuades, masing-masing 1 ml.setelah penambahan ini, tabung reaksi
digoyang-goyang selama 10 menit. Penggoyangan tabung reaksi bertujuan untuk
mencapur larutan dalam tabung agar menjadi homogen. Saat tabung D yang berisi amilum
ditambahkan air, maka kekentalan amilum sedikit menurun. Pada tabung C, setelah
penambahan ekstrak usus, amilum tidak nampak bereaksi. Setelah penggoyangan
tabung selma 10 menit, larutan air dan amilum pada tabung D menjadi tercampur
sedang pada tabung C, nampak potongan usus, namun antara laurtan ekstrak usus
dan amilum tercampur.
Selanjutnya, 5 tetes larutan dalam
tabung reaksi C ke dalam tabung reaksi A dan 5 tetes larutan dalam tabung
reaksi D ke dalam tabung reaksi B. Saat tabung A yang berisi reagen Benedict
ditambahkan dengan larutan C(amilum dan ekstrak usus), warna biru Benedict
menjadi memudar, larutan menjadi biru muda, dan nampak potongan usus
kecil-kecil. Tabung B yang berisi reagen Benedict pula, setelah penambahan
larutan B(amilum dan akuades) menunjukkan pengenceran pada Benedict, dimana
warna Benedict menyebabkan larutan berwarna biru. Warna biru larutan A lebih
tua daripada larutan B.
Setelah penambahan, dilakukan proses
pemanasan pada kedua tabung selama 5 menit. Setelah 5 menit, diamati perubahan
yang terjadi. Pada tabung A(amilum-ekstrak usus-reagen Benedict) larutan
berubah warna dari biru menjadi warna hijau agak ungu, sedang pada tabung
B(air-amilum-reagen Benedict) tidak terjadi perubahan apa-apa, warna larutan
tidak berubah. Pada kedua larutan juga tidak terbentuk tabung reaksi. Pemanasan
berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi dan meningkatkan kerja
enzim. Tabung reaksi dipanaskan sambil digoyang agar reaksi panas lebih mudah
menyebar ke seluruh bagian tabung.
Pada tabung A, berisi amilum, ekstrak
usus dan reagen Benedict, terjadi perubahan warna tanpa terbentuk endapan. Pada
reaksi benedict dengan amilum, dapat terbentuk endapan merah bata sebagai bukti
reaksi positif. Warna biru benedict merupakan karakteristik utama keberadaan
atom tembaga. Atom ini mudah bereaksi dengan oksigen dari disakarida atau gula
sederhana lain pada gugus aldehid atau keton membentuk tembaga (II) oksida.
Dalam hal ini, atom tembaga yang berada dalam bentuk ion Cu 2+ akan
membentuk ikatan ionik dengan oksigen. (Vogel, 1998). Pereaksi benedict
mengandung kupri sulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat
mereduksi ino Cu2+ dari kupri sulfat menjadi ion Cu+ yang
bereaksi dengan gula (pereduksi) akan menjadi Cu2O yang ditandai
dengan endapan merah bata. Pada praktikum tidak terjadi endapan merah bata,
tapi hanya perubahan warna. Namun, bila ragen Benedict direaksikan dengan gula
bergugus keton, maka reaksi yang terbentuk adalah perubahan warna dari biru
menjadi orange atau kuning. Walaupun hanya perubahan warna, tetapi telah
menunjukkan adanya reaksi yang terjadi antara amilum-ekstrak usus dan Benedict.
Warna yang terbentuk merupakan pelepasan ion Cu2+ oleh katalis.
Amilum dalam larutan bereaksi dengan enzim yang terdapat dalam ekstrak usus.
Amilum dipecah oleh enzim menjadi senyawa yang lebih sederhana. Hasil dari
reaksi pemecahan tersebut bereaksi dengan reagen Benedict dan menghasilkan
perubahan warna. Tidak terbentuknya endapan terjadi karena konsentrasi enzim
yang kurang mencukupi untuk mengkatalis substrat (amilum) sehingga kurang
dihasilkan produk.. penyebab lain dapat disebabkan oleh proses penyiapan
ekstrak usus kurang sesuai, kesalahan perlakuan terhadap bahan dan terlalu
lamanya waktu pemanasan larutan sehingga enzim terdenaturasi. Reaksi Benedict
dan amilum :
Amilum + amilaseà disakarida
+maltosa
R-CH (maltosa)+2CuO-->R-COOH+Cu2O(endapan
merah bata)-> tidak terbentuk
Pembentukan endapan merah terjadi
karena zat warna dari benedict terperangkap pada gugus aldehid dari disakarida
hasil hidrolisis amilum atau zat tepung.
Amilase + Amilum → Kompleks
Amilase-amilum → Disakarida + Amilase
E + S → Kompleks ES → P + E
Proses penguraian pati, glikogen dan polisakarida lain
menghasilkan D-glukosa berlangsung terus disempurnakan di dalam usus halus,
sebagian besar oleh kerja pankreatik amilase, dibuat oleh
pankreas dan disekresi melalui saluran pankreatik ke bagian atas usus
halus. Bagian usus halus ini, tempat terjadinya hampir seluruh proses
pencernaan disebut usus dua belas jari (duodenum).
Pada tabung B, tidak terjadi perubahan apa-apa pada larutan
karena tidak terjadi reaksi kimia antara air-amilum dan Benedict. Raksi yang
terjadi hanya berupa reaksi pengenceran, sehingga warna Benedict menjadi biru
muda.
4.2.3 Tes pembuktian adanya enzim maltase
Reaksi analisis keberadaan enzim
maltase menggunakan cara kerja dan prosedur yang sama dengan reaksi analisis
amilase sebelumnya, hanya saja pada pengamatan maltase, digunakan larutan
sukrosa bukan amilum. Jadi tabung A berisi sukrosa, ekstrak usus dan reagen
Benedict, sedang tabung B berisi sukrosa, air dan reagen Benedit. Perlakuan
pertama berupa penambahan 2 ml reagen benedict yang berwarna biru ke 2 tabung
reaksi yang sudah diberi label A dan B. Setelah itu, damsukkan 2,5ml larutan
sukrosa yang tidak berwarna ke tabung reaksi lain berlabel C dan D.
Maltosa
Ekstrak usus sebanyak 1 ml lalu
ditambahkan ke dalam larutan sukrosa pada tabung C dan akuades 1ml ditambahkan
pada tabung reaksi D. Setelah penambahan, larutan digoyang agar bercampur
homogen. Penambahan dan penggoyangan larutan ini tidak menimbulkan reaksi yang
dapat diamati. Larutan hanya berubah kekentalannya saja. Larutan pada tabung C
lebih keruh daripada tabung D karena mengandung ekstrak usus yang agak kental.
Selanjutnya masing-masing 5 tetes dari tabung C dan D dimasukkan ke tabung A
dan B, seperti pengamatan amilase. Penambahan ini hanya mengakibatkan warna
benedik lebih muda. Selanjutnya dilakukan proses pemanasan dan penggoyangan
agar reaksi lebih cepat. Setelah dipanaskan sambil digoyang tabung reaksinya,
pada tabung A tidak ditemukan adanya endapan merah bata. Perubahan yang terjadi
berupa perubahan warna larutan menjadi agak merah. Perubahan warna ini lebih
baik daripada praktikum analisis amilase. Reaksi yang terjadi adalah, sukrosa
bereaksi dengan enzim yang berada pada ekstrak usus dan hasil reaksi dideteksi
oleh reagen Benedict membentuk warna kemerahan.
Sukrosa + maltaseà
maltosa+glukosa
R-CH (maltosa)+2CuO-->R-COOH+Cu2O(endapan
merah bata)-> tidak terbentuk
Namun demikian, tidak terbentuknya
endapan merah bata dapat disebabkan oleh kelebihan waktu pemanasan sehingga
kerja enzim menjadi tidak maksimal karena terdenaturasi serta kurangnya volume
enzim yang digunakan sehingga hasil reaksi kurang. Ringkasan reaksi yang
terjadi adalah :
Maltase +
Maltosa → Kompleks Maltase-maltosa → Glukosa + Maltase
E + S → Kompleks ES → P + E
4.2.4 Tes pembuktian adanya enzim tripsin
Tes pembuktian adanya enzim tripsin
dilakukan dengan menyiapkan dua buah tabung reaksi dan diberi label agar
perlakuan lebih mudah. Pada tabung A dan B tersebut, masing-masing ditambahkan
2ml putih telur yang telah diencerkan sebelumnya. Pengenceran putih telur
dilakukan dengan penambahan akuades dan diaduk dengan spatula sampai bisa
bercampur. Putih telur awalnya berupa larutan seperti lendir, setelah dicampur
dengan air dan diaduk denganakuades, timbul gelembung dan busa pada tabung.
Setelah dimasukkan ke dalam tabung, maka kedua tabung tersebut lalu dipanaskan
sampai mendidih. Selama proses pemanasan, gelembung yang terbentuk dalam tabung
bertambah dan putih telur menadi kental. Pemanasan ini dilakukan untuk
mendenaturasikan (menggumpalkan) protein yang menjadi bahan penyusun utama
albumin. Setelah dipanaskan sampai mendidih, tabung reaksi diangkat dari
penangas dan didinginkan. Fungsi proses pendinginan adalah untuk menurunkan
suhu albumin. Karena jika pada saat suhu panas, ekstrak usus diberikan,maka enzim
pada ekstrak usus akan rusak dan tidak dapat bekerja.
Setelah dingin, ditambahkan 1 ml
ekstrak usus pada tabung reaksi A dan 1 ml akuades sebagai kontrol pada tabung
reaksi B. Setelah itu, didiamkan selama5-10 menit. Pendiaman ini bertujuan
untuk memberikan waktu bagi enzim untuk bekerja dan mengkatalis reaksi
pemecahan senyawa kompleks albumin menjadi senyawa yang lebih sederhana(agar
terjadi reaksi antara enzim tripsin dalam usus dengan albumin). Larutan pada
tabung reaksi A berwarna putih, kental. Larutan pada tabung reaksi B terdapat
fasa yang jelas antara telur dan air. Setelah 10 menit, diteteskan 1-2 tetes
reagen biured ke dalam masing-masing tabung reaksi dan diamati perubahan pada
tabung reaksi A dan B. Larutan biuret berwarna biru. Setelah penambahan biuret,
larutan pada tabung reaksi A menjadi berwarna biru, pada tabung B menjadibiru
muda.
Setelah penambahan biuret, tabung
reaksi A terjadi perubahan warna menjadi ungu, sedang pada tabung reaksi B
warna menjadi merah muda mendekati orange. Warna ungu pada tabung reaksi A timbul
karena reagen Biuret bereaksi dengan gugus amin yang terdapat pada asam amino.
Biuret merupakan reagen yang bersifat basa, sehingga gugus amin dari asam amino
bertindak sebagai asam Dengan membentuk NH4+. Reaksi
menghasilkan senyawa basa NH4OH yang menyebabkan larutan berwarna
ungu. Larutan pada tabung raksi B berwarna orange atau merah muda karena tidak
terjadi reaksi penguraian protein albumin air sehingga hasil reaksi tidak dapat
bereaksi dengan reagen Biuret.
Enzim tripsin adalah enzim yang
dihasilkan oleh pankreas yang dapat memecah polipeptida menjadi asam-asam amino
penyusunnya. Keberadaan enzim ini diindikasikan de ngan pembentukan warna ungu
dari reagen biuret yang ditambahkan.
pepsin tripsin,
kimotripsin
Protein
[proteosa, pepton, polipeptida]
peptidase
[polipeptida + asam amino] asam-asam
amino
4.2.5
Tes pengaruh empedu terhadap lemak
Praktikum tes pengaruh empedu terhadap lemak dengan
menyipkan dua buah tabung reaksi dan diberi label A dan B. Kemudian pada kedua
tabung tersebut dituangkan isi kantung empedu. Empedu ayam sebagai bahan utama
karena empedu ayam relatif mudah didapatkan dan harganya juga relatif murah. Empedu ayam
juga tidak cepat membusuk sehingga aman bila akan digunakan dalam praktikum.
Isi kantong empedu dikeluarkan dengan cara menggunting permukaan kantung
empedu. Cairan empedu tersebut selanjutnya diencerkan dengan aquades sampai
mencapai volume 2 ml, hal ini dilakukan agar volume empedu pada tabung A dengan
volume aquades pada tabung B sebagai kontrol bisa disamakan(masing-masing 1
ml), juga agar cairan empedu tidak terlalu pekat.
Setelah itu pada kedua tabung
masing-masing dimasukkan 2 ml minyak goreng yang dalam hal ini digunakan
sebagai sumber lemak. Pada keadaan awal ini pada tabung A didapatkan dua
lapisan cairan pada tabung reaksi, pada bagian bawah terdapat cairan empedu
yang telah diencerkan dan pada bagian atas terdapat cairan minyak; pada tabung
B juga didapatkan dua lapisan, pada bagian bawah berisi air dan pada bagian
atas berisi minyak, keadaan ini dikarenakan berat jenis minyak lenih ringan
daripada air sehingga minyak cenderung berada di atas dan zat-zat lain yang
mengandung air berada di bagian bawah. Selain itu, minyak bersifat nonpolar,
sedangkan air bersifat polar.
Kemudian kedua tabung reaksi itu dikocok
kuat-kuat selama beberapa saat. Pengocokan berfungsi sebagai usaha agar larutan
menjadi homogen atau dapat bercampur. Setelah dikocok, pada tabung A terlihat
emulsi berwarna hijau muda keruh yang terbentuk karena pencampuran cairan
empedu dengan minyak goreng; dan pada tabung B didapatkan emulsi berwarna
kuning keruh yang terjadi karena percampuran minyak goreng dengan air. Emulsi
adalah keadaan dimana fase terdispersinya adalah padatan dan fase
pendispersinya adalah cair. Cairan empedu yang disebut bilus atau bila yang
merupakan emulsifier lemak yang mampu memecah lemak menjadi tetes-tetes minyak
yang dapat bercampur dengan air. Langkah terakhir adalah membiarkan kedua
tabung selama 10 menit agar terjadi reaksi pengikatan lemak oleh cairan empedu.
Setelah 10 menit terlihat ada 3 lapisan
pada kedua tabung reaksi (A dan B). Pada tabung A yang berisi larutan empedu;
bagian bawah terlihat cairan hijau tua bening yang merupakan sisa empedu yang
tidak ikut mengikat lemak, pada bagian tengah terdapat cairan berwarna hijau
muda keruh yang merupakan empedu yang telah mengikat lemak, namun reaksi yang
terjadi belum sempurna.pada bagian atas terdapat busa berwarna hijau muda yang
merupakan hasil reaksi pengikatan garam empedu terhadap lemak.
Tahap pertama dalam pencernaan lemak adalah memecahkan
gelembung lemak menjadi ukuran yang lebih kecil, sehingga enzim pencernaan yang
larut dalam air dapat bekerja pada permukaan gelembung lemak. Proses ini
disebut emulsifikasi lemak. Zat yang sangat penting dalam sekret cairan empedu
yang digunakan dalam emulsifikasi lemak adalah lesitin. Gugus-gugus polar
(tempat dimana ionisasi terjadi dalam air) dari garam empedu dan
molekul-molekul lesitin sangat larut dalam air, sedangkan sebagian besar
gugus-gugus molekul keduanya sangat larut dalam lemak. Oleh karena itu gugus
yang larut dalam lemak terlarut dalam permukaan lapisan gelembung lemak
sedangkan gugus polar menonjol keluar dan larut dalam cairan sekitarnya; efek
ini sangat menurunkan tekanan antar permukaan dari lemak.
Bila tegangan antar permukaan yang tidak dapat larut ini
rendah, cairan yang tidak dapat larut, pada pengadukan, dapat dipecah menjadi
banyak partikel halus secara jauh lebih mudah daripada bila tegangan antar
permukaan tinggi. Akibatnya, fungsi utama garam empedu dan lesitin, terutama
lesitin, dalam empedu adalah untuk mebuat gelembung lemak siap untuk dipecah
lebih lanjut dalam pengadukan di usus halus. Gelembung lemak inilah yang
terlihat pada hasil percobaan sebagai gelembung-gelembung hijau muda di bagian
atas lapisan empedu.
Reaksi yang terjadi antara empedu dengan lemak secara
singkat dapat digambarkan sebagai berikut :
(empedu +
agitasi)
Lemak Lemak
emulsi
Untuk
menguji kandungan zat pada makanan ada beberapa Reagen :
Zat
makanan
|
Reagen
|
Hasil
reaksi
|
|||
-
|
Glukosa
|
→
|
Benedict
Fehling A+B
|
→
|
Merah
bata
|
-
|
Protein
|
→
|
Biuret
|
→
|
Ungu
|
-
|
Karbohidrat/Amilum
|
→
|
Lugol
|
→
|
Biru
kehitaman
|
-
|
Lemak
|
→
|
Kertas
buram
|
→
|
Transparan
|
Bab V
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diperoleh
kesimpulan bahwa pada usus halus terjadi pencernaan karbohidrat, lemak, dan
protein. Pencernan karbohidrat diindikasikan dengan adanya enzim amilase
(memecah zat tepung/amilum menjadi disakarida dan maltosa) dan maltase
(mengubah maltosa menjadi glukosa). Pencernaan protein diindikasikan salah
satunya dengan adanya enzim tripsin (memecah protein menjadi peptida berantai
pendek). Sedangkan pencernaan lemak membutuhkan sekret dari empedu yang memecah
trigliserida menjadi monogliserida; kemudian monogliserida menjadi asam lemak
dan gliserol. Keberadaan enzim pencernaan diketahui secara tidak langsung
dengan menggunakan ragen Benedic untuk amilase dan maltase dan reagen Biuret
untuk enzim tripsin. Namun, dari praktikum yang dilakukan, terdapat hasil yangt
idak seseuai denganharapan, diantaranya pada praktikum amilase dan maltase yang
tidak terbentuk endapan merah bata. Hal ini terjadi karena konsentrai dan
volume enzim dan ekstrak usus yang kurang, kesalahan perlakuan dan pengamtan
yang kurang akurat.
Lampiran
Skema kerja
1. Membuat ekstrak usus dan tes pembuktian adanya enzim
amilase, maltase, dan tripsin
2. Tes pengaruh empedu terhadap lemak
DAFTAR PUSTAKA
Agus
Rochdianto, 2005. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Karper (Cyprinus
carpio Linn) di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Skripsi S1 FE,
Universitas Tabanan
Anna,Poedjiadi. 1994. Dasar-Dasar
Biokimia. Penerbit UI-Press: Jakarta.
Alters, Sandra. 1996. Biology Understanding Life.
Mosby Year Book : Missouri
Del Valle, F.R. 1981. Nutritional Qualities of Soya Protein
as Affected by Processing. JAOCS. 58 : 519
Fujaya,
Yushinta, Ir. MSi., 2004, “Fisiologi Ikan – Dasar Pengembangan Teknik
Perikanan”, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Guyton & Hall, Artur C.,M.D.
& John E.,Ph.D., 1997, “Buku Ajar – Fisiologi Kedokteran”, edisi 9,
Penerbit Buku Kedokteran – EGC, Jakarta.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata. Sinar
Wijaya : Surabaya
Junquiera, L. C & J. Carneiro. 1980. Basic Histology. Lange Medical Publication : London
Lehninger.A.L, 1995. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga,
Jakarta
Natali, M. M.
R; Miranda, H. M. & Orsi, M. A. 2003. Morphometry and Quantification of The Myenteric
Neurons of The Duodenum of Adult Rats Fed With Hypoproteic Chow. Int. J.
Morphol., 21(4):273-277. http://www. scielo.cl/scielo.php?Ing=es,
Terakhir dibuka 15 Maret 2005, pk. 16.15
Sloane,
Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta
Van De Graf, Kent, M. 1994. Atlas of Fisiology. Penerbit McGraw Hill : USA
Watson, Roger.
2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC
: Jakarta
www. iptek.net.id/ind/warintek/budidaya-perikanan/php. Budidaya
Ikan Mas. terakhir dibuka 20 Mei 2008
Yatim,
Wildan. 1996. Histologi. Tarsito : Bandung
0 komentar:
Posting Komentar