I. Latar Belakang
Kehidupan suatu organisme sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan baik faktor fisika, faktor kimia dan biologi. Salah satu faktor yang
mendukung kehidupan organisme di perairan adalah kadar salinitas dalam
perairan.
Tinggi rendahnya salinitas disuatu
perairan baik itu air tawar, payau maupun perairan asin akan mempengaruhi
keberadaan organisme yang ada di perairan tersebut, hal ini sangat terkait erat
dengan tekanan osmotik dari ikan untuk melangsungkan kehidupannya. Ikan akan
mengalami stress dan bahkan akan mengalami kematian akibat osmoregulasi yang
tidak seimbang.
Perubahan salinitas juga dapat
mempengaruhi permeabilitas dinding sel ketika salinitas mengalami perubahan.
Pada saat tersebut ikan akan mengalami kecenderungan untuk mampau atau tidaknya
ikan untuk melakukan keseimbangan osmotiknya dalam rangka mengatur dan
berfungsi dengan normal sesuai dengan kebutuhannya, salinitas dalam suatu
perairan pada media yang berbeda juga akan mempengaruhi proses metabolisme
untuk pertumbuhannya.
Mengingat betapa pentingnya
mengetahui bagaimana ikan menyeimbangkan tekanan yang ada dari dalam tubuh ikan
itu sendiri sehingga ikan tetap dapat melangsungkan kehidupannya, maka
praktikum ini menjadi begitu penting artinya untuk dilaksanakan.
II. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui batas daerah
salinitas organisme air tawar dan memahami peranan penting mekanisme
osmoregulator dalam proses adaptasi organisme perairan.
III. Dasar Teori
Osmoregulasi adalah kemampuan
organisme untuk mempertahankan keseimbangan kadar dalam tubuh, didalam zat yang
kadar garamnya berbeda. Secara sederhana hewan dapat diumpamakan sabagai suatu
larutan yang terdapat di dalam suatu kantung membran atau kantung permukaan
tubuh (Wulangi, 1993).
Hewan harus
menjaga volume tubuh dan kosentrasi larutan tubuhnya dalam rentangan yang agak
sempit. Yang menjadi masalah adalah konsentrasi yang tepat dari cairan tubuh
hewan selalu berbeda dengan yang ada dilingkungannya. Perbedaan kesentrasi
tersebut cenderung mengganggu keadaan manpat dari kondisi internal. Hanya
sedikit hewan yang membiarkan kosentrasi cairan tubuhnya berubah-ubah sesuai
degan lingkungannya dalam kedaan demikian hewan dikatakan melakukan osmokonfirmitas (Ville, 1988).
Kebanyakan hewan menjaga agar
kosentrasi cairan tubuhnya tetap lebih tinggi dari mediumnya (regulasi
hiporosmotis) atau lebih rendah dari mediumnya (regulasi hipoosmotis). Untuk itu hewan harus berusaha mengurangi gangguan dengan menurunkan
(1) permeabilitas membran atau kulitnya (2) gardien (landaian) kosentrasi
antara cairan tubuh dan lingkungannya. Keadaan kondisi internal yang mantap
dapat dipelihara hanya bila organisme mampu mengimbangi kebocoran dengan arus
balik melawan gradient kosentrasi yang memerlukan energi (Campbell, 2000).
Air dan
kosentrasi
larutan cairan tubuh konstan dengan lingkungannya, antara hewan air laut, air
tawar, dan hewan darat sangatlah berbeda. Kelompok hewan yang berbeda
menggunakan organ yang berbeda. Rentangan zat-zat yang diregulasi sangat luas,
melibatkan senyawa-senyawa seperti hormon, vitamin dan larutan yang signifikan
terhadap perubahan nilai osmotik (Fahn,
1991).
Regulator hiperosmotik menghadapi
dua masalah fisiologik (1) Air cenderung masuk ke dalam tubuh hewan, sebab kosentarsi
zat terlarut dalam tubuh hewan lebih tinggi dari pada dalam mediumnya (2) zat
terlarut cenderung keluar tubuh sebab kosentrasi didalam tubuh. Disam,ping itu pebuangan air air sebagai penyeimabang air masuk juga
membawa zat terlarut didalamnya. lebih tinggi dari pada di luar tubuh
(meningkatkan permeabilitas dinding tubuh) atau mengeluarkan kelebihan air yang
ada dalam tubuh (lewat urin dan feses) sebaliknya terhadap zat terlarut, hewan
harus (1) Mengurangi jumlah air yang masuk kedalam tubuhnya. (2) memasukkan
garam-garam kedalam tubuhnya (lewat makan dan minum) atau mempertahankan zat
terlarut dalam tubuhnya (Gordon, 1979).
Regulator hipoosmotik menghadapi
masalah fisiologik (1) Air cenderung keluar tubuh, sebab kadar air dalam tubuh
tinggidari pada mediumnya, dan (2) zat terlarut cenderung masuk ke dalam
tubuh,sebab kadar zat terlarut didalam tubuh (dalam medium) lebih tinggi dari
pada dsalam cairan tubuhnya. Untuk menghadapi hal tersebut maka regulator
hipoosmotik harus (1) menghambat keluarnya air dari dalam tubuh atau
mempertahankan air yang ada dalam tubuh, sebaliknya terhadap zat terlarut,
hewan harus (2) Berusaha mencegah masuknya garam kedalam tubuh atau
mengeluarkan kelebihan garan yang masuk tubuh (Kimball, 1988).
Osmoregulator
merupakan hewan yang harus menyesuaikan osmolaritas internalnya, karena cairan
tubuh tidak isoosmotik dengan lingkungan luarnya. Seekor hewan osmoregulator
harus membuang kelebihan air jika hewan itu hidup dalam lingkungan hiperosmotik (Johnson, 1984).
Kemampuan untuk
mengadakan osmoregulasi membuat hewan mampu bertahan hidup, misalnya dalam air
tawar dimana osmolaritas tertemtu rendah untuk mendukung osmokonformer, dan
didarat dimana air umumnya tersedia dalam jumlah yang sangat terbatas. Semua
hewan air tawar dan hewan air laut adalah osmoregulator. Manusia dan hewan
darat lainnya yang juga osmoregulator harus mengkompensasi kehilangan air (Pickering, 2000).
Osmoregulasi
secara energik sangat mahal. Suatu pergerakan netto air hanya terjadi dalam
gradient osmotik. Osmoregulator harus menghabiskan energi untuk mempertahankan
gradien osmotik yang memungkinkan air untuk masuk dan bergerak keluar. Mereka
melakukan hal tersebut dengan caramemanipulasi kosentrasi zat terlarut dalam
cairan tubuhnya (Richard & Gordan, 1989).
Biaya energi osmoregulasi terutama
bergantung pada seberapa besar perbedaan osmolaritas seekor hewan dari
osmolaritas lingkungannya dan pada seberapa besar kerja transport membran
diperlukan untuk mengangkut zat-zat terlarut secara aktif (Start & Belmont,
1991).
Peranan osmoregulasi dan eksresi
adalah (Storer & Barnes, 1970):
- Mengeluarkan dan membuang hasil sampingan dari metabolisme. Pengeluaran dan pembuangan ini harus terjadi untuk mencegah tidak seimbangnya ekuilibrium reaksi kimia. Banyak interaksi metabolik yang arahnya bolak balik. Arah reaksi tersebut ditentukan olehperbandingan antara reaktan dan produk sesuai dengan hukum aksi masa. Reaksi ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
A + B (Reaktan) C + D (Produk)
- Mencegah terganggunya aktivitas metabolik dalam tubuh dengan cara mengeksresikan zat buangan. Zat buangan merupakan racun yang dapat mengganggu kerja enzim yang sangat penting dalam reaksi metabolik.
- Mengendalikan kandungan ion dalam cairan tubuh, garam berkelakuan seperti elektrolit lain dan dalam cairan tubuh akanterurai menjadi ion-ion.
- Mengatur jumlah air yang terdapat dalam cairan tubuh, jumlah air dalam cairan tubuh dan cara pengaturannya merupakan salah satu masalah fisiologik yang di hadapi oleh mahluk hidup.
- Mengatur kadar ion H atau pH cairan tubuh.
VIII. Daftar Pustaka
Campbell, N.A. Jane B. Reece and
Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi. edisi 5. jilid 3. Alih Bahasa: Wasman
manalu. Erlangga. Jakarta.
Fahn, A. 1991. Anatomi Hewan Edisi
Ketiga. Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta.
Gordon, M. S. 1979. Animal Physiology. Mc Millan Publishing Co.
Ltd, New York.
Johnson, D. R. 1984. Biology an Introduction. The
Benjamin Cummings Publishing Co.Inc, New York.
Kimball, John W., 1988. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 2.
Alih Bahasa: Siti Soetarmi Tjitrosomo dan Nawangsari Sugiri. Erlangga. Jakarta.
Pickering, W.R.2000. Complete Biology. Oxford University
Press. UK.
Richard, W.H dan Gordan. 1989. Animal Physiology.
Harper-Collins Publisher. New York.
Start, C dan Belmont. 1991. Biology Concept and
Aplication. California Publishing. California.
Storer, T. I, W.F. Walker dan R.D. Barnes. 1970. Zoologi
Umum. Erlangga. Jakarta.
Villee, Claude A., Warren F. Walker, Jr., Robert D.
Barnes. 1988. Zoologi Umum. Edisi Keenam. Jilid 1. Alih Bahasa: Nawangsari
Sugiri. Erlangga. Jakarta.
Wulangi, K.S. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi
Hewan. DepDikBud. Jakarta.
B.Pembahasan
Pada data hasil praktikum
diatas didapatkan bahwa, ikan pada air tawar hanya mampu beradaptasi dan
bertahan hidup pada air garam (NaCl) berkosentrasi 2 %. Pada air yang
berkosentrasi 6% , 8%, dan 10 %. Ikan tidak mampu lagi bertahan hidup karna
kadar garam yang terlalu tinggi dan tidak dapat diadaptasikan lagi oleh ikan
antara kadar garam lingkungan dan tubuhnya. Namun pada larutan berkosentrasi
tidak terlalu tinggi seperti 6 % Ikan masih bisa sedikit beradaptasi walaupun
akhirnya ikan tetap mengalami kematian namun dalam waktu yang tidsak terlalu
singkat seperti pada ikan yang dimasukkan kedalam larutan berkosentrasi 8 % dan
10 %.
Pemabahan kosentarsi
larutan garam membuat ikan tidak mampu lagi untuk bertahan hidup. Hal ini
dikarenakan ikan tidak dapat lagi mengisotonikkan kondisi tubuhnya dengan
lingkungan karna kadar garam yang terlalu tinggi.
Ikan yang berada pada
kosentrasi 2 % bersikap aktif. Overkulum dan mulutnya bergerak cepat bila
dibandingkan dengan ikan kontrol. Hal inilah yang dilakukan ikan untuk
mengisoosmotikkan keadaan tubuhnya dengan lingkungannya, perlakuan inilah yang
disebut dengan usaha osmoregulasi.
Menurut Wulangi,kartolo.S
(1993). Sebagai hewan yang memiliki cairan tubuh hiperosmotik terhadap
mediumnya,maka invertebrata air tawar menghadapi dua masalah osmoregulasi
yaitu:
- Tubuhnya cenderung menggembung karena gerakan air masuk ke dalam tubuhnya mengikuti gradien kadar
- Hewan menghadapi kehilangan garam tubuhnya, karena medium di sekitarnya mengandung garam lebih sedikit.
Oleh
karena itu invertebrate air tawar sebagai regulator hiperosmotik harus mengatur
jumlah air yang masuk dan jumlah garam yang keluar tubuhnya. Pada umumnya
regulator hiperosmotik memiliki urin yang lebih encer dari cairan tubuhnya.
Ikan
air tawar memiliki osmokosentrasi plasma sebesar 130 – 170 mOsm, urin banyak
dan encer. Perbandingan penuntunan titik beku antara medium, cairan tubuh dan
urin adalah sebagai berikut : (∆0 = -0,030 C ; ∆I
= -0,57 C; ∆u = -0,08 C) dan volume urinnya 200-400 ml/kg/hari.
Kulitnya relative impermiabel, sedikit air masuk lewat minum dan makan, tetapi
jumlah air yang masuk melalui osmotic melalui insang dan membrane mulut.
Kelebihan air yang masuk akan diimbangi dengan eksresi lewat ginjal, sebab
ginjalnya memiliki glimeruli yang telah berkembang dengan baik untuk filtrasi.
Begitu filtrat melalui tubulus, sebagian besar zat terlarut direabsorbsi, sehingga
menghasilkan urin yang encer, namun tidak seencer air tawar, sehingga garam
yang hilang selain melalui urin juga melalui difusi dan feses. Garam yang
hilang sebagian diganti lewat makanan, sebagian lewat absorpsi aktif dari
medium oleh sel-sel khusus pada insang. Klorida diabsorbsi melawan gradient
dari medium yang sangat encer.
Untuk
penambahan garam, beberapa spesies bergantung terutama pada makanan (Acerina,
Perca) sementara yang lain memilki system absorbsi garam secara aktif melalui
insang (Leuciscus, Carrasius). Keadaan ini dapat diteliti dengan menempatkan
ikan dalam ruang yang bersekat, sehingga bagian kepala dan bagian tubuh
belakang dapat dipelajari secara terpisah. Dengan penelitian semacam itu
diketahui bahwa pengambilan ion secara aktif terjadi hanya pada ruang bagian
depan. Kesimpulannya bahwa kulit hanya berperan kecil dalam pengambilan ion dan
kalau ada melalui absorbsi melalui absorsi aktif.
Selain
itu ikan yang hidup di air tawar pada umumnya kadar osmotic cairan tubuhnya
adalah 300 m0sm per liter dan bersifat hipertonik dibandingkan dengan
lingkungannya (air tawar). Meskipun permukaan tubuhnya biselubungi oleh sisik
dan mucus yang relatif impermeabel, manun demikain bayak air yang masuk ke
dalam tubuh dan juga terjadi pengeluaran ion-ion melintasi insang yang bersifat
sangat permiabel. Selain itu insang disini juga merupakan organ eksresi yang
membuang zat buangan bernitrogen dalam bentuk ammonia. Untuk menjaga cairan
tubuhnya agar tetap dalam keadaan konstan (keadaan lunak), ikan air tawar
secara terus menerus mengeluarkan sejumlah besar air. Ini dilakukan dengan cara
memproduksi sejumlah besar filtrat glomerulus dan kemudian dilakukan reabsorbsi
pilihan zat terlarut dan tubulus renalis menuju kedalam darah yang terdapat di
kapiler peritubuler. Akibatnya terbentuklah urin dengan jumlah besar, bersifat
encer (hipotonik bidandingkan dengan darh ikan tersebut), mengandung ammonia
dan sedikit mengandung zat terlarut. Ion-ion yang hilang dari cairan tubuh
diganti dengan makanan yang dimasukkan kedalam tubuh dari lingkungannnya dengan
perantaraan secara khusus yang terdapat di insang. (Wulangi,kartolo.S.1993 :
164-165)
Permasalah
osmoregulasi hewan air tawar beelawanan dengan yang dialami hewan lain. Hewan
air tawar secara konstan mengambil air melalui osmosis karna osmodaritas cairan
internalnya jauh lebih tinggi di bandingkan dengan osmodaritas sekelilingnya.
Proses air tawar seperti amoeba dan paramecium mempunyai vakuola kontraktil
yang memompa keluar kelebihan air. Banyak hewan air tawar termasuk ikan ,
mengeluarkan iar dengan cara mengeksresikan sejummlah besar urin yang sangat
encer dan mendapatkan kembali garam yang hilang dalam makannya atau dengan
pengambilan secara aktif dari sekelilingnya.
Salmon
dan ikan-ikan yang berimingrasi antara air laut dan air tawar bersifat
suryhalio. Ketika berada dilaut, salmon akan meminum air laut dan
mengeksresikan kelebihan garam dari insang, melakukan osmoregulasi seperti ikan
laut lainnya stelah mingrasi di air tawar salmon berhenti minum, dan insabngnya
mulai mengambil garam dan lingkungannnya yang kosentrasinya tidak pekat,
seperti halnya insang ikan-ikan yang menghabiskan hidupnya dalam air tawar.
(Campbell.2000:111)
Dari
literatur diatas dapat dikatakan bahwa tidak ikan yang melakukan osmoregulasi dalam
lingkungan air yang berkadar garam berbeda dengan tubuhnya, hewan lain seperti
amoeba dan parameciumpun melakukan hal yang sama. Hanya saja ikan melakukannya
dengan cara pengendalian proses eksresi urin sedangkan untuk organisme
uniseluler melakukannya dengan pemompaan ion dan larutan yang dilakukan oleh
vakuola kontraktil.
IV.Penutup
Jawaban pertanyaan :
Pertanyaan:
- Apa yang dimaksud dengan Osmoregulasi?
- Kegiatan apa saja yang termasuk osmoregulasi pada hewan?
- Apa peranan osmoregulasi?
- Apa fungsi NaCl dal tubuh hewan?
Jawaban:
- Osmoregulasi adalah kemampuan organisme untuk mempertahankan keseimbangan kadar dalam tubuh, didalam zat yang kadar garamnya berbeda.
- a. Pengendalian air
b. Pengendalian Ion
3.
Osmoregulasi berguna untuk mempertahankan keseimbangan kadar dalam tubuh di
dalam kadar garam yang berbeda hingga dapat isoosmotik dalam tubuh hewan.
4.
Fungsi NaCl dalam tubuh hewan adalah sebagai salah satu zat pengisoosmotik
tubuh hewan terhadap lingkungannya.
Kesimpulan :
Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Batas salinitas air yang dapat digunakan ikan sample untuk tetap
hidup adalah dalam kadar 2 %.
2. Semakin tinggi josentari garam maka kemampuan hidup organisme air
tawar semakin menurun dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan kematian.
3. Ikan air tawar yang digunakan bersifat hiperosmotik.
4. Ikan air tawar yang dimasukkan kedalm larutan garam yang
kosentrasinya masih potensial untuk hidup akan berusaha untuk mengisoosmotikkan
kondisi tubuhnya dengan lingkungan hidupnya.
Proses osmoregulasi merupakan proses yang dilakukan oleh organisme
(ikan) untuk menjaga keseimbangan anara tekanan osmotic dari tubuhnya dengan
lingkungannya, sehingga ikan tersebut dapat melangsungkan hidupnya dengan
normal dan dapat bertumbuh kembang dengan baik.
Dari data pengamatan yang telah diuraikan, pada ikan lele (Clarias
gariepinus) diketahui bahwa pada salinitas 10 % pada menit 0-15, awalnya
pergerakan ikan aktif dan cenderung berada di dasar, namun perlahan pergerakan
ikan tersebut tidak aktif atau kurang agresif dan terlihat overculumnya
kemerahan, ini disebabkan karena salinitas, kadar garam atau kandungan ion-ion
yang terlarut tidak seimbang dengan ion yang ada dalam tubuhnya, ini sesuai
dengan pernyataan (Anonim, 2008) tentang efek dari perbedaan dan upaya untuk
menyeimbangkan bahwa pada ikan air tawar karena cairan tubuhnya lebih tinggi
dari lingkungannya maka air pada lingkungannya slalu ingin masuk, sedangkan
bila sel-sel kemasukan air secara terus menerus bisa mengalami pecah.
Pada kisaran salinitas 20 0/00 , tampak bahwa pada menit-menit awal dari
perubahan salinitas yang didapatkan bahwa ikan tersebut juga terus bergerak
secara aktif dan overculumnya terus bergerak dengan cepat, ikan ini juga
mengeluarkan feces sebagai bentuk pengaturan keseimbangan osmotic di dalam
tubuhnya dengan lingkungannya. Pada menit-menit terakhir pengamatan ikan ini
tidak lagi bergerak secara aktif, tetapi overculumnya terus bergerak dengan
cepat, hal ini menunjukan bahwa ikan terus menerus melakukan proses osmose dan
ion-ion di dalam tubuh dengan lingkungannya.
Dari data pengamatan pada ikan Lele (Clarias grariepinus), didapatkan
pada kisaran salinitas 15 0/00 pada awal
pengamatan pergerakan ikan sangat aktif, cenderung berada di dasar dan mulut
aktif melakukan minum, pada menit-ment akhir pengamatan ikan terlihat lebih
banyak diam dan overculum perlahan bergerak lambat dan terlihat sangat jelas
bahwa overculum memerah sampai di perut, hal ini diakibatkan perbedaan ion yang
ada dalam tubuh ikan tersebut sehingga dia berusaha untuk menyeimbangkan ion
tubuhnya dengan lingkungannya akibatnya ikan ini mengalami stress dengan sering
membalikan tubuhnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan
pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Pada salinitas tinggi ikan akan aktif bergerak, sebagai usaha untuk menyeimbangkan tekanan osmose dari dalam
tubuhnya dengan lingkungannya.
2.
Pada salinitas rendah pergerakan ikan akan tampak normal karena keadaan
tersebut keadaan yang seimbang untuk kelangsungan hidupnya.
5.2
Saran
Saran yang dapat saya sampaikan untuk
praktikum selanjutnya adalah agar praktikum berjalan dengan lancar maka
diharapkan praktikan yang sudah selesai melakukan praktikum diharapkan tenang
agar tidak mengganggu kelompok lain yang belum selesai melakukan praktikum.
0 komentar:
Posting Komentar