LAPORAN GALLI MANINI


I.                   Latar Belakang
Hormon seks merupakan zat yang dikeluarkan oleh kelenjar pada organ seks dan kelenjar adrenalin langsung kedalam aliran darah. Hormon seks yang bertanggung jawab dalam menentukan jenis kelamin janin dan bagi perkembangan organ seks yang normal. HCG atau Hormon Chorionic Gonadotropin merupakan suatu hormon seks yang dapat digunakan untuk penentuan kehamilan secara sederhana. Hormon ini dieksresikan melalui urin ibu yang sedang hamil.
Galli manini merupakan metode penentuan kehamilan secara biologik dengan memanfaatkan HCG yang terkandung dalam urin wanita hamil. Metode ini masih digunakan sampai sekarang meskipun di laboratorium-laboratorium paling sering digunakan metode-metode imunologik.
Jumlah HCG yang dieksresikan dalam urine wanita hamil berbeda –beda untuk setiap wanita tergantung dari usia kehamilan. HCG dapat ditemukan dengan mudah pada usia kandungan 1-3 bulan. Oleh sebab itu, metode Galli Manini kurang tepat digunakan untuk menentukan kehamilan usia diatas 3 bulan. Berdasarkan permasalahan diatas, maka praktikum Galli Manini perlu dilakukan untuk menentukan ada atau tidaknya hormon choriogonadotropin dalam urin wanita hamil.

II.                Tujuan
Tujuan praktikum Galli manini adalah untuk menentukan adanya hormon choriogonadotropin dalam urine wanita hamil.
III.             DASAR TEORI
Hormon adalah suatu substansi yang dihasilkan oleh kelenjar yang tidak ter salurkan, akan tetapi langsung masuk ke dalam darah menuju alat-alat lain dari bagian tubuh dan berpengaruh di bagian tersebut. Kelenjar penghasil hormon dengan hormon-hormon di antaranya yaitu kelenjar pituitari atau hipofisis mensekresikan hormon somatik, hormon myotropik, hormon adrenotropik dan hormon gonadotropik meliputi FSH (Folikel Stimulating Hormon), atau hormon prolaktin yang mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan gonad, yaitu ovarium pada wanita dan testis pada pria (Frandson,1991).
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah hormon yang disekresikan oleh sel-sel tropoblas ke dalam cairan ibu segera setelah setelah nidasi terjadi. HCG yang dihasilkan dapat ditemukan dalam dalam serum dan urine. Adanya HCG dalam urine dapat digunakan untuk penentuan kehamilan dengan cara sederhana (Siti, 1984).
Penentuan kehamilan dengan menggunakan urine dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara biologik dan dengan imunologik. Percobaan biologik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu cara ascheim, zondek, Friedman, dan Galli manini; masing-masing cara biologik ini menggunakan binatang uji. Sedangkan pemeriksaan secara imunologik dapat dilakukan dengan cara Direct Latex Agglutination (DLA) atau secara tidak langsung dengan cara Latex Agglutination Inhibition (LAI) serta cara Hemaglutination Inhibition (HAI) (Siti,1984).
Mengingat pentingnya anti HCG untuk tes kehamilan secara imunologis, HCG dapat diperoleh dari ekstraksi urin wanita hamil karena hormon yang diproduksi oleh plasenta ini dieksresikan dalam jumlah besar melalui urin. HCG mempunyai sifat seperti LH pada  wanita dengan produksi gonadotropin yang rendah atau non siklis. Hormon ini juga digunakan pada wanita dengan ovulasi pada fase luteal sehingga terjadi infertilitas atau abortus habitualis (Cowie, dkk, 1980).
Kadar HCG dalam darah ibu sedemikian tinggi sehingga sebagian disekresikan di dalam urine dan dapat dideteksi dalam uji kehamilan. Puncak produksi hormon tersebut dicapai dalam bulan kedua kehamilan. Jika telur telah dibuahi dan tertanam di dalam endometrium, sel-sel tropoblas dalam plasenta yang sedang berkembang mensekresi gonadotropin chorion (Imam dan Fahriyan, 1992; Ville, 1984).
Pada hewan betina, FSH dan LH akan mempengaruhi indung telur (ovarium). FSH, LH, dan estrogen bersama-sama akan terlibat dalam siklus ovulasi dan sekaligus mempersiapkan uterus berkembang pada mamalia. Sedangkan pada jantan, FSH dan LH akan mempengaruhi testis untuk mulai memproduksi hormon testosteron dan sperma. Sekresi FSH diatur juga oleh suatu faktor yang dihasilkan oleh hipotalamus yang disebut faktor pelepas gonadotropin atau GnRF (Fried, dkk., 2006 ; Sumarmin, 2008).
Hormon LH dapat mendorong pertumbuhan folikel menjadi folikel praovulasi dan diikuti terjadinya ovulasi. Peningkatan progesteron pada lapisan theka menyebabkan lapisan granulosa menjadi lebih responsif terhadap LH pada saat folikel mendekati ovulasi. Folikel ovari dan kadar estrogen di atas ambang akan memberi respon terhadapa hipotalamus untuk menekan pelepasan FSH dan selanjutnya memfasilitasi pelepasan LH untuk menandai proses ovulasi (Donald, dkk, 1980 ; Hapez, 2000).
IV.        Metode Kerja
4.1  Waktu dan Tempat 
Praktikum Galli manini dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 22 Mei 2012 pada pukul 13.00 WIB-16.00 WIB di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura Pontianak.
4.2  Alat dan Bahan
4.2.1        Alat
            Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Galli Manini yaitu gelas objek, kertas saring, spuit, pipet teets, mikroskop, botol, dan stopwatch.
                     4.2.2 Bahan
            Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Galli Manini yaitu aquades, 2 ekor Bufo sp., dan urin wanita hamil usia muda.
4.3  Cara Kerja
Dua ekor kodok (Bufo sp.) jantan untuk uji ini disiapkan. Kodok tersebut diuji apakah mengandung sperma atau tidak dengan cara menggelitik ujung pipet tetes kedalam kloakanya untuk meyakinkan kodok itu jantan, dan dapat dilihat apakah ada tanda bintil-bintil pada jari dan kulit leher berwarna kuning agak kemerahan dan bila dipegang akan meneluarkan suara. Satu ekor kodok jantan disuntik dengan urine wanita hamil yang tidak diencerkan dan yang lain disuntik dengan urin yang telah diencerkan menjadi 50% urine pada bagian bawah kulit perut dekat kloaka. Setelah disuntik, kodok dibiarkan selama 1 jam kemudian diambil sperma kodok dengan cara menggelitik kloaka kodok dengan ujung pipet tetes. Sperma yang keluar diletakkan pada gelas objek dan diamati di bawah mikroskop.




























5        HASIL dan PEMBAHASAN
5.1  Hasil
Tabel 1. Jumlah sperma Bufo sp. Yang dihasilkan
 

  Umur                              urin murni                            50% urin
Kehamilan                         I             II                          I           II
2,1 bulan                         +++          +                         ++          -
6   bulan                             +            ++                         -           +
          3,5 bulan                         +++         ++                         +          +

                Keterangan :
            +++  : banyak
             ++    : sedang
              +     : sedikit
-          : tidak ada

6.1           Pembahasan
Galli manini merupakan suatu uji kehamilan yang dapat digunakan untuk mengetahui HCG pada urine wanita hamil. Percobaan ini menggunakan objek yaitu Bufo sp. dan urine wanita hamil usia 2,1 – 3,5 bulan. Penggunaan Bufo sp. jantan karena hewan uji ini mudah didapatkan, mudah dibedakan jenis kelaminnya, dan sperma kodok dapat dipicu pengeluarannya dengan mudah. Urine wanita hamil yang digunakan yaitu berkisar antara 2,1 – 3,5 bulan karena pada usia hamil ini, urine wanita tersebut mengandung HCG. Hal ini didasarkan pada teori Basoeki (1980) dan Theolihere (1979) yang menyatakan bahwa HCG telah beredar dalam darah 1 minggu setelah fertilisasi dengan konsentrasi 120  IU pada hari ke 62 setelah menstruasi dan menurun dengan cepat pada hari ke 154 mencapai 0 IU. HCG bisa dijumpai pada urine karena HCG didalam darah tinggi.
Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa urine wanita hamil yang digunakan semuanya mengandung HCG, baik urine yang digunakan urine murni maupun urine dengan konsentrasi 50%. Perlakuan dengan konsentrasi urine murni menghasilkan jumlah sperma yang dihasilkan lebih banyak daripada konsentrasi urine 50%. Urine murni dari usia kehamilan 3,5 bulan yang disuntikkan ke dalam jaringan kodok merangsang pengeluaran sperma kodok lebih banyak daripada urine murni dari urine murni dari usia kehamilan lainnya. Perbedaan banyak atau sedikitnya ditemukan sperma  kodok  tersebut bergantung pada konsentrasi urine yang disuntikkan. Pada konsentrasi urine murni lebih besar memicu pengeluaran sperma kodok karena di dalam urine murni lebih banyak mengandung hormon choriogonadotropin. Hormon tersebut saat disuntikkan pada kodok merangsang sperma kodok berkembang sehingga kodok tersebut mengalami estrus (birahi). Hal ini dikarenakan HCG mempunyai sifat seperti LH. Menurut muhayat (1998), LH dan HCG pada laki-laki memberitahu testis untuk memproduksi hormon seks laki-laki (testosteron). HCG menyebabkan pelepasan spermatozoa apabila diberikan kepada vertebrata rendah. Hormon ini disekresikan oleh embrio untuk memberikan sinyal kehadirannya dan mengontrol sistem reproduksi wanita hamil. Produksi HCG akan meningkat hingga sekitar hari ke 70 dan akan menurun selama sisa kehamilan.
Hormon-hormon kehamilan ini bertujuan guna mendukung kehamilan yang berlangsung khususnya agar janin dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan sehat (Ackering, 2000).
Jumlah atas banyaknya HCG di dalam urine tergantung pada faktor fisiologis wanita hamil dan konsentrasi HCG pada darah.
7        Penutup
7.1  Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil percobaan adalah sebagai berikut:
a.              Hormon choriogonadotropin terdapat pada urine wanita hamil 2,1-3,5 bulan.
b.             Banyaknya sperma yang dihasilkan tergantung pada konsentrasi urine yang disuntikkan pada Bufo sp.
c.              Urine murni lebih besar merangsang pengeluaran sperma Bufo sp.
DAFTAR PUSTAKA
Basoeki,S.1980. Anatomi dan Fisiologi Manusia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional: Jakarta
Cowie, A.T.I.C.,dkk 1980. Hormon Control of Lactation, Berlin Heidelberg: Germany
Donal, Mc.L.E.1980. Veterinary Endocrinology and Reproduction, 3th Edition, Lea and Febriger: Philadelphia
Frandson, R.D.1991. Anatomi dan Fisiologi Hewan Ternak, Penerjemah: B. Srigandono dan K. Praseno,UGM Press: Yogyakarta
Fried, H dan George, J.H.2006. Schaums Outlines Biology, Edisi II, Penerjemah: Damaningtyas, Erlangga: Jakarta
Hafez, E, S.E.2000. Reproduction In Farm Animal. 7th Edition, Lea and Febiger. Philadelphia
Imam dan Fahriyan.1992. In Vitro Fertilisasi Transfer Embrio dan Perkembangan Embrio, Pusat Antar Universitas Bioteknologi, IPB: Bogor
Muhayat, Ali.1998. Pengaruh Hormon Terhadap Fase Kehamilan, Surya Aditama Media: Bandung
Pickering, W.R.2000. Complete Biology. Oxford University Press:UK
Sumarmin,R,dkk.2008. Perkembangan Folikel dan Viabilitas Oosit Domba Pasca Transplantasi Ovarium Domba Intra utenin Pada Kelinci Bunting Semu, Jurnal Veteriner, Vol 9, No.3: 115-121
Siti,B.K.1984. Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, FKUI: Jakarta
Thoelihere.1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak, Angkasa: Bandung
Ville, C.A., dkk.1984. Zoologi Umum, Edisi Keempat, Erlangga: Jakarta


0 komentar: