LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI TANAH
Acara: 2
POPULASI JAMUR BENANG
Nama : Luqman
NIM : H14109050
Kelompok : 3
Asisten : Wiwin dan Rino Saputra
\
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
Universitas Tanjungpura
Pontianak
2012
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Jamur merupakan kelompok organisme
eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya
multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya
dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya (Black,
1999).
Jamur benang yang berukuran kecil
dan biasanya bersifat uniseluler dapat diamati dengan mikroskop. Mikroskop
merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang
berukuran sangat kecil. Hal ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang
organisme yang berukuran kecil. Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada
kenampakan obyek yang diamati, yaitu mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya)
dan mikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo). Sedangkan berdasarkan sumber
cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop elektron (Tarigan,
2008).
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum ini
adalah untuk mengetahui morfologi luar berbagai jenis jamur benang dan khamir
secara mikroskopis dengan perbesaran
lemah dan sedang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Saat ini media agar
merupakan media yang sangat umum digunakan dalam penelitian-penelitian
mikrobiologi. Media agar ini memungkinkan untuk dilakukannya isolasi jamur dari
suatu sample. Bentuk koloni jamur dan warna-warninya mudah sekali dikenali
dengan cara meneliti jamur dengan menggunakan miroskop (Suriawiria, 2005).
Media adalah suatu bahan
yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrien) yang berguna untuk membiakkan
mikroba. Dengan menggunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi,
perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan perhitungan sejumlah mikroba (Hanafiah,
dkk, 2003).
Supaya mikroba dapat
tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat,
antara lain : harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh
mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai
dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh, tidak mengandung zat-zat yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril sebelum
digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik (Suhardi,
dkk, 2008).
Agar-agar, gelatin atau
gel silika merupakan bahan untuk membuat medium menjadi padat. Namun, yang
paling umum digunakan adalah agar-agar. Meskipun bahan utama agar-agar adalah
gelatin, yaitu suatu kompleks karbohidrat yang diekstraksi dari alga marin
genus gelidium, namun sebagian mikroorganisme tidak dapat menggunakannya
sebagai makanan sehingga agar-agar dapat berlaku hanya sebagai pemadat
(Irianto, 2006).
Di alam populasi mikroba
tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari campuran berbagai
macam sel. Di dalam laboratorium populasi bakteri ini dapat diisolasi menjadi
kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologi,
sifat dan kemampuan biokimiawinya (Purwoko, 2009).
Isolasi adalah cara
untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga
diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni ialah kultur yang
sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Kultur murni
atau biakan murni diperlukan karena semua metode mikrobiologis yang digunakan
untuk menelaah dan mengidentifikasi mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri
kultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis, memerlukan suatu populasi
yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja (Majid, 2007).
Mikroorganisme merupakan
mahluk hidup yang sangat banyak, baik di tanah, air maupun udara. Untuk itu
perlunya isolasi maupun permurnian untuk mendapatkan mikroorganisme tersebut.
Populasi yang besar dan kompleks dengan berbagai mikroba terdapat dalam tubu
manusia termasuk dimulut, saluran pencernaan dan kulit (Kusmiati, 2003).
Fungi atau jamur
biasanya bersifat multiselluler, setiap pertumbuhan jamur terdiri atas lebih
dari satu sel. Namun demikian tiap-tiap sel memiliki kemampuan untuk tumbuh
sendiri oleh karenanya jamur dapat diklasifikasikan sebagai mikroorganisme.
Jamur terdiri atas untaian seperti benang tipis, disebut hifa. Hifa tumbuh
sebagai masa di permukaan atau menembus medium tempat jamur tersebut tumbuh.
Masa hifa disebut misellium (Meryandini, 2009).
Biakan murni bakteri
adalah biakan yang terdiri atas satu spesies bakteri yang ditumbuhkan dalam medium
buatan. Medium buatan tersebut berfungsi sebagai medium pertumbuhan. Pada
medium ini bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak. Bahan dasar yang digunakan
untuk medium pertumbuhan ini adalah agar-agar. Untuk bakteri heterotrof, medium
dilengkapi dengan air, molekul makanan (misal gula) sumber nitrogen dan
mineral. Untuk hasil yang lebih baik agar bakteri tumbuh, alat dan bahan yang
digunakan disterilkan terlebih dahulu (Majid, 2007).
Tubuh jamur tersusun dari komponen
dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium.
Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur
menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini
menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung
organel eukariotik (Purwoko, 2009).
Kebanyakan hifa dibatasi oleh
dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk
dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel
ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta
atauhifasenositik.Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel
berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur
yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang
merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus
jaringan substrat (Suhardi, dkk, 2008).
Semua jenis jamur bersifat
heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan
mencernakan makanan. untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari
lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk
glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada
substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia
lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk
heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau
saprofit. Parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada
inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia
carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS). Parasit
fakultatif adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang
sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati.
Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu
tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan enzim
hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi
molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga
langsung menyerap bahan bahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan
oleh inangnya (Suriawiria, 2005).
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 1
April 2012. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan
pada praktikum ini adalah alumunium foil, autoklaf, cawan petri, colony
counter, enkas, Erlenmeyer, gelas beaker, hotplate, incubator, kain kasa,
kapas, kertas label, kertas merang, klinpack, pipet tetes, plastic wayang, rak
tabung, tabung reaksi, timbangan digital.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang
digunakan pada praktikum ini adalah akuades, media PDA (potato dextrose agar),
tanah kebun.
3.3 Cara Kerja
Tanah kebun yang telah diambil, kemudian ditimbang
sebanyak 1 gr. Tabung reaksi diisi air sebanyak 9 ml, kemudian disterilkan
dengan autoklaf bersama dengan cawan petri. Tabung reaksi yang telah steril
diberi label 1 – 0,1 – 0,01 – 0,001 – 0,0001. Label tersebut adalah urutan
pengenceran cairan sampel. Sampel tanah yang telah ditimbang, kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1. Tabung reaksi 1 dikocok-kocok agar
homogen. Setelah itu, cairan dari tabung reaksi 1 dimasukkan ke dalam tabung
reaksi 0,1. Cairan dari tabung reaksi 0,1 dimasukkan ke dalam tabung reaksi
0,01, demikian seterusnya hingga yabung reaksi 0,0001.
Pengenceran yang digunakan untuk pembiakan bakteri
pada cawan petri adalah 0,01 – 0,001 – 0,0001. Cairan dari masing-masing tabung
reaksi tersebut dimasukkan sebanyak 1 ml ke dalam cawan petri. Media PDA yang
telah disiapkan, kemudian ditambahkan ke dalam masing-masing cawan petri,
diputar-putar mengikuti angka 8 beberapa kali. Cawan petri didiamkan beberapa
menit agar media di dalamnya mengeras. Setelah itu, cawan petri direkatkan
dengan klin pack, dan dibungkus dengan kertas merang. Media tersebut diinkubasi
selama 2 x 24 jam. Setelah 2 x 24 jam, jumlah koloni jamur benang yang tumbuh
pada media diamati ciri-cirinya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil akan ditampilkan dalam bentuk
tabel berikut ini:
Tabel 1.
Tabel 1. Pengamatan Jamur Makroskopis
No Parameter Pengamatan Keterangan Jumlah
1 Warna
koloni Putih 21
Kuning 5
Coklat 5
Putih
kekuningan 3
Putih
keabuan 1
Hijau 2
Hijau
metalik 1
2 Bentuk
koloni Tidak
beraturan 8
Bulat 18
Lonjong 3
3 Tekstur
Koloni Kapas 6
Licin 1
Halus 7
Kasar 15
4 Tepi
koloni Rata 15
Bergerigi 11
Berlekuk 1
Tak
beraturan 2
Tabel 1. Pengamatan Jamur Mikroskopis
No Parameter Pengamatan Keterangan Jumlah
1 Warna
miselium Putih 3
Ungu 2
Coklat 1
2 Struktur
hifa Bersekat 5
Tak
bersekat 2
3 Bentuk
konidia Kolumnar 1
Bulat 3
Melonjong 1
4 Sifat
konidia - -
5 Warna
konidia Putih 3
Ungu 2
Coklat 1
6 Bentuk
spongiofor Bulat 2
Pita
memanjang 2
Tabung
memanjang 1
Lurus 1
7 Warna
spongifor Ungu 2
Putih 4
8 Percabangan
spongifor Menggarpu 1
Tak
bercabang 1
9 Sifat
spongiofor - -
4.2
Pembahasan
Langkah awal yang dapat dilakukan
untuk identifikasi adalah mengamati adanya hifa. Bentuk hifa dapat bersekat
atau tidak bersekat, bentuk percabangan hifa, stolon, rhizoid, sel kaki, badan
buah, dasar badan buah, pendukung badan buah, dan bentuk spora. Rhizopus sp. dapat menghasilkan spora
seksual dan aseksual. Spora aseksualnya sering disebut sporangiophore dan
dihasilkan di dekat sporangium. Secara genetik, sifat spora ini identik dengan
induknya. Pada Rhizopus sp., sporangium didukung oleh sebuah kolumela
yang besar. Rhizospora yang berwarna gelap dihasilkan saat terjadi fusi antara
dua miselia yang sesuai. Fusi ini terjadi saat berlangsungnya reproduksi
seksual. Keturunan yang dihasilkan melalui reproduksi seksual dapat memiliki
perbedaan sifat dari induknya secara genetik. Bagian tubuh Rhizopus oryzae
seperti sporangium yang mengandung spora, sporangiophore atau tangkai spora, kolumela,
stolon, dan rhizoid.
Tanah merupakan habitat dari mahluk
hidup baik yang berada diatas tanah maupun di dalam tanah. Didalam tanah
bakteri dan fungi memegang peran penting dalam merombak bahan organik atau
sersah-sersah daun. Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme. Jumlah
tiap grup mikroorganisme sangat bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa
individu, akan tetapi ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah.
Mikroorganisme tanah itu sendirilah yang bertanggung jawab atas pelapukan bahan
organik dan pendauran unsur hara. Dengan demikian mereka mempunyai pengaruh
terhadap sifat fisik dan kimia tanah (Majid, 2007).
Selanjutnya Kusmiati (2003).,
menyatakan bahwa jumlah total mikroorganisme yang terdapat didalam tanah
digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility indeks), tanpa
mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang subur mengandung sejumlah
mikroorganisme, populasi yang tinggi ini menggambarkan adanya suplai makanan
atau energi yang cukup ditambah lagi dengan temperatur yang sesuai,
ketersediaan air yang cukup, kondisi ekologi lain yang mendukung perkembangan
mikroorganisme pada tanah tersebut.
Berdasarkan hasil praktikum
menunjukkan bahwa fungi makroskopis sebagian besar berwarna putih, bentuk koloni
bulat, tekstur koloni kasar dan tepi koloni rata. Sedangkan pada pengamatan
fungi mikroskopis warna miseliumnya putih, struktur hifa bersekat, bentuk
konidia bulat, warna konidia outih, bentuk sporangiofor bulat, warna
sporangiofor putih dan percabangan sporangiofor menggarpu. Hasil pengamatan
fungi mikroskopis berupa sifat konidia dan sifat sporangiofor sulit diamati
pada saat pengamatan.
Jumlah fungi paling banyak ditemukan
pada pengenceran 10-2 dikarenakan jumlah fungi masih banyak dan
mulai berkurang pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi. Manfaat pengenceran
adalah mendapatkan biakan murni fungi yang lebih kecil sehingga mempermudah
dalam pengamatan. Seri pengenceran dibuat berbeda agar dapat dijadikan
parameter perbandingan pengamatan.
Fungi berperan dalam perubahan
susunan tanah. Fungi tidak berklorofil sehingga mereka menggantungkan kebutuhan
akan energi dan karbon dari bahan organik. Fungi dibedakan dalam tiga golongan
yaitu ragi, kapang, dan jamur. Kapang dan jamur mempunyai arti penting bagi
pertanian. Bila tidak karena fungi ini maka dekomposisi bahan organik dalam
suasana masam tidak akan terjadi (Irianto, 2006).
Secara umum berdasarkan sifat
hubungan antara fungi dengan akar tanaman, maka fungi tanah dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu: (1)Parasitik, yaitu: fungi tanah yang sebagian atau
seluruh hidupnya dapat menyebabkan penyakit pada akar tanaman, seperti:
penyakit bercak akar kapas, (2)Saprophitik, yaitu: fungi tanah yang semasa
hidupnya mendapatkan makanan (energi) dari dekomposisi bahan organik tanah.
Fungi kelompok ini tidak menyebabkan penyakit pada akar tanaman. (3)Simbiotik,
yaitu: fungi tanah yang semasa hidupnya berada pada akar-akar tanaman dan
hubungannya dengan akar tanaman membentuk hubungan yang saling menguntungkan, seperti:
Mycorhiza atau jamur akar (Madjid, 2007).
Mycorhiza adalah fungi yang hidup
pada permukaan akar- akar tanaman dan bersifat saling menguntungkan antara
Mycorhiza dengan akar tanaman. Berdasarkan perkembangan hifanya pada akar
tanaman, mycorhiza dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: (1)Endomycorhiza, yaitu:
Mycorhiza yang perkembangan hifanya dapat memasuki sel-sel akar tanaman,
(2)Ektomycorhiza, yaitu: Mycorhiza yang perkembangan hifanya tidak memasuki
sel-sel akar tanaman tetapi hanya menyear pada permukaan akan dan memasuki
ruang antar sel-sel akar tanaman, dan (3)Ektendomycorhiza, yaitu: Mycorhiza
yang perkembangan hifanya menyerupai kedua kelompok Mycorhiza (Madjid, 2007).
Isolasi memiliki pengertian yaitu
cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya,
sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni ialah kultur
yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Kultur
murni atau biakan murni diperlukan karena semua metode mikrobiologis yang
digunakan untuk menelaah dan mengidentifikasi mikroorganisme, termasuk
penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis,
memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja (Hanafiah,
dkk, 2003).
Pada prinsipnya tujuan isolasi
mikroba yaitu untuk mendapatkan mikroba yang dikehendaki
sebanyak-banyaknya.Untuk maksud tersebut dapat digunakan teknik diperkaya dan
sistem pengenceran. Misalnya sampel tanah atau air diencerkan sedemikian rupa
sehingga diharapkan pertumbuhan koloni tidak lebih 200 koloni per plate.
Suspensi tersebut dengan metode taburan spread plate diinokulasikan pada cawan
petri yang mengandung media diperkaya. Setelah diinkubasi, akan terliha
koloni-koloni pada cawan tersebut dan siap untuk diisolasi. Namun dalam praktek
cara tersebut kurang efisien karena harus mengisolasi banyak mikroba yang
potensinya belum jelas, sehingga para peneliti sudah membatasi jenis mikroba
yang akan diisolasi.
Untuk kepentingan isolasi ini maka
larutan yang akan diisolasikan mikrobanya harus dilakukan pengenceran apabila
di duga jumlah mikrobanya sangat banyak. Pada subtrat-substrat tertentu seperti
substrat susu,substrat tanah maupun yang lain kadang sampai menggunakan
pengenceran yang konsentrasinya cukup tinggi.
Aspergillus sp. sangat mudah
dikenali, baik dari morfologi selnyamaupun dari morfologi koloninya. Genus
Aspergillus mempunyaimorfologi sel seperti pada gambar di bawah ini. Aspergillus
sangat mudah dikenali, baik dari morfologi selnyamaupun dari morfologi
koloninya.
Aspergillus niger mempunyai
kepala pembawa konidia yang besar, dipak secara padat, bulat dan berwarna hitam
coklat atau ungu coklat.Kapang ini mempunyai bagian yang khas yaitu hifanya
bersepta, sporayang bersifat seksual dan tumbuh memanjang di alas stigma,
mempunyai sifat aerobik, sehingga dalam pertumbuhannya memerlukan oksigen
yangcukup. Aspergillus niger termasuk mikroba mesofilik dengan pertumbuhan maksimum
pada suhu 35 °C - 37 °C. Derajat keasaman untukpertumbuhannya adalah 2 - 8,5
tetapi pertumbuhan akan lebih baik padakondisi keasaman atau pH yang rendah (Black,
1999).
Trichoderma sp. merupakan
sejenis cendawan / fungi yang termasuk kelas ascomycetes . Trichoderma
sp. memiliki aktivitas antifungal. Di alam, Trichoderma banyak ditemukan di
tanah hutan maupun tanah pertanian atau
pada substrat berkayu.
Trichoderma sp. yang
dikultur, Morfologi koloninya bergantung
pada media tempat bertumbuh. Pada media
yang nutrisinya terbatas, koloni tampak
transparan, sedangkan pada media yang nutrisinya lebih banyak, koloni dapat
terlihat lebih putih.
Konidia dapat terbentuk dalam satu
minggu, warnanya dapat kuning, hijau atau putih. Pada beberapa spesies dapat
diproduksi semacam bau seperti permen
atau kacang. Reproduksi aseksual Trichoderma menggunakan konidia.
Konidia terdapat pada struktur konidiofor. Konidiofor ini memiliki banyak
cabang. Cabang utama akan membentuk cabang. Ada yang berpasangan ada yang
tidak. Cabang tersebut kemudian akan bercabang lagi, pada ujung cabang terdapat
fialid. Fialid dapat berbentuk silindris, lebarnya dapat sama dengan batang
utama ataupun lebih kecil. Fialid dapat terletak pada ujung cabang konidiofor
ataupun pada cabang utama.
Konidia secara umum kering, namun
pada beberapa spesies dapat berwujud cairan yang berwarna hijau bening atau
kuning. Bentuknya secara umun adalah elips, jarang ditemukan bentuk globosa .
Secara umum konidia bertekstur halus. Pada Trichoderma juga ditemukan
struktur klamidospora. Klamidospora ini diproduksi oleh semua spesies Trichoderma.
Bentuknya secara umum subglobosa
uniseluler dan berhifa, pada
beberapa spesies, klamidosporanya berbentuk multiseluler. Kemampuan Trichoderma
dalam memproduksi klamidospora merupakan
aspek penting dalam proses sporulas.
Rhizopus sp. mempunyai koloni
abu-abu kecoklatandengan tinggi 1mm atau lebih (gambar 17). Sporangiofor
tunggal atau dalam kelompokdengan dinding halus atau agak sedikit kasar, dengan
panjang lebih dari1000µm dan diameter 10-18µm. Sporangia globosa yang pada saat
masak berwarna hitam kecoklatan, dengan diameter 100-180µm.
Rhizopus sp. adalah kapang
yang termasuk dalam ordo Mucorales danfamilia Mucoraceae. Kapang termasuk ke
dalamzygomicetes mempunyai hifa tidak bersekat, berinti banyak (coenocitic),dan
melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reprofuksi secaraaseksual
dilakukan dengan membentuk sporangiospora atau klamidospora,yaitu spora yang
memiliki dinding tebal yang terbentuk dari modifikasisegmen hifa.
Repoduksi seksual, yaitu dengan
membentuk zygospora yangterbentuk dari peleburan dua hifa yang kompatibel dan
diselubungi olehdinding yang tebal. Kapang dari kelass zigomycetes tersebut
dapat bersifatheterotallic atau homotallic. Kapang disebut heterotallic apabila
ada duastrain yang kompatibel dapat melakukan perkawinan dan
membentukzigospora. Kapang disebut homotallic apabilsa pembentukan
zigosporaterjadi pada perkawinan satu koloni yang berasal dari satu
spora.Zigospora pada umumnya berwarna kuning, coklat atau kehitaman
yangdiselubungi struktur seperti duri (spine) atau benjolan (warts) (Meryandini,
2009).
Pengertian dari spora adalah alat
reproduksi pada jamur. Hifa adalah benang-benang yang menyusun tubuh jamur,
sedangkan miselium adalah kumpulan dari hifa. Sporangiospora adalah hifa
berbentuk kantung yang berisi spora. Kemudian sporangium adalah ujung hifa
membulat seperti kantong. Konidia adalah bagian ujung hifa yang membagi-bagi
menjadi berbagai bentuk. Konidiofor adalah tangkai spora. Konidiospora adalah
kantung spora. Hifa berseptat memiliki dinding sekat yang disebut septa yang
bertindak sebagai pembatas antara sel jamur dan memiliki inti yang sedikit.
Hifa tidak bersepta adalah hifa yang tidak dibatasi oleh dinding sekat dan
memiliki inti yang banyak
Terdapat 3 cara bagaimana jamur bisa
terbawa benih. Cara pertama adalah dengan kontaminasi yaitu benih itu terbawa
jamur di permukaan benih. Cara kedua adalah infestasi, yaitu jamur tercampur
oleh gulma atau sesuatu yang membawa jamur. Cara ketiga yaitu infeksi, yaitu
terbawanya jamur sejak masih dibenih itu sendiri.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa
-
Pengertian isolasi adalah
cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya,
sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni.
-
Tujuan dari isolasi adalah
untuk mendapatkan mikroba yang dikehendaki sebanyak-banyaknya.
-
Untuk kepentingan isolasi,
larutan yang akan diisolasikan mikrobanya harus dilakukan pengenceran apabila
di duga jumlah mikrobanya sangat banyak.
-
Terdapat 3 cara bagaimana
jamur bisa terdapat di tanah tanaman, yaitu kontaminasi, infestasi, dan
infeksi.
-
Fungi makroskopis sebagian
besar berwarna putih, bentuk koloni bulat, tekstur koloni kasar dan tepi koloni
rata.
-
Fungi mikroskopis sebagian
besar warna miseliumnya putih, struktur hifa bersekat, bentuk konidia bulat,
warna konidia outih, bentuk sporangiofor bulat, warna sporangiofor putih dan
percabangan sporangiofor menggarpu.
-
Jumlah fungi paling banyak
ditemukan pada seri pengenceran 10-2.
5.2 Saran
Sebaiknya
menggunakan tanah tanaman herbal juga.
DAFTAR PUSTAKA
Black J G. 1999. Microbiology : Principles and
Explorations. New Jersey : Prentince Hall.
Hanafiah, Kemas Ali. Dkk. 2003. Ekologi Dan
Mikrobiologi Tanah.Jakarta:
Rajawali Perss.
Irianto, Koes. 2006.Mikrobiologi.Bandung: Yrama
Widya.
Kusmiati, Priadi Dodi. 2003. Kriopreservasi bakteri
amilolitik Escherichia coli dengan krioprotektan Berbeda. BioSMART 2003; 5:
21-24.
Majid, Abdul.2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Meryandini Anja et al. 2009. Isolasi bakteri dan
karakterisasi enzimnya. Makara Sains
2009; 13: 33-38.
Purwoko T. 2009. Fisiologi Mikroba. Jakarta : Bumi
Aksara.
Suhardi, Koesnandar,
Indriani, Arnaldo. 2008. Biosafety : Pedoman Keselamatan Kerja di
Laboratorium Mikrobiologi dan Rumah Sakit. Jakarta : PT. Multazam Mitra Prima.
Suriawiria U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta :
Papas Sinar Sinanti.
Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi.
Jakarta: Depdiknas
0 komentar:
Posting Komentar