PEMBAHASAN
Rotan berasal dari bahasa melayu
yang berarti nama dari sekumpulan jenis tanaman famili Palmae yang tumbuh
memanjat yang disebut Lepidocaryodidae (Yunani = mencakup ukuran buah). Indonesia
memenuhi 80 % kebutuhan rotan dunia (terbesar). Dari 80 % rotan dunia tersebut,
90 % berasal dari hutan alam dan 10 % dari hasil budidaya.Luas areal yang
ditumbuhi rotan sebesar 13,2 juta hektar dari 143 juta hektar hutan Indonesia
(Inventarisasi Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan) yang tersebar di Kalimantan,
Sulawesi, Sumatera dan Jawa. Indonesia memiliki 8 marga rotan yang terdiri dari
306 jenis. Dari 306 jenis ini 51 jenis diantaranya sudah dimanfaatkan.
Asia Tenggara terdapat kurang lebih
516 jenis yang berasal dari 8 genera, antara lain:
- Calamus
sebanyak 333 jenis
- Daemonorops
sebanyak 122 jenis
- Korthalsia
sebanyak 30 jenis
- Plectocomia
sebanyak 10 jenis
-
Plectocomiopsis sebanyak 10 jenis
- Calopspatha
sebanyak 2 jenis
- Bejaudia
sebanyak 1 jenis
- Ceratolobus
sebanyak 6 jenis
Dua diantaranya merupakan genera
yang bernilai tinggi yaitu Calamus dan Daemonorops. Dari seluruh kebutuhan
rotan di pasaran terdapat 68 % rotan berdaimeter besar dan 32 % rotan
berdiameter kecil.
Struktur anatomi batang rotan yang
berhubungan dengan keawetan dan kekuatan antara lain besarnya ukuran pori dan
tebalnya dinding sel serabut. Sel serabut merupakan komponen struktural yang
memberikan kekuatan pada rotan. Dinding sel yang tebal membuat rotan menjadi
lebih kuras dan lebih berat.
Ketiga jenis rotan yang dipelajari
memiliki lapisan epidermis lebih tipis dari rotan Manau. Bagian kulit ari
mempunyai susunan ikatan pembuluh lebih padat, dinding selnya lebih tebal,
diameter pembuluh metaxylem, phloem dan protoxylem lebih kecil dari bagian
tengahnya.
Secara keseluruhan panjang serat dan
tebal dinding serat ketiga rotan yang dipelajari lebih pendek dan lebih tipis
dari rotan Manau, sehingga diduga kekuatan menahan bebannya lebih rendah. Hal
tersebut membuat ketiga rotan tersebut kurang baik digunakan dalam pembuatan
properti rumah.
Secara umum, komposisi kimia rotan
terdiri dari holoselulosa (71 – 76 %), selulosa (39 – 56 %), Lignin (18 – 27 %)
dan silika (0,54 – 8 %). Holoselulosa merupakan selulosa yang merupakan molekul
gula linear berantai panjang.
Selulosa berfungsi memberikan
kekuatan tarik pada batang karena adanya ikatan kovalen yang kuat dalam cincin
piranosa dan antar unit gula penyusun selulosa. Makin tinggi selulosa makin
tinggi juga keteguhan lenturnya. Lignin adalah suatu polimer yang kompleks
dengan berat molekul yang tinggi. Lignin berfungsi memberikan kekuatan pada
batang. Makin tinggi lignin makin tinggi juga kekuatan rotan. Tanin
dikategorikan sebagai “true artrigen” yang menimbulkan rasa sepat pada rotan.
Tanin berfungsi sebagai penangkal pemangsa. Hasil purifikasi tanin digunakan
sebagai bahan anti rayap dan jamur. Pati (karbohidrat), terkandung 70 % dan
berat basah. Makin tinggi kadar pati makin rentan terhadap serangan bubuk rotan
kering.
Sifat fisik dari rotan adalah
sifat-sifat yang dapat diamati secara kasat mata.
Sifat fisik
rotan dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
a. Warna
Warna batang rotan selalu bervariasi
tidak hanya pada jenisnya saja tetapi pada jenis yang sama juga. Rotan yang
baik dan berkualitas adalah batang rotan yang berwarna hijau daun pada saat
masih hidup, hal ini menandai bahwa rotan tersebut sudah masak tebang. Batang
rotan yang berwarna hijau daun akan berubah menjadi putih setelah selaput
silikanya terkelupas dan akan makin putih setelah ada proses pemutihan
(bleaching).
Warna rotan adalah warna setelah
dicuci atau dirunti atau diasapi dengan belerang dan belum mendapat perlakuan
pemutihan. Pada umunya rotan berwarna kuning langsat atau kuning
keputih-putihan kecuali beberapa jenis seperti Rotan Semambu (coklat kuning)
dan Rotan Buyung (kecoklat-coklatan). Selain warna kulit, perlu diperhatikan
juga warna hatinya. Seperti Rotan Umbulu (putih bersih) dan Rotan Tohiti
(keabu-abuan).
b. Kilap
Kilap dan suram dapat memberikan
ciri yang khusus dari suatu jenis rotan serta dapat menambah keindahan dari
rotan tersebut. Kilap rotan tergantung pada struktur anatomi, kandungan zat
ekstraktif, sudut datangnya sinar, kandungan air, lemak dan minyak. Makin
tinggi kadar air maka makin suram, makin tinggi lemak dan minyak maka makin
suram.
c. Bau dan Rasa
Menggambarkan kesegaran dari rotan
tersebut, pada rotan segar bau dan rasa tidak mencolok.
d. Berat
Berat rotan tergantung pada
kandungan air, zat ekstraktif dan zat infiltrasi dalam rotan. Kadar air dapat
dikurangi dengan proses pengeringan yang mampu mengurangi dari 40 – 60 %
menjadi titik jenuh serat (15 – 30 %).
e.
Kekerasan/Elastisitas
Menunjukkan bahwa batang rotan mampu
menahan tekanan/gaya tertentu. Sifat ini dipengaruhi oleh kadar air, umur saat
dipungut, posisi batang yang digunakan (pangkal, tengah, ujung).
f. Diameter
Diameter rotan dibagi menjadi 2
(dua), yaitu :
-
Berdiameter kecil, rotan
yang berdiameter kurang dari 18 mm, seperti Rotan Sega, Irit/Jahab, Jermasin,
Pulut Putih, Pulut Merah, Lilin, Lacak, Manau Padi, Datuk Merah, Sega Air,
Ronti, Sabut, Batu, Tapah, Paku dan Pandan Wangi.
-
Berdiameter besar, rotan
yang berdiameter l8 mm atau lebih, seperti Rotan Manau, Batang, Mantang, Cucor,
Semambu, Wilatung, Dahan, Tohiti, Seel, Balukbuk, Bidai, Buwai, Bambu, Kalapa,
Tiga Juru, Minong, Umbulu, Telang dan Lambang.
g. Kesilindrisan
Kesilindrisan dapat diperoleh dengan
perbandingan antara diameter rata-rata pangkal ruas dengan diameter rata-rata
ujung ruas.
h. Ruas
Ruas adalah bagian rotan yang
terletak diantara dua buku.
j. Selaput
Silika
Hampir semua jenis rotan memiliki
lapisan silika yang membalut kulit luarnya, ada yang spesifik dan tebal seperti
Rotan Sega, Jermasin, Irit/Jahab, Buyung. Lapisan silika menampilkan kilap,
pekerjaan mengeluarkan lapisan silika disebut “Runti”.
k. Parut Buaya
Parut buaya terlihat seolah-olah
bekas parut yang menggores kulit kearah transversal. Selain parut buaya ada
pula sifat fisik berupa getah. Rotan yang mengandung getah antara lain Rotan
Getah/Sepat, Lacak, Jernang, dan Jermasin.
Sifat struktur dari rotan belum
banyak diketahui karena belum ada penelitian khusus terhadap sifat-sifat
struktur tersebut. Yang dapat digunakan sebagai petunjuk identifikasi adalah
pori.
Sifat mekanis rotan berkaitan dengan
kemampuan menahan gaya dari luar, antara lain :
a. Keteguhan
Tekan, Patah, Kekakuan dan Keuletan.
Keteguhan
Tekan adalah ketahanan terhadap kekuatan yang cenderung menghancurkan. Keteguhan
Patah adalah ketahanan terhadap kekuatan yang akan mematahkan. Kekakuan adalah
kemampuan untuk mempertahankan bentuk bila dilengkungkan. Keuletan adalah
kemampuan rotan untuk menahan kekuatan yang terjadi secara tiba-tiba dalam
waktu yang singkat.
b. Keteguhan
Tarik
Keteguhan tarik adalah kemampuan
rotan untuk menahan gaya yang cenderung memisahkan bagian-bagian dari rotan.
c. Keteguhan
Geser
Keteguhan geser adalah ketahanan
terhadap gaya yang menggeser rotan.
d. Keteguhan
Belah
Keteguhan belah adalah ketahanan
terhadap gaya yang membelah rotan.
Keawetan adalah daya tahan sesuatu
jenis rotan terhadap berbagai faktor perusak rotan, tetapi biasanya yang
dimaksud adalah daya tahan terhadap faktor biologis yang disebabkan oleh
organisme perusak rotan yaitu jamur dan serangga.
Keterawetan adalah mudah atau
tidaknya jenis rotan tersebut ditembus bahan pengawet jika diawetkan dengan
proses tertentu sehingga rotan yang sudah diawetkan dengan suatu bahan kimia
(pengawet) tahan terhadap serangan organisme perusak sehingga rotan tersebut
awet.
Rotan termasuk dalam klasifikasi
tumbuhan :
-
Divisio : Spermatophyta
-
Sub Divisio : Angiospermae
-
Kelas : Monocotyledonae
-
Ordo : Spacaflorae
-
Famili/Suku : Palmae
Ada 14 Suku antara lain :
1. Calamus (370
jenis)
2. Daemonorops
(115 jenis)
3. Korthalsia
(31 jenis)
4. Plectocomia
(14 jenis)
5. Ceratolobus
(6 jenis)
6.
Plectocomiopsis (5 jenis)
7. Myrialepis (2
jenis)
8. Calopspatha
(2 jenis)
9. Bejaudia (1
jenis)
10. Cornera
11. Schizospatha
12. Eremospatha
13.
Ancitrophylum
14. Oncocalamus
Di Indonesia terdapat 8 suku dengan
jumlah jenisnya + 306 jenis, antara lain :
1. Calamus
2. Daemonorops
3. Khorthalsia
4. Plectocomia
5. Ceratolobus
6.
Plectocomiopsis
7. Myrialepis
8. Calopspatha
Dengan penyebaran :
-
Kalimantan : 137 jenis
-
Sumatera : 91 jenis
-
Sulawesi : 36 jenis
-
Jawa : 19 jenis
-
Irian : 48 jenis
-
Maluku : 11 jenis
-
Sumbawa : 1 jenis
Yang bernilai
komersial tinggi sebanyak 28 jenis
0 komentar:
Posting Komentar