LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI TANAH
Acara: 1
POPULASI BAKTERI TANAH
Nama : Luqman
NIM : H14109050
Kelompok : 3
Asisten : Wiwin dan Rino Saputra
\
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
Universitas Tanjungpura
Pontianak
2012
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Mikroorganisme perombak bahan
organik pada tanah ini umumnya terdiri dari jamur dan bakteri. Pada kondisi
aerobmikroorganisme perombak bahan organik yang merajai adalah jenis jamur,
sedangkan pada kondisi anaerob tergolong jenis bakteri. Mikroorganisme perombak
bahan organic dalam tanah yang bersifat aerob antara lain terdiri atas
Trichoderma, Fomes, Armillaria, Achramobacter, Nocardia, dan Streptomycetes,
sedangkan perombak yang bersifat aerob antar lain terdiri atas Clostridium,
Methanobakter, dan Methanokokus. Bakteri dalam tanah sebagian besar bersifat
heterotrof, yang memanfaatkan sumber energi organic yang sudah jadi seperti
gula, tepung pati, selulosa, dan protein. Hanya sebagian kecil bakteri tanah
bersifat autotrof yang memanfaatkan energi dari sumber anorganik, termasuk
dalam hal ini bakteri besi (Ferrobacillus) dan belerang (Thiobacillus) yang
banyak ditemukan dalam tanah sulfat masam. Kedua bakteri ini tidak langsung
terlibat dalam perombakan bahan organik (Tarigan, 2008).
Aktivitas mikroba dapat dipelajari
dengan mengamati konsumsi O2 maupun evolusi CO2. Laju
perombakan pada kondisi tergenang jauh lebih rendah sepuluh kali dibandingkan
dengan kondisi tidak tergenang. Pada keadaan tergenang konsumsi O2
lebih tinggi dan hasil produksi atau evolusi CO2 lebih rendah
dibandingkan keadaan tidak tergenang. Oksigen pada keadaan tergenang dan juga
terjadinya timbunan produk antara (intermediate product) seperti asam-asm
organic yang mengakibatkan hambatan dalam kegiatan mikroba perombak. Lahan asam
memungkinkan akan mempengaruhi populasi bakteri dimana dalam penelitiannya yang
diberi kapur dan tidak terdapat perbedaan jumlah populasi antara kedua
perlakuan tersebut, populasi bakteri dan aktinomicetes akan menurun pada
perlakuan tanpa kapur (Suriawiria, 2005).
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum ini
adalah untuk mengetahui cara pengisolasian bakteri dari tanah kebun dan untuk
mengetahui cara menghitung koloni bakteri dari tanah kebun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Isolasi
Bakteri
Isolasi adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan
mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh suatu kultur murni.
Kultur murni adalah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan satu
sel tunggal (Black, 1999).
Kultur murni diperlukan karena semua metode septis
mikrobiologis yang digunakan untuk menelaah dan mengidentifikasi
mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri cultural, morfologis, fisiologis,
maupun serologis memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam
mikroorganisme saja (Suhardi, dkk, 2008).
Biakan murni bakteri adalah biakan yang terdiri dari
satu spesies bakteri yang ditumbuhkan dalam medium buatan. Medium buatan
tersebut berfungsi sebagai medium pertumbuhan. Pada medium ini, bakteri dapat
tumbuh dan berkembang biak. Bahan dasar yang digunakan untuk medium pertumbuhan
ini adalah agar-agar. Untuk bakteri heterotrof, medium dilengkapi dengan air
dan molekul makanan misalnya gula,
sumber nitrogen, dan mineral (Purwoko, 2009).
Pembiakan mikroorganisme dalam laboratorium memerlukan
medium yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan
mikroorganisme. Zat hara digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan,
sintesis sel, keperluan energy dalam metabolism dan pergerakan. Lazimnya,
medium biakan berisi air, sumber energy, zat hara sebagai sumber C, nitrogen,
sulfur, fosfat, oksigen, hydrogen serta unsur-unsur tracelement (Meryandini,
2009).
Metode agar-cawan merupakan metode yang paling sering
dipakai. Metode ini telah lama digunakan dalam penetapan mikroorganisme yang
terdapat di dalam tanah yang terbawa erosi, air selokan, hasil pertanian, dan
makanan. Prinsip penetapan jumlah mikroorganisme dalam bahan tersebut adalah
sama. Perbedaannya, adalah dalam pengambilan dan penanganan contoh, pemilihan
media, dan lama inkubasi serta kondisi inkubasi. Suatu hal yang harus
diperhatikan adalah bahwa bahan agar harus mengandung seminimum mungkin senyawa
yang mempunyai energy segera tersedia seperti gula dan protein (Majid, 2007).
2.2 Karakteristik Bakteri Tanah
Bakteri tanah dapat
dikelompokkan dalam beberapa karakteristik, antara lain sebagai berikut:
2.2.1 Pengelompokkan Berdasarkan Sumber Makanan
Berdasarkan sumber
makanannya, bakteri tanah dibagi menjadi (Kusmiati, 2003):
a)
Bakteri autotrof atau bakteri lithotrofik, yaitu bakteri yang dapat
menghasilkan makanan sendiri, contohnya bakteri nitrifikasi, bakteri
denitrifikasi, bakteri pengoksidasi belerang, bakteri pereduksi sulfat.
Bakteri ini dibedakan lagi
menjadi bakteri photoautotroph dan bakteri kemoautotrof. Bakteri
photoautotroph adalah bakteri yang dapat menghasilkan makanan sendiri dengan
sumber energy berasal dari sinar matahari. Sedangkan bakteri kemoautotrof
adalah bakteri yang dapat menghasilkan makanan sendiri dengan sumberenergi
berasal dari oksidasi bahan organik.
b) Bakteri heterotrof atau bakteri
organotropik, yaitu bakteri yang mendapatkan makanan dari bahan organic atau
sisa-sisa dari makhluk hidup lain, baik fauna maupun flora, dan baik makro
maupun mikro. Bakteri ini dikelompokkan menjadi bakteri photoautotroph dan
bakteri kemoautotrof. Bakteri photoautotroph adalah bakteri yang mendapatkan
makanan dari bahan organic atau sisa-sisa makhluk hidup lain dengan sumber
energy berasal dari sinar matahari. Bakteri kemoautotrof adalah bakteri yang
mendspatkan makanan dari bahan organic dengan sumber energy yang digunakan
berasal dari hasil oksidasi bahan organic.
2.2.2 Pengelompokkan Bakteri
Berdasarkan Kebutuhan Oksigen
Pengelompokkan bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen
ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu bakteri aerob, bakteri anaerob dan bakteri
mikroaerofilik. Bakteri aerob adalah bakteri yang selama hidupnya sangat
membutuhkan oksigen. Bakteri anaerob adalah bakteri yang selama hidupnya tidak
membutuhkan oksigen, bahkan bila terdapat oksigen bakteri ini dapat mati.
Sedangkan bakteri mikroaerofilik adalah bakteri yang selama hidupnya hanya
membutuhkan oksigen dalam jumlah yang sedikit (Irianto, 2006).
2.2.3 Pengelompokkan Bakteri
Berdasarkan Peranannya dalam Penyediaan hara bagi Tanaman
Bakteri kelompok ini dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
bakteri pemfiksasi nitrogen, bakteri pelarut sulfat, dab bakteri pereduksi
sulfat. Bakteri pemfiksasi nitrogen dikelompokkan lagi menjadi 3 berdasarkan
hubungannya dengan tanaman, yaitu bakteri simbiosis, bakteri asosiasi, dan
bakteri yang hidup bebas di tanah (Hanafiah, dkk, 2003).
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 1
April 2012. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan
pada praktikum ini adalah alumunium foil, autoklaf, cawan petri, colony
counter, enkas, Erlenmeyer, gelas beaker, hotplate, incubator, kain kasa,
kapas, kertas label, kertas merang, klinpack, pipet tetes, plastic wayang, rak
tabung, tabung reaksi, timbangan digital.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang
digunakan pada praktikum ini adalah akuades, antibiotic, media NA (nutrient
agar), tanah kebun.
3.3 Cara Kerja
Tanah kebun yang telah diambil, kemudian ditimbang
sebanyak 1 gr. Tabung reaksi diisi air sebanyak 9 ml, kemudian disterilkan
dengan autoklaf bersama dengan cawan petri. Tabung reaksi yang telah steril
diberi label 1 – 0,1 – 0,01 – 0,001 – 0,0001. Label tersebut adalah urutan
pengenceran cairan sampel. Sampel tanah yang telah ditimbang, kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1. Tabung reaksi 1 dikocok-kocok agar
homogen. Setelah itu, cairan dari tabung reaksi 1 dimasukkan ke dalam tabung
reaksi 0,1. Cairan dari tabung reaksi 0,1 dimasukkan ke dalam tabung reaksi
0,01, demikian seterusnya hingga yabung reaksi 0,0001.
Pengenceran yang digunakan untuk pembiakan bakteri
pada cawan petri adalah 0,01 – 0,001 – 0,0001. Cairan dari masing-masing tabung
reaksi tersebut dimasukkan sebanyak 1 ml ke dalam cawan petri. Setelah itu,
antibiotic sebanyak beberapa tetes dimasukkan juga ke dalam cawan petri. Media
NA yang telah disiapkan, kemudian ditambahkan ke dalam masing-masing cawan
petri, diputar-putar mengikuti angka 8 beberapa kali. Cawan petri didiamkan
beberapa menit agar media di dalamnya mengeras. Setelah itu, cawan petri
direkatkan dengan klin pack, dan dibungkus dengan kertas merang. Media tersebut
diinkubasi selama 2 x 24 jam. Setelah 2 x 24 jam, jumlah koloni bakteri yang
tumbuh pada media dihitung dengan menggunakan colony counter.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil akan ditampilkan dalam bentuk
tabel berikut ini:
Tabel 1. Pengamatan Jumlah Koloni
Bakteri yang Tumbuh pada Berbagai Sampel Tanah
Kel Sampel Tanah Kebun 10-3 10-4 10-5
1 Jagung 128 133 318
2 Cabe 80 76 95
3 Jagung 432 339 132
4 Terong 3 19 66
5 Keladi 78 70 95
6 Belimbing 131 75 102
4.2
Pembahasan
Tanah merupakan habitat dari mahluk
hidup baik yang berada diatas tanah maupun di dalam tanah. Didalam tanah
bakteri dan fungi memegang peran penting dalam merombak bahan organik atau
sersah-sersah daun. Berdasarkan hasil praktikum didapatkan bahwa bakteri pada
tanaman terong paling sedikit dan bakteri pada tanaman jagung yang paling
banyak. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman jagung memiliki simbiosis paling
banyak dengan bakteri dibandingkan jenis tanamanan lainnya.
Jumlah bakteri paling banyak
ditemukan pada pengenceran 10-3 dikarenakan jumlah bakteri masih
banyak dan mulai berkurang pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi. Manfaat
pengenceran adalah mendapatkan biakan murni bakteri yang lebih kecil sehingga
mempermudah dalam pengamatan. Seri pengenceran dibuat berbeda agar dapat
dijadikan parameter perbandingan pengamatan. Berdasarkan pengamatan ada hasil
pengamatan yang jumlah bekteri lebih banyak pada pengenceran 10-5
dibandingkan seri pengenceran yang lebih kecil. Hal ini disebabkan karena
kurang sterilnya alat yang digunakan sehingga jumlah bakteri pada seri
sebelumnya juga ikut berkembang pad seri yang lebih tinggi.
Cabai merupakan tanaman perdu dari
famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan
sekitar 2.000 spesies yang terdiri dari tumbuhna herba, semak, dan tumbuhan
kerdil lainnya. Dari banyaknya spesies tersebut, hamper dapat dikatakan
sebagian besar merupakan tumbuhan negri tropis. Namun, secara ekonomis yang
dapat atau sudah dimanfaatkan baru beberapa spesies saja. Diantaranya yang
sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari adalah kentang (Solanum
tuberosum)_, tomat (Lycopersicum esculantum), dan tembakau (Nicotiana tabacum) (Black,
1999).
Tanaman cabai (capsicum sp) Sendiri
diperkirakan ada sekitar 20 spesies yang sebagian besarnya tumbuh ditempat
asalnya, Amerika. Diantaranya yang sudah akrab dengan kehidupan manusia baru
bebrapa spesies saja, yaitu cabai besar (C. annum), cabai kecil (C. Frustess
cens), C. baccatum, C. pubescens, dan C. Chinense (Tarigan, 2008).
Tumbuhan semak dikenal juga tanaman
dwi musim (biennial) atau semusim (annual) dengan batang yang agak berkayu.
Tipe dwimusim dikenal di kalangan pertanian sebagai “tipe musim dingin” (winter
type) sementara yang semusim dikenal sebagai “tipe musim panas” (summer type)
atau “musim semi” (spring type). Hasil persilangan kedua tipe tersebut
menghasilkan “tipe separuh musim dingin” (semi-winter type) yang sesuai dengan
daerah subtropika (Suriawiria, 2005).
Menurut Suhardi, dkk (2008),
terdapat bermacam macam tanaman semak. gendola (Basella rubra Linn ), ginje
(Thevetia peruviana), gempur batu (Borreria hispida Schum), garut (Marantha
arundinacea L.), ganyong (Canna edulis) , ganda rusa (Justica gendarrusa L). Banyak
tanaman liar yang bermanfaat sebagai tanaman obat lingkungan sekitar seperti
nting-Anting Acalypha indica, Tapak Liman Elephantopus scaber, patikan kebo
euphorbia hirta, Bandotan Ageratum conyzoides.
Tumbuhan liar ada yang beracun, ada
yang bisa dimakan, dan ada yang disarankan untuk dimakan. Untuk mengetahui
apakah suatu jenis tumbuhan di hutan aman atau tidak untuk dimakan ada beberapa
faktor yang bisa dijadikan pegangan. Tumbuhan yang daun, bunga, buah, atau
umbinya bisa dimakan oleh satwa liar adalah tumbuhan yang tidak beracun.
Sementara itu, tumbuhan yang berbau tak sedap dan bisa membuat pusing, serta
tidak disentuh oleh binatang liar, sebaiknya jangan disentuh. Contohnya,
tumbuhan bergetah yang membuat kulit gatal (Purwoko, 2009).
Biomasa fungi dan bakteri sangat
penting bagi tanah. Karena dapat menyimpan nutrisi yang dibutuhkan tumbuhan di
bagian atas tanah. Tanpa organisme ini, kandungan nutrisi akan larut dalam air
tanah dan tidak di simpan untuk kebutuhan tumbuhan. Tanah yang hanya mengandung
fungi akan bersifat asam sebagai hasil metabolisme fungi. Aktivitas bakteri
biasanya mencapai puncak pada musim semi dan penghujan. Pada musim kemarau
aktivitasnya sangat menurun (Majid, 2007).
Pada umumnya bakteri memerlukan
kelembapan yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan kadar air dari
protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada proses
pembekuan dan pengeringan. Jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan seperti
suhu tinggi, kekeringan atau zat-zat kimia tertentu, beberapa spesies dari
Bacillus yang aerob dan beberapa spesies dari Clostridium yang anaerob dapat
mempertahankan diri dengan spora. Spora tersebut dibentuk dalam sel yang
disebut endospora. Endospora dibentuk oleh penggumpalan protoplasma yang
sedikit sekali mengandung air. Oleh karena itu endospora lebih tahan terhadap
keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan bakteri aktif.
Apabila keadaan lingkungan membaik kembali, endospora dapat tumbuh menjadi satu
sel bakteri biasa. Letak endospora di tengah-tengah sel bakteri atau pada salah
satu ujungnya (Kusmiati, 2003).
Mikroorganisme
endofit adalah mikrorganisme yang mempunyai siklus hidup berada dalam jaringan
tanaman dan dapat membentuk koloni tanpa menimbulkan kerusakan pada tanaman
tersebut. Mikroorganisme ini dapat diekstrak dari bagian dalam tanaman atau
diisolasi dari permukaan jaringan tanaman. Selain itu mikroorganisme ini dapat
digunakan sebagai biological
control bagi tanaman
patogen atau untuk memacu pertumbuhan tanaman (Irianto, 2006).
Beberapa
mikroba endofit yang telah berhasil diisolasi dari bagian dalam beberapa
tanaman pangan, misalnya jagung dapat meningkatkan produksi hormon pertumbuhan.
Setiap tanaman tingkat tinggi mengandung beberapa mikroorganisme endofit yang
mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder yang diduga sebagai
akibat koevolusi atau transfer genetik (genetic recombination) dari
tanaman inangnya ke dalam mikroorganisme endofit.
Mikroba
endofit yang dapat menghasilkan beberapa hormon pertumbuhan contohnya,
bakteri Rhizobium yang terseleksi mampu
menstimulasi pertumbuhan dan terbukti mampu memproduksi fitohormon yaitu
sitokinin dan auksin. Azotobacterdan Azospirillum ditumbuhkan untuk memacu
pertumbuhan tanaman karena kemampuannya dalam memfiksasi nitrogen, ternyata dua
mikroba ini juga dapat menghasilkan hormon pertumbuhan seperti auksin,
giberelin, dan sitokinin. Setiap hormon yang dihasilkan sangat mempengaruhi
kehidupan tanaman (Hanafiah, dkk, 2003).
Azospirillum
sp. merupakan bakteri tanah penampat nitrogen nonsimbiotik. Bakteri ini
hidup bebas di dalam tanah, yang berada disekitar atau dekat dengan perakaran.
Dari hasil penelitian Azospirillum
sp. memiliki banyak
manfaat dalam tanah dan tanaman, sehingga sering digunakan sebagai biofertilizer. Bakteri ini
digunakan sebagai biofertilizer karena mampu menambat nitrogen
40-80% dari total nitrogen dalam rotan dan 30% nitrogen dalam tanaman jagung.
Selain itu Azospirillum sp. dapat menghasilkan
beberapa hormon pertumbuhan hingga 285,51 mg/liter dari total medium
kultur, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemupukan. Selain itu, Azospirillum sp. juga mempunyai kemampuan
merombak bahan oganik di dalam tanah. Bahan organik yang dimaksud adalah bahan
organik yang berasal dari kelompok karbohidrat seperti selulosa, amilosa, dan
bahan organik yang mengandung sejumlah lemak dan protein (Black, 1999).
Azospirillum
sp. sebagai
penghasil fitohormon sangat berguna bagi tumbuhan karena dengan adanya
fitohormon tersebut maka tanaman akan tumbuh dengan cepat. Fitohormon adalah
hormon tumbuhan yang berupa senyawa organik yang dibuat pada suatu bagian
tanaman dan kemudian diangkut ke bagian lain, yang dengan konsentrasi rendah
menyebabkan suatu dampak fisiologis. Peran suatu hormon adalah merangsang
pertumbuhan, pembelahan sel, pemanjangan sel, dan ada yang menghambat
pertumbuhan. Fitohormon yang dihasilkan bakteri ini adalah auksin, sitokinin,
giberelin dan etilen. Hormon-hormon ini berperan penting dalam pertumbuhan
tanaman dan masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda pada pertumbuhan
suatu tanaman (Suhardi, dkk, 2008).
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan
dari percobaan ini adalah:
-
Tanaman jagung paling
banyak melakukan simbiosis dengan bakteri tanah.
-
Tanaman terong paling
sedikit melakukan simbiosis dengan bakteri tanah.
-
Jumlah bakteri rata-rata
paling banyak ditemukan pada pengenceran 10-3.
5.2 Saran
Sebaiknya
menggunakan tanah tanaman herbal juga.
DAFTAR PUSTAKA
Black J G. 1999. Microbiology : Principles and
Explorations. New Jersey : Prentince Hall.
Hanafiah, Kemas Ali. Dkk. 2003. Ekologi Dan
Mikrobiologi Tanah.Jakarta:
Rajawali Perss.
Irianto, Koes. 2006.Mikrobiologi.Bandung: Yrama
Widya.
Kusmiati, Priadi Dodi. 2003. Kriopreservasi bakteri
amilolitik Escherichia coli dengan krioprotektan Berbeda. BioSMART 2003; 5:
21-24.
Majid, Abdul.2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Meryandini Anja et al. 2009. Isolasi bakteri dan
karakterisasi enzimnya. Makara Sains
2009; 13: 33-38.
Purwoko T. 2009. Fisiologi Mikroba. Jakarta : Bumi
Aksara.
Suhardi, Koesnandar,
Indriani, Arnaldo. 2008. Biosafety : Pedoman Keselamatan Kerja di
Laboratorium Mikrobiologi dan Rumah Sakit. Jakarta : PT. Multazam Mitra Prima.
Suriawiria U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Papas
Sinar Sinanti.
Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi.
Jakarta: Depdiknas
0 komentar:
Posting Komentar