BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sel merupakan unit terkecil dari suatu
makhluk hidup yang menjadi tempat pengatur segala proses metabolism serta
pertukaran nutrisi ke dalam tubuh. Untuk hidup, setiap makhluk hidup baik
tumbuhan, hewan maupun mikroorganisme pasti membutuhkan air, gas-gas serta
zat-zat hara yang diambil dari
lingkungannya. Oleh karena kebutuhan ini, maka sel dalam setiap makhluk hidup
tersebut akan melakukan transport atau pertukaran zat di dalam tubuhnya. Semua
makhluk hidup baik organisme prokariot maupun eukariot yang kompleks sekalipun
pasti akan melakukan transport atau pertukaran zat dengan lingkungannya pada
tingkat seluler pada tubuh yang berfungsi untuk kelangsungan hidupnya.
Pertukaran zat tersebut sangat penting bagi proses metabolisme selnya.
Transport zat ini dapat berlangsung baik secara aktif (memerlukan energy(ATP))
maupun secara pasif (tanpa memerlukan energy). Adapun transport zat secara
pasif meliputi proses difusi dan osmosis (Campbel. 2003
).
Membran sitoplasma merupakan bagian yang mengatur keluar
masuknya senyawa kimia dari dan ke dalam sel. Dengan adanya membran sel,
organisme maupun mikroorganisme mampu berada pada posisi yang tepat pada
lingkungan zat kimia yang kompleks dan selalu berubah, mampu mengambil dan
menahan nutrien sejumlah yang diperlukan dan membuang produk buangannya.
Membran sel juga mampu menyediakan kemudahan biokimiawi untuk memindahkan
ion-ion mineral, gula asam-asam amino, elektron, serta metabolit lain melewati
membran. Substansi-substansi dalam larutan ini melewati membran dengan cara
difusi dan transport aktif serta proses osmosis tidak spesifik (Santoso M.
Si, D. B. 2005).
Proses ini akan menyamakan konsentrasi larutan di luar
dan di dalam sel. Larutan bergerak dari yang lebih encer ke yang lebih pekat,
umumnya dari luar ke dalam sel. Transport aktif bersifat sangat selektif dan
mampu memperlakukan larutan (solut) secara efektif. Transpot aktif mampu
melakukan penumpukan solut di dalam sel yang kadarnya lebih tinggi daripada di
luar sel. Transport aktif juga mampu memasukkan nutrien yang di luar sel
kadarnya sangat rendah. Mekanisme transpor aktif melibatkan portir membran dan
membutuhkan energi. Pada transpor pasif, suatu substansi secara spontan berdifusi
menuruni gradien konsentrasinya tanpa memerlukan pengeluaran energi oleh sel.
Molekul hidrofobik dan molekul polar tak bermuatan yang berukuran kecil
berdifusi langsung melintasi membran. Substansi hidrofilik berdifusi melalui
protein transpor dalam suatu proses yang disebut difusi yang dipermudah.
BAB II
ISI
2.1 Membran sel
Ciri suatu sel hidup adalah
memasukkan zat-zat yang diperlukan ke dalam sel san mengeluarkan zat-zat sisa
yang tidak diperlukan keluar sel (Tjitrosoepoemo, G. 1999. Begitupula untuk
mempertahankan konsentrasi ion-ion di dalam sitoplasma, sel juga selalu
memasukkan dan mengeluarkan ion-ion tertentu. Pengaturan keluar masuknya
zat-zat serta ion-ion ini melalui membran sel. Keluar masuknya zat-zat serta
ion-ion melalui membran ini dikenal dengan transportasi zat ke dalam dan ke
luar sel. Dalam keadaan istirahat pun, sel tetap melakukan transportasi zat,
baik zat-zat makanan, air, dan oksigen. Membran
sel tersusun dari ±50% lipid dan 50% protein. Karena susunan membran sel yang
demikian, maka membran sel bersifat semipermeabel atau selektif permeabel.
Artinya, membran sel hanya dapat dilalui oleh air dan zat-zat tertentu yang
terlarut didalamnya (Campbell, 2003).
Membran sel
merupakan bagian yang mengatur keluar–masuknya senyawa kimia dari dan ke dalam
sel pada tumbuhan. Dengan adanya membran sel, tumbuhan mampu berada pada posisi
yang tepat pada lingkungan zat kimia yang kompleks dan selalu berubah, mampu
mengambil dan menahan nutrien sejumlah yang diperlukan, dan membuang produk
buangannya. Membran sel juga mampu menyediakan kemudahan biokimiawi untuk
memindahkan ion-ion mineral, gula, asam-asam amino, elektron, serta metabolit
lain melewati membran. Substansi-substansi dalam larutan ini melewati membran
dengan cara difusi dan transpor aktif serta Proses osmosis tidak spesifik.
2.2 Penyerapan Zat
Pada umumnya, air dan zat-zat hara tanah
diserap melalui akar. Sebagian zat
yang lain terutama gas O2 dan CO2, diserap melalui daun.
Selanjutnya, zat-zat tersebut akan dibawa ke daun karena daun merupakan pusat
aktivitas penyusunan zat-zat yang dibutuhkan tumbuhan (Steenis,
C.G.G.J., 1978).
Gambar 2.1.a Penyerapan zat pada akar
Alat penyerapan
Pada tumbuhan darat,
sebagian besar air dan zat hara diserap dari tanah melalui akarnya. Zat yang
lain seperti O2 dan CO2 banyak diserab melalui daun, terutama melalui
mulut-mulut daun (stomata). Pada daerah dekat ujung akar terdapat
rambut-rambut akar. Rambut akar terbentuk
dari sel-sel epidermis akar yang memanjang ke arah luar. Sel yang memanjang ini
akan memperluas bidang penyerapan sehingga lebih banyak zat akan terserap (Riandary, H.
2007).
Permeabilitas Membran & Cara Penyerapan
Zat
Tidak terlalu mudah
untuk memahami bagaimana zat-zat diserap oleh tumbuhan. Pada hewan dan manusia,
cara penyerapan terjadi dengan sangat nyata, sedangkan pada tumbuhan tidak
demikian. Dengan mudah kita menyerap minuman dari botol dengan sedotan, atau
menghisap udara dengan alat pernafasan kita. Menyerap zat berarti menggerakkan
zat dari luar tubuh masuk ke dalam tubuh. Untuk proses itu dibutuhkan tenaga
yang menggerakkannya. Selain itu, masuknya partikel zat ke dalam sel harus
menembus dinding dan membran (rintangan), sehingga laju pergerakan partikel zat
ke dalam sel terjadi jauh lebih lambat. Dalam kaitan ini, keluar masuknya zat
(ke dalam dan ke luar) sel ditentukan oleh kemampuan membran ditembus zat yang
disebut permeabilitas membran. Zat-zat yang keluar masuk sel akar atau daun
dapat berupa gas-gas, air dan ion-ion. Sifat dari ketiga golongan zat tersebut
berbeda, maka permeabilitas membran terhadap zat-zaat tersebut juga berbeda.
Karena itu cara penyerapannya juga berbeda
(Salisbury, F.B. dan C.W.Ross. 1985).
Permeabilitas dan Semi Permeabilitas merupakan kemampuan
yang dimiliki oleh membran sel dalam menyaring pertikel-partikel yang akan
melalui membran sel. Permeabilitas membran tergantung pada ffluiditas inti
hidrofobik membran dan aktivitas protein pengangkutnya. Oleh karena itu,
keadaan lingkungan yang dapat mengganggu keduanya akan mempengaruhi
permeabilitas membran terhadap suatu solut. Sehingga dapat dikatakan bahwa
permeabilitas merupakan kemampuan yang dimiliki oleh membran sel dalam
menyaring partikel-partikel, yang menyerupai sifat membran permeabilitas. Hal
ini dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sel serta fluiditas inti
hidrofobik membran dan aktivitas protein pengangkutnya (Campbel.
2003).
2.3 Transpor
Pasif
Transpor
pasif merupakan perpindahan zat yang tidak memerlukan energi. Perpindahan zat
ini terjadi karena perbedaan konsentrasi antara zat atau larutan. Transpor
pasif melalui peristiwa difusi, osmosis dan difusi terbantu. Transport pasif
meliputi transport ion, molekul, dan senyawa yang tidak memerlukan energi untuk
melewati membran plasma. Transport pasif mencakup proses osmosis dan difusi,
dimana proses transportasi pasif meliputi proses-proses sebagai berikut :
1.
Difusi, dibedakan menjadi difusi dipermudah dengan saluran protein dan
difusi dipermudah dengan protein pembawa.
2.
Osmosis adalah kasus khusus dari transpor pasif, dimana molekul air
berdifusi melewati membran yang bersifat selektif permeabel.
3.
Dalam sistem osmosis, dikenal larutan hipertonik (larutan yang mempunyai
konsentrasi terlarut tinggi), larutan hipotonik (larutan dengan konsentrasi
terlarut rendah), dan larutan isotonik (dua larutan yang mempunyai konsentrasi
terlarut sama).
4.
Jika terdapat dua larutan yang tidak sama konsentrasinya, maka molekul air
melewati membran sampai kedua laruta seimbang.
5.
Dalam proses osmosis, pada larutan hipertonik, sebagian besar molekul air
terikat (tertarik) ke molekul gula (terlarut), sehingga hanya sedikit molekul
air yang bebas dan bisa melewati membran.
6.
Sedangkan pada larutan hipotonik, memiliki lebih banyak molekul air yang
bebas (tidak terikat oleh molekul terlarut), sehingga lebih banyak molekul air
yang melewati membran.
7.
Oleh sebab itu, dalam osmosis aliran netto molekul air adalah dari larutan
hipotonik ke hipertonik.
8.
Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam, perubahan bentuk sel
terjadi jika terdapat pada larutan yang berbeda.
9.
Sel yang terletak pada larutan isotonik, maka volumenya akan konstan. Dalam
hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama.
10. Jika sel terdapat pada larutan yang hipotonik, maka sel
tersebut akan mendapatkanbanyak air, sehingga bisa menyebabkan lisis (pada sel
hewan), atau turgiditas tinggi (pada sel tumbuhan).
11. Sebaliknya jika sel berada pada larutan hipertonik, maka
sel banyak kehilangan molekul air, sehingga sel menjadi kecil dan dapat
menyebabkan kematian.
2.4 Proses Difusi
Proses
difusi merupakan perpindahan molekul larutan berkonsentrasi tinggi menuju
larutan berkonsentrasi rendah tanpa melalui selaput membran. Contoh sederhana
adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lama kelamaan cairan akan terasa
manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara, dimana
pada masing-masing zat, kecepatan difusi berbeda-beda. Difusi
merupakan salah satu prinsip yang menggerakkan partikel zat seperti CO2, O2 dan
H2O masuk ke dalam jaringan. Gerak partikel zat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, meliputi (Pratiwi, D. 2007) :
1) Beda suhu .
Setiap zat cenderung dalam keadaan bergerak. Tenaga
gerak semakin besar pada suhu yang semakin tinggi, sehingga gerak zat akan
semakin cepat. Coba perhatikan saat kita memanaskan air. Molekul air akan
bergerak semakin cepat bikla akan semakin panas. Adanya gerakan zat ini dapat
menjadi salah satu pendorong masuknya zat ke dalam akar.
2) Beda konsentrasi.
Dengan kata lain, perbedaan konsentrasi zat
membangkitkan tenaga gerak suatu zat.
3) Beda tekanan.
Pergerakan zat juga terjadi karenaadanya beda
tekanan antara dua daerah. Misalnya, antara daerah di sekitar akar (rizhosfir)
dengan keadaan di dalam sel / jaringan (Latunra.
2007).
4) Zat-zat adsorptif (permukaannya
mudah mengikat zat).
Adanya daya ikat permukaan partikel zat
menyebabkan gerak zat dihambat. Suatu zat juga akan bergerak menyebar karena
adanya perbedaan (gradien) tekanan atau suhu. Angin merupakan udara yang
bergerak. Udara bergerak dari daerah bertekanan kuat ke daerah bertekanan
lemah, dari daerah dingin ke daerah yang lebih panas. Suatu zat juga akan
bergerak menyebar dari daerah berkonsentrasi lebih besar (lebih pekat) ke
daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Jadi, pada dasarnya setiap zat akan
bergerak bila terjadi perbedaan suhu, tekanan atau konsentrasi.
Cara
penyerapan zat :
1). Difusi sederhana, terjadi pada penyerapan gas-gas dan air
2). Difusi terfasilitasi, terjadi pada
penyerapan molekul-molekul besar seperti glukosa, sukrosa. Salah satu proses difusi yang dikenal yaitu difusi
terbantu, dimana proses difusi terbantu difasilitasi oleh suatu protein. Difusi
terbantu sangat tergantung pada suatu mekanisme transport dari membran sel.
Difusi terbantu dapat ditemukan pada kehidupan sehari-hari, misalnya pada
bakteri Escheria coli yang diletakkan
pada media laktosa. Membran bakteri tersebut bersifat impermeabel sehingga
tidak dapat dilalui oleh laktosa. Setelah beberapa menit kemudian bakteri akan
membentuk enzim dari dalam sel yang disebut permease, yang merupakan suatu
protein sel. Enzim permease inilah yang akan membuatkan jalan bagi laktosa
sehingga laktosa ini dapat masuk melalui membran sel (Yuwono, I.
T. 2002).
3) Transpor aktif, pada penyerapan
bermacam-macam ion. Walaupun ion berukuran kecil, tetapi paling sulit melewati
membran Permeabilitasnya membran terhadap ion-ion adalah laing rendah. rendah).
Karena itu untuk menyerapnya dibutuhkan tenaga (aktif) (Mangunwiyoto,
W. 2004).
2.5 Proses Osmosis
Osmosis
adalah proses perpindahan air dari zat yang berkonsentrasi rendah (hipotonis)
ke larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis), proses ini biasa melalui
membran selektif permeabel dari bagian
yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Osmosis adalah difusi air melalui
membran semi‐permeabel, dari
larutan yang banyak
air ke larutan yang sedikit air. Definisi paling
sederhananya adalah difusi air melalui membran semipermeabel (permeabel hanya
kepada pelarut, tidak kepada terlarut). Osmosis melepaskan energi, dan bias
melakukan kerja, sebagaimana akar pohon yang
bias membelah batu. Pelarut (dalam banyak kasus adalah
air) bergerak dari larutan berkonsentrasi lebih rendah (hipotonik) ke larutan
berkonsentrasi lebih tinggai (hipertonik) yang bertujuan menyamakan konsentrasi
kedua larutan. Efek ini dapat dilihat dari bertambahnya tekanan pada larutan
hipertonik relatif terhadap larutan hipotonik. Sehingga tekanan osmotik
didefinisikan sebagai tekanan yang diperlukan untuk menjaga kesetimbangan,
dengan tidak adanya aliran pelarut. Tekanan osmotik merupakan properti
koligatif, yaitu properti yang gayut terhadap konsentrasi molar zat terlarut
dan bukan terhadap jenis zatnya (Lakitan, B. 2008).
Osmosis merupakan fenomena yang
penting di dalam sistem biologis karena kebanyakan membran biologis bersifat
semipermeabel. Secara umum, membran-membran tersebut tidak permeable terhadap
bahan organik dengan molekul besar, seperti polisakarida, akan tetapi permeabel
terhadap air dan zat‐zat
kecil dan tidak bermuatan. Permeabilitas juga gayut terhadap properti
kelarutan, muatan atau sifat kimiawi serta ukuran zat terlarut. Molekul air,
misalnya, dapat bergerak melewati dinding sel, tonoplast (vakuola) atau
protoplast dengan dua cara, yaitu dengan berdifusi melalui lapisan ganda
fosfolipida secara langsung, atau melalui aquaporin (protein transmembran kecil
yang memfasilitasi difusi dan membentuk kanal ion) (Pujiyanto,
S. 2008). Osmosis memberikan cara yang mudah bagi transpor air
keluar atau masuk sel. Tekanan turgor sel dijaga dengan osmosis pada membran
sel, antara bagian dalam sel dan lingkungannluarnya yang relative lebih
hipotonik (Lakitan, B. 2008).
Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut,
tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang
membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara
buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi yang lebih
encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut
melalui membran selektif permeabel dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang
lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat
koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat
terlarut dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri. Osmosis juga merupakan
suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menejelaskan
mengapa air dapat ditransportasi ke dalam dan ke luar sel (Kusnadi. 2007).
Osmosis terbalik adalah sebuah istilah teknologi yang
berasal dari osmosis. Osmosis merupakan sebuah fenomena alam dalam sel hidup di
mana molekul “solvent” (biasanya air) akan mengalir dari daerah “solute” rendah
ke daerah “solute” tinggi melalui sebuah membran semipermeabel. Membran
semipermeabel ini menunjuk ke membran sel atau membran apapun yang memiliki
struktur yang mirip atau bagian dari membran sel. Gerakan dari “solvent”
belanjut sampai sebuah konsentrasi yang seimbang tercapai di kedua sisi
membran. Reverse osmosis adalah sebuah proses pemaksaan sebuah solvent dari
sebuah daerah konsentrasi “solute” tinggi melalui sebuah membran ke sebuah
daerah “solute” rendah dengan menggunakan sebuah tekanan melebihi tekanan
osmotik.
Gambar 2.3.a Proses terjadinya osmosis
Pelarut atau solvent (dalam
banyak kasus adalah air) bergerak dari larutan berkonsentrasi lebih rendah
(hipotonik) ke larutan berkonsentrasi lebih tinggi (hipertonik) yang bertujuan
menyamakan konsentrasi kedua larutan (Al Barry, D. Y. 2001). Efek ini dapat dilihat dari bertambahnya tekanan pada
larutan hipertonik relatif terhadap larutan hipotonik. Sehingga tekanan osmotik
didefinisikan sebagai tekanan yang diperlukan untuk menjaga kesetimbangan,
dengan tidak adanya aliran pelarut. Tekanan osmotik merupakan properti
koligatif, yaitu properti yang gayut terhadap konsentrasi molar zat terlarut (solute)
dan bukan terhadap jenis zatnya (Jati, W. 2007 ).
Faktor penyerapan secara Osmosis
Terdapat 2 faktor
penting sesuai dengan hukum Fick pertama yang menentukan laju osmosis ke dalam
jaringan (melewati membran), yaitu (Innerarity, S. 2002) :
1) Faktor perbedaan (gradien) potensial air
antara cairan sel penyerapan dengan larutan tanah di luarnya.
2) Permeabilitas membran terhadap zat-zat.
BAB III
KESIMPULAN
Proses difusi dan osmosis merupakan proses yang sangat
penting bagi tumbuhan untuk pertukaran zat. Difusi merupakan perpindahan zat
terlarut dari hipertonis (konsentrasi tinggi) ke larutan hipotonis (konsentrasi
rendah) tanpa melalui membran semipermeabel. Sedangkan osmosis merupakan
perpindahan zat pelarut dari larutan hipertonis
ke larutan hipotonis melalui membran semipermeabel.
DAFTAR PUSTAKA
Al Barry, D. Y. 2001. Kamus Ilmiah Populer.
Yogyakarta: Arkola.
Alkatiri, S. 1996. Kajian Ringkas
Biologi. Erlangga University Press. Surabaya.
Campbel. 2003. Biologi Jilid 2 lux ed. 5. Erlangga. Jakarta.
Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Innerarity, S. 2002. Fluid & electrolytes made
incredibly easy. Springhouse
Corporation United States of America.
Jati, W. 2007 .
Aktif Biologi. Ganeca. Jakarta.
Kaufman. 1975. Laboratory Experiment in Plant Physiology. Macmillan Publishing Co., Inc . New York.
Kusnadi. 2007. Biologi. Piranti . Jakarta.
Lakitan, B. 2008. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja
Grafindo Persada . Jakarta.
Latunra. 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II . Universitas Hasanuddin. Makassar
Mangunwiyoto, W. 2004. Pokok - Pokok Fisika. Erlangga. Jakarta.
Pratiwi, D. 2007. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Pujiyanto, S. 2008. Menjelajah Dunia Biologi 2. Tiga
Serangkai Pustaka. Solo
Riandary, H. 2007. Biologi 2. Tiga Serangkai. Solo.
Santoso M. Si, D. B. 2005. Biologi dan Kecakapan
Hidup. Ganeca. Jakarta.
Salisbury, F.B. dan
C.W.Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan jilid 3. DiterjemahkanOleh Dr. Diah, R.
Lukman dan Ir. Sumaryono, MSc., ITB Press, Bandung.
Salisbury, F.B. dan
C.W.Ross. 1985. Plant Physiology Third Edition.Wodsworth
Publishing Company. Belmont, California.
Steenis, C.G.G.J.,
1978. Flora. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Tjitrosoepoemo, G. 1999. Botani umum 2 . Angkasa :
Bandung.
Yuwono, I. T. 2002. Biologi Molekuler. Erlangga . Jakarta.
1 komentar:
Makasih kak postingannya sangat bermanfaat....
Jangan lupa mampir ke blog saya juga ya
https://resanjani.blogspot.com
Posting Komentar