LAPORAN SUPRAVITAL STAINING MIKROTEKNIK


BAB  I
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
Pengamatan kondisi patologis yang terjadi di dalam rongga mulut dapat dilakukan dengan membuat preparat apusan yang diperoleh dengan membuat irisan tipis dari sepotong kecil jaringan yang telah difiksasi, kemudian dipulas, dilekatkan dalam medium dengan indeks refraksi yang sesuai di atas sebuah kaca objek kemudian ditutup dengan suatu kaca tutup. Setelah hasil usapan ditempel pada gelas objek secara merata kemudian direndam dalam larutan alkohol 96% untuk fiksasi.
Jaringan yang telah difiksasi kemudian direhidrasi dengan cara merendam gelas objek dalam sederetan alkohol yang konsentrasinya makin menurun. Setelah itu, baru dilakukan pemulasan atau pewarnaan yang bertujuan meningkatkan kontras alami dan untuk memperjelas berbagai unsur sel dan jaringan. Setelah dipulas, kelebihan warna dihilangkan melalui proses dehidrasi (penarikan molekul air dari dalam jaringan) yang dilakukan dengan cara merendam gelas objek dalam deretan alkohol dengan konsentrasi yang makin meningkat. Jaringan tersebut kemudian dijernihkan dengan agen penjernih seperti xilol, kloroform, benzene, dan  minyak kayu sedar. Setelah dikeluarkan dari larutan penjernih, diatas irisan jaringan tersebut diberi setetes medium saji yang mempunyai indeks refraksi hampir sama dengan indeks refraksi kaca, misalnya balsam Canada. Sajian itu ditutup dengan kaca tutup dan dibiarkan mengering (Leeson,1990).
Jaringan epitelium (epithelial tissue) terdapat dalam wujud lapisan-lapisan sel yang terkemas dengan rapat. Pada banyak epitelium, sel-sel tersebut dipatri menjadi satu oleh tight junction (persambungan ketat). Permukaan bebas pada epitelium itu terpapar ke udara atau cairan, sementara sel-sel yang berada di bagian dasar rintangan itu melekat ke suatu membran basal (Campbell, 2004).

1.2 Rumusan masalah
            Rumusan masalah yang didapatkan berdasarkan latar belakang diatas adalah:
-Bagamana membuat sediaan sel dengan menggunakan pewarna yang tidak membunuh sel?
1.2    Tujuan
            Tujuan dari praktikum ini adalah membuat sediaan sel dengan menggunakan pewarna yang tidak membunuh sel.



BAB  II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 pengertian sel
Pada tahun 1850 seorang ahli patologi dari Austria bernama Rudolf Virchow melaporkan bahwa seliap hewan tampaknya tersusun dari sejumlah unit vital, dan masing-masing unit tersebut memiliki tanda-tanda kehidupan yang lengkap, unit ini kemudian disebut cell (sel). Selanjutnya Virchow menduga bahwa semua sel berasal dari sel juga. Teori sel modern berkembang dari pernyataan-pernyataan Virchow berikut ini:
1.      Setiap mahluk hidup tersusun dari satu sel atau lebih.
2.      Organisme hidup terkecil adalah sel tunggal, sel tunggal dan sel-sel tersebut merupakan unit fungsional dari organisme.
3.      Semua sel berasal dari sel yang ada sebelumnya.
Kebanyakan sel berukuran sangat kecil diameternya berkisar antara 1 - 100 mikrometer (micron). Ukuran yang kecil berhubungan erat dengan proses kehidupannya. Sebagai mahluk hidup maka sel memerlukan nutrisi dan air dari lingkungannya, dan harus membuang sisa-sisa metabolisme ke luar sel. Keluar masuknya kedua bahan tersebut melalui berbagai macam mekanisme antara lain difusi (Acara III). Apabila sel berukuran besar maka proses perpindahan bahan-bahan tersebut dari luar ke bagian paling dalam dari sel atau sebaliknya menjadi sangat lama sehingga akan mengganggu atau bahkan mengancam proses kehidupannya. Sebagai contoh pada suatu sel berukuran sekitar 20 cm, maka oksigen dari luar untuk menyebar sampai ke bagian tengah sel memerlukan waktu 200 hari (Audesrisk, dkk. 2001). Jelas hal ini akan menghambat semua proses yang ada di dalam sel, dengan kata lain mengancam kelangsungan hidupnya.
2.2 Pengertian Sel Epitel
Jaringan epitel terdiri dari kumpulan sel-sel yang sangat rapat susunannya sehingga membentuk suatu lembaran, maka disebut sebagai membran epitel atau disingkat sebagai epitel saja untuk membedakan dengan epitel kelenjar. Adhesi diantara sel-sel ini sangat kuat, membentuk lembaran sel yang menutupi permukaan tubuh dan membatasi atau melapisi rongga-rongga tubuh. Jaringan epitel tidak memiliki substansi interseluler dan cairannya sangat sedikit.
Istilah epithelium berasal dari kata epi yang berarti upon atau di atas dan thele yang berarti nipple atau punting. Penggunaan istilah epitel meluas untuk semua bentuk lapisan yang terdiri atas lembaran sel-sel (cellular membrane) baik yang bersifat tembus cahaya ataupun yang tidak. Dengan berkembangnya pemakaian mikroskop, maka istilah epitel tidak terbatas pada kumpulan sel yang membentuk membran yang menutupi, tetapi juga digunakan untuk kelenjar. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian embriologis yang menyimpulkan bahwa sel-sel epitel pada permukaan tumbuh ke dalam jaringan pengikat di bawahnya dan berkembang menjadi kelenjar.
2.3 Pengertian Sel Epitel mukosa mulut 

Sel-sel epitel mukosa mulut terdiri dari empat lapisan berturut-turut dari yang paling dalam ke permukaan yaitu lapisan germinativum/basalis, lapisan spinosum, lapisan granulosum dan lapisan corneum. Stratum basalis terdiri dari selapis sel berbentuk kubus yang berbatasan dengan  lamina propia dan mengandung sel-sel induk yang secara kontinyu bermitosis dan anak selnya dikirimkan ke lapisan yang lebih superfisial. Stratum spinosum terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk bulat atau oval dan mempunyai karakteristik sel yang mulai matang. Stratum granulosum terdiri dari beberapa lapis sel yang lebih gepeng dan lebih matang dari stratum spinosum dan mengandung banyak granula keratohyalin yang merupakan bakal sel keratin. Stratum corneum terdiri dari selapis atau berlapis-lapis sel (tergantung regio) berbentuk pipih yang tidak berstruktur dan tidak mempunyai inti sel. Mukosa mulut dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu mukosa pengunyahan, mukosa penutup dan mukosa khusus. Mukosa pengunyahan terdapat di regio rongga mulut yang menerima tekanan kunyah seperti gusi dan palatum durum. Jaringan epitelnya parakeratinised (mempunyai lapisan keratin tipis yang beberapa selnya da yang masih memiliki inti sel yang tidak sempurna). Mukosa penutup terdapat pada dasar mulut, permukaan inferior lidah, permukaan dalam bibir dan pipi, palatum molle dan mukosa alveolaris kecuali gusi. Tipe epitelnya nonkeratinised (tidak memiliki lapisan keratin). Mukosa khusus terdapat pada dorsum lidah, tipe epitelnya ortokeratinised (memiliki lapisan keratin yang tebal yang terdiri dari sel-sel yang sudah tidak berinti) (Puspitawati, 2003). Perbandingan antara sel basal-parabasal, sel intermediet, dan sel superfisial disebut indeks maturasi. Pada kondisi normal, jumlah sel pada lapisan superfisial sesuai dengan jumlah sel pada lapisan sel basal (Naib, 1970).
Rongga mulut dibatasi oleh membrane mukosa yang berhubungan dengan kulit. Rongga mulut terdiri dari bibir yang disekitarnya mulut yang terbuka, pipi berada disepanjang rongga, lidah dan ototnya, hard dan soft palate. Mukosa mulut normalnya berwarna merah jambu terang (light pink) dan lembab. Pada dasar mulut dan area bawah lidah kaya akan pembuluh darah.tipe dari ulcer atau trauma dapat mengakibatkan perdarahan. Ada 3 kelenjar saliva yang mensekresikan 1 liter saliva per hari. Kelenjar buccal ditemukan pada mukosa yang membatasi pipi dan mulut yang mencegah hygiene dan kenyamanan pada jaringan oral. Gigi adalah organ mengunyah, atau mastication. Mereka didesain untuk memotong, menyobek, dan mematahkan makanan sehingga dapat dicampur dengan saliva dan ditelan. Gigi yang normal terdiri dari kepala, leher, dan akar. Gigi yang sehat terlihat putih, bersinar, dan berdiri sendiri. Kesulitan mengunyah dapat berkembang sewaktu sekeliling gusi menjadi inflamasi atau infeksi atau ketika gigi tanggal. Oral hygiene yang teratur dibutuhkan untuk menjaga integritas area gigi dan untuk mencegah gingivitis, atau inflamasi gusi.





BAB III
METODELOGI

 3.1 Alat dan bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
3.2 Cara Kerja


















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
4.2 Pembahasan

Sel-sel epitel mukosa mulut terdiri dari empat lapisan berturut-turut dari yang paling dalam ke permukaan yaitu lapisan germinativum/basalis, lapisan spinosum, lapisan granulosum dan lapisan corneum. Stratum basalis terdiri dari selapis sel berbentuk kubus yang berbatasan dengan  lamina propia dan mengandung sel-sel induk yang secara kontinyu bermitosis dan anak selnya dikirimkan ke lapisan yang lebih superfisial. Stratum spinosum terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk bulat atau oval dan mempunyai karakteristik sel yang mulai matang. Stratum granulosum terdiri dari beberapa lapis sel yang lebih gepeng dan lebih matang dari stratum spinosum dan mengandung banyak granula keratohyalin yang merupakan bakal sel keratin. Stratum corneum terdiri dari selapis atau berlapis-lapis sel (tergantung regio) berbentuk pipih yang tidak berstruktur dan tidak mempunyai inti sel. Mukosa mulut dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu mukosa pengunyahan, mukosa penutup dan mukosa khusus. Mukosa pengunyahan terdapat di regio rongga mulut yang menerima tekanan kunyah seperti gusi dan palatum durum. Jaringan epitelnya parakeratinised (mempunyai lapisan keratin tipis yang beberapa selnya da yang masih memiliki inti sel yang tidak sempurna). Mukosa penutup terdapat pada dasar mulut, permukaan inferior lidah, permukaan dalam bibir dan pipi, palatum molle dan mukosa alveolaris kecuali gusi. Tipe epitelnya nonkeratinised (tidak memiliki lapisan keratin). Mukosa khusus terdapat pada dorsum lidah, tipe epitelnya ortokeratinised (memiliki lapisan keratin yang tebal yang terdiri dari sel-sel yang sudah tidak berinti) (Puspitawati, 2003). Perbandingan antara sel basal-parabasal, sel intermediet, dan sel superfisial disebut indeks maturasi. Pada kondisi normal, jumlah sel pada lapisan superfisial sesuai dengan jumlah sel pada lapisan sel basal (Naib, 1970).
Seperti yang dapat dilihat pada tabel 2, mayoritas sel yang terdapat pada masing-masing mukosa adalah sel intermediate, kemudian sel superfisial, dan yang paling sedikit adalah sel basal. Hasil ini sesuai dengan teori Balaciart (2004) yang menyatakan bahwa sel terbanyak yang biasa ditemukan pada mukosa oral yang normal adalah intermediate sel dan bukannya basal-parabasal sel. Hal ini terjadi karena aktivitas proliferasi pada epitel mulut yang normal tampak lebih banyak terjadi pada lapisan intermediet daripada sel basal-parabasal maupun sel superfisial (Maidhof, 1979).
Dari data di atas juga dapat dilihat bahwa persentasi jumlah sel-sel superfisial lebih besar daripada sel-sel basal. Hal ini tidak sesuai dengan teori Naib (1970) yang menyatakan bahwa pada kondisi normal, jumlah sel pada lapisan superfisial sesuai dengan jumlah sel pada lapisan sel basal. Selain itu, konsep homeostasis sel epitel mengindikasikan bahwa produksi sel di lapisan  yang lebih dalam seimbang dengan derajat kehilangan sel di lapisan permukaan (Puspitawati, 2003). Ketidaksesuaian ini tidak selalu menunjukkan keabnormalan karena hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor misalnya kurangnya ketelitian praktikan dalam menghitung jumlah sel, kesalahan dalam menentukan lapang pandang, atau kesalahan dalam pembuatan preparat misalnya apusan terlalu tipis sehingga hanya mengandung sedikit sel (Lusa, 2009).

Sel-sel epitel mukosa mulut terdiri dari empat lapisan berturut-turut dari yang paling dalam ke permukaan yaitu lapisan germinativum/basalis, lapisan spinosum, lapisan granulosum dan lapisan corneum. Stratum basalis terdiri dari selapis sel berbentuk kubus yang berbatasan dengan  lamina propia dan mengandung sel-sel induk yang secara kontinyu bermitosis dan anak selnya dikirimkan ke lapisan yang lebih superfisial. Stratum spinosum terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk bulat atau oval dan mempunyai karakteristik sel yang mulai matang. Stratum granulosum terdiri dari beberapa lapis sel yang lebih gepeng dan lebih matang dari stratum spinosum dan mengandung banyak granula keratohyalin yang merupakan bakal sel keratin. Stratum corneum terdiri dari selapis atau berlapis-lapis sel (tergantung regio) berbentuk pipih yang tidak berstruktur dan tidak mempunyai inti sel. Mukosa mulut dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu mukosa pengunyahan, mukosa penutup dan mukosa khusus. Mukosa pengunyahan terdapat di regio rongga mulut yang menerima tekanan kunyah seperti gusi dan palatum durum. Jaringan epitelnya parakeratinised (mempunyai lapisan keratin tipis yang beberapa selnya da yang masih memiliki inti sel yang tidak sempurna). Mukosa penutup terdapat pada dasar mulut, permukaan inferior lidah, permukaan dalam bibir dan pipi, palatum molle dan mukosa alveolaris kecuali gusi. Tipe epitelnya nonkeratinised (tidak memiliki lapisan keratin). Mukosa khusus terdapat pada dorsum lidah, tipe epitelnya ortokeratinised (memiliki lapisan keratin yang tebal yang terdiri dari sel-sel yang sudah tidak berinti) (Puspitawati, 2003). Perbandingan antara sel basal-parabasal, sel intermediet, dan sel superfisial disebut indeks maturasi. Pada kondisi normal, jumlah sel pada lapisan superfisial sesuai dengan jumlah sel pada lapisan sel basal.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
  1.  Epitel mukosa oral dibentuk oleh sel-sel yang memiliki karakteristik berbeda di tiap lapisannya
  2. Cara pembuatan preparat apus dapat mempengaruhi hasil penghitungan jumlah sel
  3. Penghitungan jumlah sel dapat digunakan untuk mengetahui keabnormalan serta menunjukkan indeks maturasi suatu jaringan.
  4. Praktikum ini dapat membuktikan teori proliferasi pada epitel mulut yang normal tampak lebih banyak terjadi pada lapisan intermediet daripada sel basal-parabasal maupun sel superfisial.

5.2 Saran


                Berdasarkan struktur histologisnya, epitel/mukosa rongga mulut terbagi menjadi 2, yaitu Epitel Rongga Mulut dan Lamina Propia.  Fungsinya adalah: Sekresi,  Pertukaran gas dan absorpsi nutrisi dengan lingkungan,  Proteksi terhadap sinar UV, perlindungan fisik terhadap infeksi, dan pigmentasi, Ekskresi  (mengeluarkan nitrogen) dan  Reseptor stimulus (sensasi kemotatik: penciuman & pengecapan).
                Struktur epitel rongga mulut adalah Stratified Squamous Epithelium,  Terletak diatas membrana basalis, Biasanya terdiri dari sel-sel squamous,  seringkali terdiri dari sel-sel polimorfik. Sel-sel epitel rongga mulut ada yang Keratinocyte: Sel epitel mukosa rongga mulut (stratified epithelial cells) yang mengalami diferensiasi dan Non-keratinocyte berupa Sel pigmen dendritik atau sel tipe lain dalam epitel secara kolektif. Non-Keratinized Keratinized terdiri atas Lapisan superfisial Lapisan superficial dan Sel berinti Sel-sel mati (dead cell). Fungsinya sebagai proteksi Sitoplasma diganti keratin dan Bersifat selalu basah Bersifat impermeable.
                 Stratifikasi epitel rongga mulut (dari arah luar ke dalam):
1. Stratum Korneum = Keratinized Layer
- sel terletak di permukaan
- sel pipih, heksagonal & tak berinti
2. Stratum Lusidum
- tidak ada
- kalau ada, tidak berkembang dengan baik
3. Stratum Granulosum = Granular Layer
- sel paling besar & pipih
- sel berinti
- sitoplasma Ú granula keratohialin basofilik
4. Stratum Spinosum = Prickle Cells Layer
- di atas sel basal
- bentuk sel Polihidral
- berduri (Spiny) Ú perlekatan antar sel
- sel berinti
- masih terjadi mitosis
- bersama-sama dengan stratum basale disebut Stratum Malpighi
5. Stratum Basalis = Basal Cells Layer
- melekat pada membrana basalis
- bentuk sel silindris → Stratum Silindrikum
- sel berinti
- pembelahan (mitosis) & penggantian sel rusak atau mati → Stratum Germinativum
Catatan: makin ke permukaan → sitoplasma lebih eosinofil.
                Pembagian mukosa berdasarkan struktur histologi epitel mukosa rongga mulut dibagi menjadi 3, yaitu: Masticatory Mucosa, Lining Mucosa, dan Specialized Mucosa.
Mastikatori mukosa
: Sering untuk mengunyah, Pada epitel yang sering mengalami keratinisasi, Lamina propia padat dan terikat erat pada tulang. Lining mukosa memiliki Lapisan epitel tebal, Umumnya tidak berkeratin, Lamina propia tipis dan elastic,  Ikatan lamina propia dengan submukosa bervariasi (elastisitas tinggi dan terikat erat). Lining mukosa terdapat pada Bibir,Pallatum Molle, Pipi, Permukaan lidah dan Dasar mulut.
                Ciri-ciri mukosa pada:
a. BIBIR
- kulit/pembungkus bagian luar
- mucocutaneous junction
- permukaan mukosa bagian dalam biasanya berkeratin
- skeletal muscle
- permukaan dalam terdapat:
b. PALLATUM MOLLE
- banyak vaskularisasi pada lamina propia
- lebih berwarna merah muda dibandingkan pallatum durum
- submukosa terdiri dari otot-otot pallatum molle dan kelenjar mukous
c. PIPI
- seperti mukosa pallatum molle dan bibir
- stratified squamose epithelium → non keratinized
- terdapat sel-sel lemak dan glandula seromukous di dalam dan diantara sabut-sabut otot
- lemak dan glandula memberikan gambaran histologis yang unik
d. PERMUKAAN LIDAH (ventral lidah)
- lining mukous juga terdiri dari lamina propia dan submukous
- pada submukous terdapat sabut-sabut otot → di bawah permukaan lidah
e. DASAR MULUT
- dilapisi membrana mukosa non keratinisasi
- di dasar mulut terdapat:
- glandulla salivary minor
- glandulla sub lingualis
- Specialized mukosa















DAFTAR PUSTAKA
Balaciart Daniel. 2004. Evaluation of Keratinization and Agnors Count in Exfoliative Cytology of Normal Oral Mucosa from Smokers and Non-Smokers. MED ORAL 2004;9:197-203.
Budiono, J.D. 1992.  Pembuatan Preparat Mikroskopis. University Press. IKIP. Surabaya.
Campbell, Reece, Mitchell. 2004. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 3. Jakarta. Erlangga.
Eli. 2011. Bahan Ajar Mikroteknik. Jurusan Biologi FMIPA UNNES. Semarang.
Gunarso, Wisnu. 1989. Bahan Pengajaran Mikroteknik. Bogor : DEPDIKBUD Institiut Pertanian Bogor.
Juwono dr, dan Achmad dr. 2000. Biologi Sel. Buku kedokteran GGC. Semarang
Maidhof  dan Hornstein 0 P. 1979. Autoradiographic Study and Some Prolerative Properties Of Human Buccal Mucosa. Arch. Dermatol. Res. 265: 165-172.
Poedjiadi, Anna.1994. Dasar dasar biokimia. Indonesia University Press. Jakarta.
Sundoro, S.H. 1983. Metode Pewarnaan (Histologis dan Histokimia). Penerbit Bhrataro Karya Aksara. Jakarta.
Guyton. 1986. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Prees. Yogyakarta.
  



0 komentar: